Poppy menatap pintu besar di hadapannya. Di balik pintu itu, Robin sedang menanti dirinya. Jantung Poppy berdegup kencang oleh perasaan bercampur aduk. Dia takut menghadapi kemarahan Robin, tetapi juga ada debaran lain karena mengingat mimpinya semalam. Poppy ingin membuktikan jika kejadian semalam bukan sekedar mimpi. Namun, dia punya keberanian untuk bertanya. “Kenapa kau hanya berdiri di sana?! Cepat masuk!” Poppy terkejut bukan main. Pintu itu tertutup rapat, tetapi Robin tahu dirinya ada di sana. Setelah melihat ke atas, dia baru sadar ada kamera pengawas yang bisa diakses Robin. Tangan Poppy berkeringat ketika memutar gagang pintu. Dia melangkah kecil memasuki ruangan yang lebih besar dari kantor Rafael itu. Robin sedang memeriksa dokumen di kursi kebesarannya, sambil sesekali menulis sesuatu. Komputer besar menutup sebagian wajahnya, namun Poppy masih bisa melihat tatapan tajam sang suami yang tertuju padanya. “Duduk,” titah Robin, lalu melanjutkan menandatangani dokumen
‘Ini semua karena Rafael!’ batin Poppy mencari-cari alasan. Beberapa saat lalu, ketika dalam perjalanan menuju kantor perusahaan Luciano, Poppy mendengar ocehan Rafael yang mengatakan bahwa Poppy dan Robin tidak seperti pasangan yang telah menikah. ‘Robin memang menunjukkan kemesraan melalui tanda yang ada di tubuhmu, tapi cara kalian berkomunikasi seperti orang asing yang baru saja bertemu. Apakah aku salah menilai?’ kata Rafael waktu itu. ‘Pasangan kencan pun selalu memanggil satu sama lain dengan julukan mesra, tapi kalian terlalu kaku saat bicara,’ imbuh Rafael. Poppy tak menanggapi karena memang ucapan Rafael ada benarnya. Dia takut akan membuat kesalahan sehingga hanya mendengarkan celotehan Rafael saja. Namun, kata-kata Rafael sesungguhnya masih melekat di benaknya. Hingga tanpa sadar, mulutnya spontan memanggil Robin dengan panggilan mesra. ‘Aku sudah melakukan kesalahan besar!’ Poppy mengutuk diri sendiri dalam hati atas kelancangannya. Namun, bukankah Robin mem
Mencegah kehamilan saja belum cukup untuk menyelamatkan hidupnya. Cara itu hanya dapat mengulur waktu untuk sementara. Robin bisa menggantikan Poppy dengan wanita lain setelah dianggap tak berguna, tak bisa mengandung keturunannya, kemudian membunuhnya setelah itu. Jika tidak, Poppy terpaksa menghentikan penggunaan pil kontrasepsi dan mengandung keturunan Robin, namun hidupnya akan berakhir sembilan bulan kemudian setelah melahirkan. ‘Haruskah aku merayunya lebih dulu?’ Poppy mulai memikirkan rencana baru untuk menyelamatkan nyawanya. Dia pernah mengintip para gadis tawanan Saul yang diajari cara memuaskan para pria sebelum dijual. Namun, apakah dia sanggup melakukan perbuatan memalukan itu di hadapan Robin? Dia bahkan selalu ketakutan hanya dengan melihat tatapan tajam suaminya itu! “Apa Anda ingin mampir ke suatu tempat sebelum pulang?” Antonio yang duduk bersebelahan dengan Poppy di kursi penumpang belakang tiba-tiba membuatnya tersadar dari lamunannya. “Tidak. Tuan Robin bis
Antonio Russo, orang pertama yang diperintahkan Robin untuk menyelidiki latar belakang Poppy. Namun, dia gagal mencari tahu karena Saul Martinez menyembunyikan identitas Poppy yang sesungguhnya dengan sempurna.Salah satu perjanjian antara Saul dan Robin adalah tidak memberikan identitas asli para wanita yang dijualnya. Saul juga telah menyiapkan identitas baru untuk mereka, seolah sosok asli para wanita itu di masa lalu tak pernah ada di dunia.‘Bodoh ….’ Satu kata itu muncul di benak Antonio ketika mengingat penolakan Poppy sebelum sampai di kediaman hari ini.Meskipun belum menemukan informasi atas asal usul Poppy, Antonio tahu penderitaan yang telah Poppy alami selama empat tahun terakhir. Dia merasa iba kepada wanita itu, namun tak menunjukkan terang-terangan.Apalagi, setelah Poppy menolak pemberiannya yang dia lakukan tanpa sepengetahuan Robin. Antonio cukup kecewa karena Poppy seharusnya bisa menggunakan kartu itu untuk menunjukkan sedikit kekuasaan pada para pelayan. Namun, P
“Jangan mendekat!” teriak seorang wanita di gang dekat bangunan tinggi pada tengah malam.Rose–nama panggilan wanita itu–terpojok di gang buntu. Hanya langkah kaki Rose yang terdengar, menggema di antara dinding beton yang tinggi dan rapat.Kakinya lelah setelah berlari tiada henti. Melarikan diri dari tangan kanan bos besar yang memergoki dirinya akan membebaskan seorang tawanan, Flint.Usaha Rose pun hampir berhasil, dengan ikut di sebuah kapal angkutan barang. Namun, ternyata tidak semudah itu untuk lolos dari pulau yang bernama Solterra ini. Terlalu banyak anak buah bos besarnya, termasuk Flint yang melihat Rose naik ke kapal. Flint lantas menyuruh rekan-rekannya yang lain untuk mengejar Rose dan mengadukannya kepada bos besar. Dan di sinilah dirinya sekarang. Seperti tikus terpojok yang siap dimangsa. Flint lantas mengancam akan mengadukan Rose pada bos besar atas perbuatannya. Selama empat tahun berada di pulau Solterra yang dihuni oleh para mafia ini, bahkan perdagangan manus
“Kau hanya perlu melakukan apa yang aku perintahkan.” Pria itu mengamati wajah kuyu milik Rose. “Jadilah istriku dan lahirkan keturunan untukku.”Mulut Rose terbuka lebar. Masih tak percaya dengan ucapan pria itu. Dilihat dari mana pun, Rose dan Robin seperti kerak bumi dan langit tertinggi.“Apa Anda sedang bergurau?” Rose tak menganggap dirinya buruk rupa. Hanya saja, penampilannya selalu terlihat lusuh dan kumal selama dikurung di gedung milik bos besar, yang digunakan sebagai tempat transaksi perdagangan manusia.“Apa aku terlihat sedang bercanda?”Rose sontak menggeleng. Meski tampan, ekspresi dingin Robin tak mencerminkan pria yang suka bergurau.“Tuan Robin Luciano!” seruan Saul dari jauh sedikit mengikis ketegangan yang Rose rasakan.Pria berbadan besar dan terlihat berisi itu menunduk hormat secara singkat kepada Robin. Rose langsung takjub dibuatnya.Bos besar yang tak pernah menekuk wajah di hadapan orang lain, dan saat ini … tampak seperti pelayan di depan Robin. Namun, ha
Sambil menggertakkan gigi, Saul mengibaskan tangan pada para anak buahnya untuk mundur. “Kita akan bertransaksi di dalam.”Robin memerintahkan anak buahnya untuk membawa masuk Rose ke helikopter. Para wanita yang sudah dipesan Robin juga dibawa masuk memenuhi helikopter lainnya. Tak berselang lama, Robin keluar dari gedung bersama dengan Saul yang telah menemukan keceriaan kembali. Orang mana yang tak bahagia mendapatkan uang sebanyak itu?“Kau bisa membaca, bukan?” tanya Robin begitu memasuki helikopter yang sama dengan Rose.Rose diculik saat usianya delapan belas tahun. Tepatnya, selepas dirinya merayakan kelulusan SMA. Tentu saja dirinya bisa membaca dan menulis.Namun, karena masih bingung dan takut dengan situasi yang baru saja terjadi, Rose bahkan tak merasa marah dianggap seperti orang tak berpendidikan.“Bisa,” balas Rose singkat.“Baca ini.” Robin mengulurkan map kuning padanya. Tanpa berkata-kata, Rose langsung menuruti perintahnya.Map tersebut berisi dokumen-dokumen iden
Pria di depannya yang kini sah menjadi suaminya duduk dengan tenang, seperti tidak terganggu sama sekali oleh situasi ini.Robin menyandarkan punggungnya pada sofa, lengan kanannya diletakkan di sandaran, menatap Poppy dengan ekspresi tenang tapi penuh pengamatan. “Kakekku, Dante Luciano, mengharuskan kita tinggal di rumahnya selama satu minggu ke depan,” ujarnya, memecah keheningan.Poppy mengangkat wajahnya, menatap Robin dengan sedikit bingung. “Di rumahnya?” tanyanya pelan.Robin mengangguk. “Dia ingin memastikan pernikahan ini berjalan sesuai harapannya. Dante adalah pria yang selalu mencari kepastian, dan aku yakin dia akan mengamatimu mulai sekarang.”Poppy menunduk, jemarinya saling meremas. “Aku mengerti.”Robin mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, menatap Poppy lebih lekat. “Kau tidak perlu khawatir. Tugasmu hanya bermain sesuai peran kita. Bersikaplah seperti yang sudah kita sepakati. Jika kau bisa melakukannya dengan baik, tidak ada yang perlu kau takutkan.”Poppy menga
Antonio Russo, orang pertama yang diperintahkan Robin untuk menyelidiki latar belakang Poppy. Namun, dia gagal mencari tahu karena Saul Martinez menyembunyikan identitas Poppy yang sesungguhnya dengan sempurna.Salah satu perjanjian antara Saul dan Robin adalah tidak memberikan identitas asli para wanita yang dijualnya. Saul juga telah menyiapkan identitas baru untuk mereka, seolah sosok asli para wanita itu di masa lalu tak pernah ada di dunia.‘Bodoh ….’ Satu kata itu muncul di benak Antonio ketika mengingat penolakan Poppy sebelum sampai di kediaman hari ini.Meskipun belum menemukan informasi atas asal usul Poppy, Antonio tahu penderitaan yang telah Poppy alami selama empat tahun terakhir. Dia merasa iba kepada wanita itu, namun tak menunjukkan terang-terangan.Apalagi, setelah Poppy menolak pemberiannya yang dia lakukan tanpa sepengetahuan Robin. Antonio cukup kecewa karena Poppy seharusnya bisa menggunakan kartu itu untuk menunjukkan sedikit kekuasaan pada para pelayan. Namun, P
Mencegah kehamilan saja belum cukup untuk menyelamatkan hidupnya. Cara itu hanya dapat mengulur waktu untuk sementara. Robin bisa menggantikan Poppy dengan wanita lain setelah dianggap tak berguna, tak bisa mengandung keturunannya, kemudian membunuhnya setelah itu. Jika tidak, Poppy terpaksa menghentikan penggunaan pil kontrasepsi dan mengandung keturunan Robin, namun hidupnya akan berakhir sembilan bulan kemudian setelah melahirkan. ‘Haruskah aku merayunya lebih dulu?’ Poppy mulai memikirkan rencana baru untuk menyelamatkan nyawanya. Dia pernah mengintip para gadis tawanan Saul yang diajari cara memuaskan para pria sebelum dijual. Namun, apakah dia sanggup melakukan perbuatan memalukan itu di hadapan Robin? Dia bahkan selalu ketakutan hanya dengan melihat tatapan tajam suaminya itu! “Apa Anda ingin mampir ke suatu tempat sebelum pulang?” Antonio yang duduk bersebelahan dengan Poppy di kursi penumpang belakang tiba-tiba membuatnya tersadar dari lamunannya. “Tidak. Tuan Robin bis
‘Ini semua karena Rafael!’ batin Poppy mencari-cari alasan. Beberapa saat lalu, ketika dalam perjalanan menuju kantor perusahaan Luciano, Poppy mendengar ocehan Rafael yang mengatakan bahwa Poppy dan Robin tidak seperti pasangan yang telah menikah. ‘Robin memang menunjukkan kemesraan melalui tanda yang ada di tubuhmu, tapi cara kalian berkomunikasi seperti orang asing yang baru saja bertemu. Apakah aku salah menilai?’ kata Rafael waktu itu. ‘Pasangan kencan pun selalu memanggil satu sama lain dengan julukan mesra, tapi kalian terlalu kaku saat bicara,’ imbuh Rafael. Poppy tak menanggapi karena memang ucapan Rafael ada benarnya. Dia takut akan membuat kesalahan sehingga hanya mendengarkan celotehan Rafael saja. Namun, kata-kata Rafael sesungguhnya masih melekat di benaknya. Hingga tanpa sadar, mulutnya spontan memanggil Robin dengan panggilan mesra. ‘Aku sudah melakukan kesalahan besar!’ Poppy mengutuk diri sendiri dalam hati atas kelancangannya. Namun, bukankah Robin mem
Poppy menatap pintu besar di hadapannya. Di balik pintu itu, Robin sedang menanti dirinya. Jantung Poppy berdegup kencang oleh perasaan bercampur aduk. Dia takut menghadapi kemarahan Robin, tetapi juga ada debaran lain karena mengingat mimpinya semalam. Poppy ingin membuktikan jika kejadian semalam bukan sekedar mimpi. Namun, dia punya keberanian untuk bertanya. “Kenapa kau hanya berdiri di sana?! Cepat masuk!” Poppy terkejut bukan main. Pintu itu tertutup rapat, tetapi Robin tahu dirinya ada di sana. Setelah melihat ke atas, dia baru sadar ada kamera pengawas yang bisa diakses Robin. Tangan Poppy berkeringat ketika memutar gagang pintu. Dia melangkah kecil memasuki ruangan yang lebih besar dari kantor Rafael itu. Robin sedang memeriksa dokumen di kursi kebesarannya, sambil sesekali menulis sesuatu. Komputer besar menutup sebagian wajahnya, namun Poppy masih bisa melihat tatapan tajam sang suami yang tertuju padanya. “Duduk,” titah Robin, lalu melanjutkan menandatangani dokumen
Pada akhirnya, Poppy dengan enggan menerima tawaran yang diberikan oleh Rafael. Adik iparnya itu terus berusaha membujuknya, berharap Poppy dapat membuat Robin beristirahat dari rutinitas kerjanya untuk sementara waktu. Di samping itu, tak ada ketentuan dalam perjanjian yang melarang Poppy untuk bepergian. Rafael pun menyampaikan bahwa dia telah memberi tahu Antonio tentang rencananya yang akan mengajak Poppy ke kantor. Namun, Poppy masih merasa kurang nyaman jika hanya mengandalkan persetujuan dari Antonio.“Aku tidak yakin ikut denganmu. Bagaimana kalau aku di rumah saja?” Poppy kembali ragu saat Rafael menghidupkan mesin mobil. Dia duduk gelisah, seakan ingin keluar dari mobil.“Kau akan bosan di rumah sendirian.” Rafael malah memasang sabuk pengaman untuk Poppy.Dada Poppy bergemuruh hebat tatkala Rafael mulai menginjak pedal gas. Dia sangat cemas akan membuat Robin marah, sekaligus antusias karena bisa melihat dunia luar.Sudah lama dia tidak melihat keramaian orang-orang normal
Poppy lantas bergegas ke kamar mandi, melihat sekujur tubuhnya dengan tanda kepemilikan suaminya yang sebelumnya sudah ada, namun sekarang telah memudar. Tak ada tanda kepemilikan baru yang Robin tinggalkan. “Mustahil ….” Gaun tidur yang dipakai Poppy semalam pun seharusnya basah, tetapi tak ada tanda-tanda cairan cinta darinya atau milik suaminya membasahi gaun tipis itu. Seluruh pakaian Poppy memiliki motif dan model berbeda. Tak mungkin Robin mengganti gaun tidur yang hanya ada satu itu. Poppy masih penasaran. Dia sampai mengangkat gaun dan mengendus-endus, mencari aroma suaminya yang mungkin tertinggal. Namun, indra penciumannya hanya menangkap aroma pewangi pakaian. “Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Dan bagaimana bisa mimpi terasa sangat nyata?” Mustahil dirinya mengharapkan kehadiran Robin setelah lama menanti, yang akhirnya tertidur sendiri dan memimpikannya. Dia justru ingin menghindari Robin sebisa mungkin. “Aku sempat membaca buku tentang trauma akibat kekerasa
Poppy diam-diam merasa takjub oleh sensasi aneh yang baru pertama kali dia rasakan dan memabukkan. Ciuman itu terasa nikmat, tetapi sangat berbeda dari hubungan badan yang biasa mereka lakukan setiap malam, dan terasa menggetarkan hatinya. Bibir Robin ternyata sangat lembut dan tebal. Poppy sesekali menggigit bibir itu, dan tanpa sadar membuat Robin mengerang pelan. “Manis …,” ujar Robin setelah tiba-tiba menjauhkan bibirnya, suaranya berat dan begitu dalam, namun tidak terdengar mengancam. Jantung Poppy mendadak berdebar semakin kencang. Apakah Robin sungguh mengatakan bahwa bibir Poppy terasa manis? Robin yang dingin dan seperti patung yang tak pernah menunjukkan ekspresi selain sinis itu? Tentu saja Poppy sangat terkejut. Pengaruh alkohol ternyata dapat mengubah sikap seseorang dalam sekejap. Namun, keterkejutan itu tak berlangsung lama. “Tuan!” Kali ini, suara nyaring lolos dari bibir Poppy yang sudah terlepas dari ciuman itu, terkejut oleh gerakan mendadak yang dilakukan Robi
Poppy langsung berhenti bergerak. Mencari alasan dengan cepat, kemudian menjawab, “Saya akan ke toilet sebentar.”Terdengar helaan napas panjang Robin yang tampak lelah. “Benar, aku juga belum mandi. Badanku sangat lengket. Siapkan air hangat untuk berendam,” titahnya kemudian.Poppy segera turun dari ranjang. Namun, langkahnya terhenti oleh kebingungan. “Tidak! Lepaskan dulu bajuku, lalu angkat aku ke kamar mandi!”Mulut Poppy sontak menganga. Apa Robin sedang bercanda? Bagaimana caranya mengangkat badan sebesar itu?“Kau tidak mendengarku?!” bentak Robin. Namun, entah mengapa Poppy lebih takut pada Robin yang biasanya. Pria yang saat ini bersama dirinya itu tak seperti Robin yang sering menghantui pikirannya.“Baik, Tuan.”Poppy mendekati suaminya yang duduk lemas, seperti akan terjatuh. Dia meraba pundak Robin karena tak begitu melihat dengan jelas dalam kegelapan, kemeja yang dipakai suaminya pun berwarna hitam.Napas kasar Robin menerpa kening Poppy ketika tangannya berusaha me
‘Minumlah pil pencegah kehamilan ini sebelum kau siap bicara dengan Robin. Namun, aku masih menyarankan kau bicara baik-baik dengan kakakku secepatnya untuk mendiskusikan saat yang tepat untuk memiliki anak,’ ujar Rafael setelah makan malam tadi.Poppy tak bertanya cara Rafael mendapatkan pil pencegah kehamilan tersebut dengan cepat. Dia yakin jika orang-orang yang berhubungan dengan dunia hitam akan mudah mendapatkan apa pun yang mereka inginkan.Dia melihat dua botol pil di tangannya. Satu botol tersebut berisi obat pencegah kehamilan darurat yang dapat diminum setelah melakukan hubungan badan, satu botol lainnya adalah pil kontrasepsi harian untuk mencegah kehamilan.Poppy mengambil pil kontrasepsi dan segera meminumnya. Kemudian mencari tempat terbaik untuk menyembunyikan dua botol berharga itu di kamar mandi pribadinya.‘Aku akan menyembunyikan di sini saja. Tuan Robin tidak mungkin merangkak di tempat kotor begini.’ Akhirnya, dia memutuskan untuk menyembunyikan dua botol itu di