Share

29. Ajakan Menarik

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 22:58:17

Poppy lantas bergegas ke kamar mandi, melihat sekujur tubuhnya dengan tanda kepemilikan suaminya yang sebelumnya sudah ada, namun sekarang telah memudar. Tak ada tanda kepemilikan baru yang Robin tinggalkan.

“Mustahil ….”

Gaun tidur yang dipakai Poppy semalam pun seharusnya basah, tetapi tak ada tanda-tanda cairan cinta darinya atau milik suaminya membasahi gaun tipis itu.

Seluruh pakaian Poppy memiliki motif dan model berbeda. Tak mungkin Robin mengganti gaun tidur yang hanya ada satu itu.

Poppy masih penasaran. Dia sampai mengangkat gaun dan mengendus-endus, mencari aroma suaminya yang mungkin tertinggal. Namun, indra penciumannya hanya menangkap aroma pewangi pakaian.

“Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Dan bagaimana bisa mimpi terasa sangat nyata?”

Mustahil dirinya mengharapkan kehadiran Robin setelah lama menanti, yang akhirnya tertidur sendiri dan memimpikannya. Dia justru ingin menghindari Robin sebisa mungkin.

“Aku sempat membaca buku tentang trauma akibat kekerasa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
bigmom
masih trauma sama julian. rafael kek mirip julian ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   30. Kantor Suami

    Pada akhirnya, Poppy dengan enggan menerima tawaran yang diberikan oleh Rafael. Adik iparnya itu terus berusaha membujuknya, berharap Poppy dapat membuat Robin beristirahat dari rutinitas kerjanya untuk sementara waktu. Di samping itu, tak ada ketentuan dalam perjanjian yang melarang Poppy untuk bepergian. Rafael pun menyampaikan bahwa dia telah memberi tahu Antonio tentang rencananya yang akan mengajak Poppy ke kantor. Namun, Poppy masih merasa kurang nyaman jika hanya mengandalkan persetujuan dari Antonio. “Aku tidak yakin ikut denganmu. Bagaimana kalau aku di rumah saja?” Poppy kembali ragu saat Rafael menghidupkan mesin mobil. Dia duduk gelisah, seakan ingin keluar dari mobil. “Kau akan bosan di rumah sendirian.” Rafael malah memasang sabuk pengaman untuk Poppy. Dada Poppy bergemuruh hebat tatkala Rafael mulai menginjak pedal gas. Dia sangat cemas akan membuat Robin marah, sekaligus antusias karena bisa melihat dunia luar. Sudah lama dia tidak melihat keramaian orang-orang no

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   31. Sayang

    Poppy menatap pintu besar di hadapannya. Di balik pintu itu, Robin sedang menanti dirinya. Jantung Poppy berdegup kencang oleh perasaan bercampur aduk. Dia takut menghadapi kemarahan Robin, tetapi juga ada debaran lain karena mengingat mimpinya semalam. Poppy ingin membuktikan jika kejadian semalam bukan sekedar mimpi. Namun, dia punya keberanian untuk bertanya. “Kenapa kau hanya berdiri di sana?! Cepat masuk!” Poppy terkejut bukan main. Pintu itu tertutup rapat, tetapi Robin tahu dirinya ada di sana. Setelah melihat ke atas, dia baru sadar ada kamera pengawas yang bisa diakses Robin. Tangan Poppy berkeringat ketika memutar gagang pintu. Dia melangkah kecil memasuki ruangan yang lebih besar dari kantor Rafael itu. Robin sedang memeriksa dokumen di kursi kebesarannya, sambil sesekali menulis sesuatu. Komputer besar menutup sebagian wajahnya, namun Poppy masih bisa melihat tatapan tajam sang suami yang tertuju padanya. “Duduk,” titah Robin, lalu melanjutkan menandatangani dokumen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   32. Pengar

    ‘Ini semua karena Rafael!’ batin Poppy mencari-cari alasan. Beberapa saat lalu, ketika dalam perjalanan menuju kantor perusahaan Luciano, Poppy mendengar ocehan Rafael yang mengatakan bahwa Poppy dan Robin tidak seperti pasangan yang telah menikah. ‘Robin memang menunjukkan kemesraan melalui tanda yang ada di tubuhmu, tapi cara kalian berkomunikasi seperti orang asing yang baru saja bertemu. Apakah aku salah menilai?’ kata Rafael waktu itu. ‘Pasangan kencan pun selalu memanggil satu sama lain dengan julukan mesra, tapi kalian terlalu kaku saat bicara,’ imbuh Rafael. Poppy tak menanggapi karena memang ucapan Rafael ada benarnya. Dia takut akan membuat kesalahan sehingga hanya mendengarkan celotehan Rafael saja. Namun, kata-kata Rafael sesungguhnya masih melekat di benaknya. Hingga tanpa sadar, mulutnya spontan memanggil Robin dengan panggilan mesra. ‘Aku sudah melakukan kesalahan besar!’ Poppy mengutuk diri sendiri dalam hati atas kelancangannya. Namun, bukankah Robin mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   33. Pemberian

    Mencegah kehamilan saja belum cukup untuk menyelamatkan hidupnya. Cara itu hanya dapat mengulur waktu untuk sementara. Robin bisa menggantikan Poppy dengan wanita lain setelah dianggap tak berguna, tak bisa mengandung keturunannya, kemudian membunuhnya setelah itu. Jika tidak, Poppy terpaksa menghentikan penggunaan pil kontrasepsi dan mengandung keturunan Robin, namun hidupnya akan berakhir sembilan bulan kemudian setelah melahirkan. ‘Haruskah aku merayunya lebih dulu?’ Poppy mulai memikirkan rencana baru untuk menyelamatkan nyawanya. Dia pernah mengintip para gadis tawanan Saul yang diajari cara memuaskan para pria sebelum dijual. Namun, apakah dia sanggup melakukan perbuatan memalukan itu di hadapan Robin? Dia bahkan selalu ketakutan hanya dengan melihat tatapan tajam suaminya itu! “Apa Anda ingin mampir ke suatu tempat sebelum pulang?” Antonio yang duduk bersebelahan dengan Poppy di kursi penumpang belakang tiba-tiba membuatnya tersadar dari lamunannya. “Tidak. Tuan Robin bis

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   34. Perubahan Drastis

    Antonio Russo, orang pertama yang diperintahkan Robin untuk menyelidiki latar belakang Poppy. Namun, dia gagal mencari tahu karena Saul Martinez menyembunyikan identitas Poppy yang sesungguhnya dengan sempurna. Salah satu perjanjian antara Saul dan Robin adalah tidak memberikan identitas asli para wanita yang dijualnya. Saul juga telah menyiapkan identitas baru untuk mereka, seolah sosok asli para wanita itu di masa lalu tak pernah ada di dunia. ‘Bodoh ….’ Satu kata itu muncul di benak Antonio ketika mengingat penolakan Poppy sebelum sampai di kediaman hari ini. Meskipun belum menemukan informasi atas asal usul Poppy, Antonio tahu penderitaan yang telah Poppy alami selama empat tahun terakhir. Dia merasa iba kepada wanita itu, namun tak menunjukkan terang-terangan. Apalagi, setelah Poppy menolak pemberiannya yang dia lakukan tanpa sepengetahuan Robin. Antonio cukup kecewa karena Poppy seharusnya bisa menggunakan kartu itu untuk menunjukkan sedikit kekuasaan pada para pelayan. Namun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   35. Keliru

    Poppy ingin menanyakan alasan perubahan Donna yang begitu mendadak. Namun, mulutnya sulit untuk mengatakan isi hatinya. “Aku tidak memasukkan dalam hati setiap ucapan dan tindakan buruk orang-orang.” Alhasil, dia hanya bisa mengatakan kebohongan sebagai jawaban. Poppy selalu membayangkan bisa bercakap-cakap santai dengan seseorang, namun dia tak pernah bisa melakukannya. Dia takut jika kata-katanya akan menyakiti atau menyinggung lawan bicaranya. Alhasil, dia hanya mengucap kalimat yang membuat orang tersenyum saat mendengarnya. “Terima kasih, Nyonya. Silakan beristirahat.” Ketika Donna keluar dari kamar, Poppy menyesal karena tak mempertanyakan rasa penasarannya. Dia sangat ingin tahu alasan semua orang bersikap baik padanya secara tiba-tiba. Dia segera berjalan ke pintu, ragu-ragu ingin memanggil Donna lagi untuk bertanya, tetapi dia malah mendengar suara pelayan pribadinya itu sedang bercakap-cakap dengan pelayan lain. Poppy menempelkan telinga di pintu agar suara mereka ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   36. Kue Manis

    Selagi Robin berbincang penuh ketegangan dengan Antonio, Poppy saat ini baru saja selesai menyiapkan sesuatu di dapur. Atas usulan Donna yang antusias ingin menunjukkan pada semua orang jika nyonya yang dilayaninya semakin dekat dengan Robin Luciano, Poppy menuruti usulan Donna membuatkan makanan ringan untuk suaminya itu. “Apa kau yakin dia akan menyukai kue manis ini?” Poppy tak ingin meragukan Donna, namun selera Robin tak sesuai dengan sikap dinginnya. “Benar, saya pernah melihat koki diam-diam mengantar kudapan malam untuk tuan,” ujar Donna dengan suara lirih, takut ada yang mendengarkan. “Tapi, mohon rahasiakan ini dari siapa pun, Nyonya,” pinta Donna kemudian. Poppy mengangguk sambil lanjut menyiapkan tiga kue dengan krim merah muda dan toping stroberi di piring. Ada lima kue serupa yang dia tinggalkan di dapur, karena piring yang diambilnya tak cukup untuk menampung semua kue-kue itu. Dia sedikit memiringkan kepala ketika melihat kue buatannya yang dibuat dalam waktu sin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   37. Sampah

    “Apa yang kau lakukan di sana?” Robin mengira Poppy sengaja menguping pembicaraannya dengan Antonio. Dia menggerakkan kepala, menyuruh Antonio untuk membuka pintu semakin lebar.Robin tak menunjukkan rasa bersalah saat Poppy mendengar bahwa dirinya akan menyingkirkannya. Wanita itu memang hanya dibayar untuk menuruti perintahnya sesuai perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak.“Silakan masuk, Nyonya.”Poppy terkesiap kala melihat Antonio sudah berdiri di hadapannya, seolah-olah baru saja terbangun dari mimpi buruk. Namun, ternyata itu semua bukanlah mimpi semata.Robin menunggu di dalam dengan ekspresi dingin, namun juga terlihat marah, sehingga pria itu tampak lebih menyeramkan jika dilihat dari sudut pandang Poppy. Wajah rupawan Robin terkalahkan oleh perangainya yang garang dan selalu berhasil membuat nyali Poppy menciut.“S-saya hanya … hanya membawakan kudapan untuk Anda,” ujar Poppy lirih.“Apa kau ingin menyuruhku berjalan ke sana hanya untuk mendengarmu bicara?” Robi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15

Bab terbaru

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   150. Suami yang Suka Menghilang

    Firasat Poppy benar. Dia begitu sakit hati saat Robin berniat mengembalikan identitas aslinya.‘Aku seharusnya senang. Tanpa usaha apa pun, aku bisa kembali ke kehidupanku semula. Tapi, rasanya sakit sekali saat tahu kau mungkin akan melepasku,’ batin Poppy, diam ketika Robin melepas tangannya dan melangkah masuk ruang kerjanya, seakan-akan saat ini adalah masa-masa terakhirnya bisa memegang tangan pria itu.“Mari masuk, Nyonya.” Poppy melangkah dengan berat. Namun, ketika masuk ke ruangan kerja suaminya, pikirannya segera teralihkan oleh pemandangan di hadapannya. Ruang kerja yang luas itu tampak menciut dengan banyak pria besar memenuhi ruangan. Poppy tak bisa menahan kekagetan ketika melihat sosok yang tak terduga di antara mereka, orang yang pernah memohon bantuannya agar mau memintakan izin kepada Robin karena mengaku takut padanya. Namun, orang itu sekarang justru duduk di tengah-tengah pria berbadan besar seperti seorang bos tanpa jas snellinya. “Bagaimana kabar Anda, Nyonya

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   149. Jarak

    ‘Kenapa dia memanggilku dengan nama itu?’ batin Poppy gelisah. Entah mengapa dia justru tak senang ketika Robin memanggilnya dengan nama asli. Sudah lama dia berharap Robin memanggil nama Poppy, namun Robin justru seperti ingin menunjukkan jarak, seakan ingin mengembalikan Poppy ke tempat asalnya dengan identitas Stella Valentine.“Apa … maksudmu?”Ucapan Robin yang menyuruhnya untuk bisa melindungi diri sendiri bisa memiliki banyak makna. Akan tetapi, hanya ada satu hal yang muncul di benak Poppy. Robin mungkin akan meninggalkan dirinya sehingga tak akan bisa melindunginya lagi.“Kembali pada posisi menembak,” titah Robin, enggan membicarakan masalah itu.Poppy akhirnya kembali melanjutkan latihan. Mereka hanya membicarakan tentang teknik menembak yang benar, tanpa membahas perkataan Robin sebelumnya.Meski Poppy terlihat sudah melupakan ucapan Robin, namun dalam kepalanya masih dipenuhi tanda tanya. Dia tak berani bertanya ataupun menyela Robin yang bersungguh-sungguh mengajarinya.

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   148. Melindungi Dirimu Sendiri

    DEG!Robin berhenti berjalan selagi meremas dadanya. Entah mengapa dia tiba-tiba merasakan seseorang memanggilnya. Kemudian, kedua alisnya terangkat ketika terbersit firasat buruk.“Apa yang terjadi dengan perempuan itu?” gumamnya.Dia segera mengayunkan kaki dengan cepat. Hingga akhirnya, dia sampai di lapangan latihan tembak tak sampai lima menit.“Apa yang kau lakukan, Jose?!” bentak Robin ketika dia melihat istrinya sedang mengarahkan senjata pada salah satu tawanan mereka.Suara keras Robin biasanya membuat dada Poppy bergetar takut. Namun, sekarang dia sangat lega mendengar suara itu, hingga ingin melempar senjata dan berlari memeluk suaminya.“Apa maksud Anda, Bos?” Jose tak memahami kemarahan Robin.“Aku menyuruhmu mengajarinya menembak, bukan membunuh orang!”Robin mengumpat dalam hati. Dia seharusnya tak teralihkan pada masalah kecil seperti cincin pernikahan. Karena kelalaiannya, Poppy mungkin akan mengingat traumanya.“Oh, kupikir akan lebih baik jika Nyonya Poppy belajar

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   147. Menunggu Robin

    Sementara itu, Robin tak tahu kesulitan apa yang sedang dihadapi istrinya. Dia justru sibuk memilih-milih cincin pernikahan yang tampak elegan, namun dapat terlihat semua orang dengan jelas.“Yang ini sepertinya akan cocok di jari manisnya.” Robin tersenyum puas sambil melipat tangan di depan dada dan menyandarkan punggung di kursinya. Dia membayangkan Poppy akan tersenyum lebar sambil memamerkan cincin itu kepada semua orang, lalu mengatakan bahwa dia adalah milik Robin Luciano.“Tuan, saya sudah datang.” Antonio membuka pintu ruangan itu, lalu menghampiri Robin, berdiri di dekat kursinya. “Anda akan membeli cincin itu?” tanyanya kemudian.Robin memicingkan mata, mengamati gerak-gerik mencurigakan tangan kanannya itu. Antonio sedikit memiringkan kepala ketika melihat cincin dengan berlian tanpa warna. Dia terlihat tak menyukai ide Robin membeli cincin itu.“Cincin itu tidak cocok untuk Anda, Tuan.”“Apa kau pikir aku yang akan memakainya?”“Oh, Anda ingin membelikan cincin itu untuk

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   146. Berlatih

    “Tuan, hentikan …,” isak seorang gadis muda. “Ah, sial! Jangan banyak meronta! Kau sendiri yang merayuku … buka saja kakimu lebih lebar!” Mata Poppy terbelalak ketika melihat pria tampan dan gadis muda sedang bergumul tanpa busana di sofa panjang. Wajahnya sontak merah padam, kemudian Robin menutup matanya. “Jangan berani melihat milik pria lain!” Robin menatap tajam anak buahnya yang akhirnya menyadari kehadirannya. “Keluar dari ruanganku!” bentaknya. Pria itu segera menyeret si gadis keluar sambil membawa pakaian mereka. Robin sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu, tetapi tidak dengan istrinya, dan bukan di ruang kerjanya. Robin mencoba untuk menahan amarahnya. Baru dua hari dia tak datang, kantornya digunakan untuk melakukan tindakan asusila. Dia benar-benar ingin segera merealisasikan tujuannya dan menghabisi semua pria hidung belang itu. “Robin, lepas …,” pinta Poppy, setelah mendengar pintu ditutup. Robin melepaskan tangannya dari mata Poppy. Dia kemudian melempa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   145. Markas Luciano

    Keinginan Dante begitu jelas sampai Poppy yang tidak begitu ahli membaca ekspresi wajah seseorang pun dapat mengetahuinya. Apa pun yang terjadi, Poppy tak sudi melakukan hal keji kepada orang lain.Sayangnya, Poppy tak punya kuasa untuk menolak perintah itu. Robin pun tidak membantah Dante lagi.Mereka bahkan sudah sampai di depan markas besar keluarga Luciano saat ini …“Pegang tanganku,” titah Robin ketika mereka turun dari mobil.Di area parkir luas itu, banyak pria bertato hanya mengenakan kaos tanpa lengan. Mereka segera berbaris, menunduk singkat kepada Robin.“Halo, Bos! Tumben kau datang siang-siang,” sapa pria bertubuh kekar yang menjadi satu-satunya orang berpakaian rapi.“Kakek menyuruh istriku untuk berlatih menembak. Siapkan tempatnya,” perintah Robin, lalu menggandeng Poppy masuk ke pintu ganda besar.“Ingat, kau harus terus berada di sisiku.”Poppy menunduk. Dia semakin erat mencengkeram jaket kulit suaminya.Suasana di markas Lucia

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   144. Menantu Sempurna

    Dante tiba-tiba mengancam dengan kebohongan mereka. Kebohongan apa yang dimaksud Dante? Sebab, telah banyak kebohongan yang mereka lakukan. Apakah tentang pernikahan palsu mereka atau identitas asli Poppy? Poppy dan Robin diam, setidaknya mereka harus mendengar lebih dulu agar tak salah paham dan menjawab berbeda dari maksud Dante, yang justru akan membongkar kebohongan lainnya. “Kau tidak akan bisa berbohong tentang hidupmu, Poppy. Haruskah aku memanggilmu Stella mulai sekarang?” Dante langsung menyelidiki latar belakang Poppy dengan kedua wanita yang mengaku sebagai ibunya. Tak banyak yang bisa ditemukan oleh orang suruhannya karena Robin telah menutup sebagian besar masa lalu Poppy. Akan tetapi, masih ada beberapa orang yang mengenal Carita dan keluarganya yang bisa ditanyai. Dalam semalam, Dante menerima informasi tambahan yang membenarkan bahwa Carita adalah ibu tiri Poppy. Entah bagaimana hubungan mereka, termasuk sosok April yang telah diberikan identitas baru, Dante belum

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   143. Perintah Mengejutkan

    Robin menatap kakeknya tak percaya. “Lalu kenapa, katamu? Aku suaminya dan berhak menyingkirkan semua orang yang berani mendekatinya! Termasuk kau, Kakek!”Ucapan Dante, tentu saja, membuat Robin semakin meradang. Namun, Dante segera menyangkal, “Aku menginginkan Poppy untuk urusan lain. Bukan seperti yang kau pikirkan.”“Apa kau pikir akan akan memercayaimu?! Apa kau kira aku tidak pernah melihatmu memanggil gadis-gadis muda ke kamarmu?”Poppy menelan ludah susah payah selagi menyembunyikan kengerian. Dia seharusnya tahu jika Dante sama saja dengan para mafia lainnya, selalu berbuat buruk meski kondisinya sekarang cukup membuat Poppy iba padanya. Namun, kata-kata Robin masih terlalu mengejutkan. Poppy hanya pernah mendengar tentang Dante yang gemar menyewa gadis-gadis penjaja malam, tak sepenuhnya percaya. Dia tak menyangka jika hal tersebut adalah kebenaran.‘Bagaimana mungkin orang yang sudah berumur seperti Dante Luciano tega menggauli gadis seusia cucunya, bahkan lebih muda? Apa

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   142. Tampan

    Robin Luciano bersenandung tak jelas sambil menatap dirinya di pantulan cermin kamar mandi. Kedua tangannya meremas-remas rambut yang berbusa, lalu menoleh ke kanan-kiri dengan gerakan lambat, seperti sedang mencari-cari kecacatan di wajahnya. “Apa aku memang setampan itu?” Gerakan Robin berhenti, lalu terkekeh lirih dan singkat. Dia bersikap seolah-olah tidak terlalu bahagia walaupun hanya ada dirinya sendiri di dalam kamar mandi itu. ‘Robin … lebih cepat lagi … aku suka melihat wajah tampanmu saat mendapat kepuasan dariku.’ Robin mengingat lagi racauan Poppy semalam. Badannya tiba-tiba berguncang pelan, merinding oleh gelenyar nikmat yang seolah masih bisa dirasakannya. “Kakek … kakek … jangan harap kau bisa merayu istriku. Wajahmu tidak setampan aku.” Robin menyeringai pada diri sendiri di depannya. TOK TOK! “Lihat, lihat … dia sudah tidak sabar melihatku sampai menggangguku yang sedang mandi.” Robin bergeleng-geleng sambil berdecak dengan satu sudut mulut terangkat.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status