Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 301 - Bab 310

343 Bab

Bab 301. Tangis Haru dan Kebahagiaan Keluarga Benedict

Kebahagiaan yang dirasakan Asher dan Aleena seolah tertularkan pada Camelia. Mama mertuanya itu tampak sangat antusias. Berbeda dengan Darren yang kini masih diam dan melanjutkan makannya. "Nanti, kalau mereka sudah lahir, Mama ingin ikut merawat dan mengasuh mereka ya, Nak," pinta Camelia. Aleena mengangguk. "Iya, Ma. Aleena pasti akan sering-sering mengajak anak-anak ke sini." Camelia tersenyum penuh arti. Wanita itu menatap suaminya yang diam tak bersuara. Bahkan ekspresi bahagia di wajah Darren pun tidak ada saat ini. Sekali lagi, Camelia merasa jengah dengan sikap Darren yang begini. Tetapi diam-diam, sebagai seorang belahan jiwa arah istri, Camelia juga tidak setega itu melihat suaminya diabaikan oleh anaknya dan juga ia sendiri. "Pa, kita akan punya Cucu kembar. Pasti mereka akan lucu-lucu ya, Pa. Kita dulu pernah punya cita-cita Cucu kembar kan, Pa?" ujar Camelia menatap suaminya."Hm," jawab Darren sebelum laki-laki itu menoleh pada Asher di sampingnya. "Kau tidak usah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 302. Demi Kebaikanmu dan Sikap Suamiku

Perasaan bahagia membuat Asher merasa terharu. Siang ini ia sudah di rumahnya kembali, bahkan Theo juga sudah dijemput oleh Asher. Laki-laki itu duduk di ruang keluarga sendirian. Di luar sedang turun hujan cukup deras, situasi ini membuat Asher semakin dalam larut dalam lamunannya. 'Mama mengajak Papa bercerai hanya karena Papa tidak mau berdamai denganku dan Aleena,' batin Asher dengan penuh terkaan. "Aku tidak menyangka Mama akan melakukan ini," lirih Asher. "Tetapi sekarang, semuanya sudah baik-baik saja. Semuanya sudah lebih baik dan rasanya begitu damai." Asher menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Kedua matanya terpejam pelan dan ia merasakan sejuknya udara di ruangan tempat ia berada. Semuanya seolah-olah sudah ada dalam genggamannya. Keluarga hangat hangat dan harmonis, damai dengan orang tuanya, dan memiliki anak juga istri yang baik dan selalu ada untuknya. Asher merasa ia sudah merdeka. "Papa..." Suara keras Theo membuyarkan lamunan Asher. Laki-laki itu menole
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 303. Theo Marah Pada Asher

Keesokan harinya...Sejak pagi hingga siang, Aleena masih mendekam di dalam rumah. Asher tidak mengizinkannya pergi ke manapun, menemani Aleena ke mall pun juga tidak. Hingga selama dua bulanan ini Aleena tidak pernah keluar rumah sama sekali selain pergi mengecekan kandungnya saja. Wanita cantik berambut panjang itu tampak duduk di sofa di dekat jendela, sendirian di rumah. "Asher katanya akan makan siang di rumah, tapi kenapa belum kembali juga?" gumam Aleena diam menyandarkan punggungnya. Aleena diam memeluk bantal. "Bosan sekali selalu diam di rumah, Asher datang pun dia tidak pernah mengajakku ke mana-mana, ke rumah Papa juga tidak pernah. Aku sangat merindukan Papa..." Wajah Aleena tertekuk sedih, tak bohong bila ia sangat merindukan Papanya. Aleena sangat ingin bertemu dengan Papanya dan bercerita banyak hal. Tetapi, jangankan pergi ke tempat Papanya, pergi keluar rumah saja Asher pasti sudah akan uring-uringan pada Aleena. Saat Aleena sibuk larut dalam kesedihannya, ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 304. Kasih Sayang Seorang Mama

Melihat Theo tampak bersedih, putranya itu tidak mau makan siang. Bahkan Theo mogok makan sampai malam hari. Aleena sudah membujuk susah payah, tapi upayanya masih juga ditolak oleh sang buah hati. Anak itu masih terus menerus marah. "Sayang ... ayo, Nak, makan dulu sedikit saja," bujuk Aleena dengan lembut. "Tidak mau, Theo tidak lapar," jawab anak itu sambil berbaring dan memeluk bonekanya. Aleena menarik napasnya panjang dan mengusap pucuk kepala si kecil. "Mama sedih sekali kalau Theo tidak mau makan, Theo mau melihat Mama sedih ya?" tanya Aleena. Alih-alih rayuan Aleena mempan, anaknya itu justru menarik selimut dan menutup kepalanya. Mengabaikan bujukan Mamanya. Dengan gerakan pelan Aleena mengelus pucuk kepala Theo. "Mama bilang ke Papa dulu ya, Nak. Kalau sama Papa diizinkan, Theo makan ya," ujar Aleena. Anaknya itu langsung mengangguk setuju. Barulah Aleena beranjak dari duduknya saat itu juga. Aleena berjalan keluar dan melangkah menuruni anak tangga. Ia membawa s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 305. Kemarahan Asher dan Kasih Sayang Aleena pada Theo

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam, Asher baru saja keluar dari dalam ruang kerjanya. Asher tampak sangat lelah karena ada beberapa berkas yang perusahaan Papanya yang harus ia selesaikan malam ini juga. Setelah semuanya selesai, laki-laki itu kini berjalan naik ke lantai dua. Asher membuka pintu kamarnya dan ia menemukan kekosongan di dalam sana, Aleena tidak ada di dalam kamarnya, wanita yang biasanya selalu menunggunya itu, kini tidak ada. Kening Asher mengerut. "Ke mana Aleena?" gumam Asher lirih. Laki-laki itu melangkah ke arah kamar Theo, perlahan-lahan Asher membuka pintu kamar putranya dan ia melihat Aleena tertidur memeluk Theo yang meringkuk dalam dekapan sang Mama. Melihat mereka, Asher merasa sedih. Lebih tepatnya, ia menyalahkan dirinya sendiri. 'Seberapa sibuknya aku sampai tidak memiliki waktu untuk mereka,' batin Asher. 'Termasuk untuk Aleena...' Asher melangkah mendekat tanpa suara, laki-laki itu duduk di tepi ranjang dan mengusap pucuk kepala Theo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 306. Asher Kebingungan Ditinggal Anak dan Istrinya

Theo masih menangis sesenggukan dalam dekapan Aleena. Anak itu benar-benar takut saat Asher membentaknya dengan cukup keras. Tak henti-hentinya Aleena terus menenangkan Theo."Sudah, Sayang. Jangan menangis lagi, Nak. Mama bilang juga apa, Theo jangan bermain di sana, Theo ikut Mama saja bermain di belakang." Anak itu membenamkan wajahnya di pelukan Aleena. "Ayo ke rumah Kakek, Ma ... hiks, Theo mau ke rumah Kakek saja!" pekik anak itu mencengkeram erat lengan sang Mama. Aleena mengusap pipi gembil putranya. Wanita itu menatap ke lantai satu, Asher juga sudah berangkat ke kantor. Sejak tadi, Aleena mendesak Theo untuk mengaku, dan anaknya memang mengatakan kalau kertas-kertas milik Papanya berada di lantai, Theo tidak tahu penting atau tidak, hingga ia membuatnya sebagai mainan. Dan ujung-ujungnya sang Papa marah besar padanya. "Mama..." Theo kembali mendongak menatap Aleena dengan mata berlinang. "Iya, Sayang. Kita ke tempat Kakek. Mama telfon Kakek dulu ya, biar ada yang menj
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 307. Curhatan Hati Seorang Istri

Sesampainya di rumah sang Kakek, Theo pun demam. Anak itu tidak mau turun dari gendongan Liam sejak tadi dan semakin manja pada Kakeknya. Aleena sendiri juga cemas melihat kondisi putranya seperti ini. Baru saja ia memberikan obat penurun panas untuk Theo hingga anaknya pun kini tertidur.Aleena duduk di samping Theo dan Papanya berdiri menutup gordan kamar Theo. "Ada apa, Nak? Kau bertengkar dengan suamimu?" tanya Liam menatap Aleena. Putrinya itu menggelengkan kepala. "Tidak, Pa." "Lalu, kalau tidak kenapa kalian ke sini dalam keadaan begini? Theo juga datang-datang sakit, Asher juga tidak ikut dan tidak menghubungi Papa lebih dulu," ujar Liam kini duduk di sebuah sofa yang berada di dalam ruangan itu. Aleena menundukkan kepalanya. Rasanya ia sangat malu mengatakan pada Papanya kalau ia dan Asher baru ribut perkara Theo. Papanya bisa-bisa akan marah, memarahinya atau bahkan memarahi Asher juga hingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. "Aleena," panggil Liam lagi, nadanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 308. Theo Tidak Marah Lagi

Asher keluar dari dalam kamar bersama dengan Aleena. Mereka berdua berjalan ke lantai satu di mana Liam kini berada dan duduk di sana. Tampak Liam memperhatikan anak dan menantunya tersebut. Asher langsung duduk sofa samping, sedangkan Aleena di dekat Papanya. "Bagaimana, Asher?" tanya Liam sambil meraih remote TV dan mematikan benda tersebut. Asher menatap Papa mertuanya dan tidak ada sepatah kata yang keluar dari bibirnya. "Anakmu sakit itu, sekarang," ujar Liam. "Orang marah pasti ada kira-kiranya, kan? Seperti apa teriakanmu sampai Theo jadi demam seperti itu, heh?" Asher tertunduk. "Aku minta maaf, Pa. Tadi aku benar-benar merasa lelah dan di luar kendaliku aku bisa memarahi Theo sampai seperti ini." "Hm. Papa tahu, tapi jangan sekali-kali kau mengulanginya lagi. Theo tidak akan melakukan hal yang dianggapnya bisa membahayakan dirinya sendiri, termasuk kau marahi. Kalau kau memang tidak mau anakmu masuk ke dalam ruangan kerjamu, kau bisa mengunci pintu, atau paling tidak be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 309. Betapa Aku Mencintaimu, Suamiku

Demam Theo yang tak kunjung turun membuat Aleena dan Asher panik hingga mereka segera bergegas pergi ke rumah sakit di kota Lamberg. Di sana, Theo menangis memberontak marah takut disuntik dan anak itu menolak dirawat. Mau tidak mau, Theo mendapatkan perawatan di rumah.Baru saja Asher dan Aleena sampai. Asher kini merebahkan Theo di atas ranjang setelah kembali dari rumah sakit. Anak itu tampak tertidur lelap setelah minum obat. "Wajahnya sampai memerah seperti ini," gumam Asher. "Itu karena demamnya, Sayang?" Aleena mendekat sambil memegangi pinggangnya. Asher memperhatikan wajah Aleena. Tampak istrinya yang mengernyitkan kening, seperti menahan sakit. Lantas Asher langsung berdiri dan mencekal lembut lengan Aleena. "Pinggangnya sakit lagi?" Aleena mengangguk kecil. "Tapi tidak apa-apa, nanti juga hilang sendiri." "Mau aku usap-usapkan?" tawar Asher. Sejenak Aleena diam duduk di tepi ranjang menatap sang suami. Aleena memperhatikan wajah Asher yang begitu cemas. Alih-alih m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 310. Kasih Seorang Suami Pada Istri Tercintanya

Asher dan Aleena bermalam di Lamberg. Mereka tidur bersama Theo juga di ranjang kamar Aleena. Tampak Asher yang kini tidur di tengah antara anak dan istrinya. Ia tidak mau sampai Theo tidur menendang perut sang Mama. Asher merasakan kebas di kedua lengannya, lengan kanannya dijadikan bantal oleh Aleena, sedangkan lengan kirinya dijadikan bantal oleh Theo. "Agghh," lirih Asher mengetatkan rahangnya pelan. Perlahan, kedua lengannya tidak lagi dijadikan lagi bantal oleh anak dan istrinya, tetapi kini Aleena meringkuk ke arahnya dan memeluk tubuh Asher. Sedangkan Theo membelakangi Asher dengan satu kakinya di atas perut sang Papa. Asher menoleh pada Aleena yang kini mendongakkan wajahnya dengan kedua mata terpejam. Asher menunduk dan mengecup kening sang istri. "Sayang, kau tidak bangun?" bisik Asher. "Aku masih mengantuk," jawab Aleena melingkarkan kedua tangannya memeluk Asher lagi. Asher menoleh pada Theo, ia mengulurkan tangannya mengusap kening sang putra dan panas Theo sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2930313233
...
35
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status