Theo masih menangis sesenggukan dalam dekapan Aleena. Anak itu benar-benar takut saat Asher membentaknya dengan cukup keras. Tak henti-hentinya Aleena terus menenangkan Theo."Sudah, Sayang. Jangan menangis lagi, Nak. Mama bilang juga apa, Theo jangan bermain di sana, Theo ikut Mama saja bermain di belakang." Anak itu membenamkan wajahnya di pelukan Aleena. "Ayo ke rumah Kakek, Ma ... hiks, Theo mau ke rumah Kakek saja!" pekik anak itu mencengkeram erat lengan sang Mama. Aleena mengusap pipi gembil putranya. Wanita itu menatap ke lantai satu, Asher juga sudah berangkat ke kantor. Sejak tadi, Aleena mendesak Theo untuk mengaku, dan anaknya memang mengatakan kalau kertas-kertas milik Papanya berada di lantai, Theo tidak tahu penting atau tidak, hingga ia membuatnya sebagai mainan. Dan ujung-ujungnya sang Papa marah besar padanya. "Mama..." Theo kembali mendongak menatap Aleena dengan mata berlinang. "Iya, Sayang. Kita ke tempat Kakek. Mama telfon Kakek dulu ya, biar ada yang menj
Terakhir Diperbarui : 2025-03-22 Baca selengkapnya