บททั้งหมดของ Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: บทที่ 341 - บทที่ 350

361

Bab 341. S2. Para Remaja dan Segala Onarnya

Setelah mengantarkan Leo ke sekolahnya, Theo pun bergegas melajukan motornya untuk ke sekolah Arabelle. Ia sudah membuat janji dengan Arabelle sejak pagi tadi di depan gerbang sekolah menengah pertama tempat Arabelle menuntut ilmu. Motor sport berwarna hitam itu berhenti di depan gerbang sekolah Arabelle. Theo membuka helm yang ia pakai dan melihat Arabelle berlari kecil ke arahnya. "Theo, kenapa sampai jam segini?" tanya Arabelle mendekati Theo. "Heem. Aku baru saja mengantarkan Leo ke sekolahnya. Papa akan ke rumah sakit pagi ini, jadi Leo berangkat denganku," jawab Theo menjelaskan, sembari mengusap wajahnya. Arabelle, gadis cantik berambut panjang sepunggung itu menatap sendu pada Theo. "Adik Lea sakit lagi, ya?" tanyanya dengan nada sedih. Theo tersenyum, ia mengulurkan tangannya mengusap pipi Arabelle dan menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tapi ... aku sedih kalau melihat Lea terus menangis. Belum lagi Leo sangat nakal, dan ... huh! Aku pusing menjelaskannya!" seru Theo men
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-08
อ่านเพิ่มเติม

Bab 342. S2. Arabelle dan Segala Masalah Hidupnya

Di tempat lain, seorang gadis cantik dengan balutan seragam menengah pertama yang dibalut jaket tebal, tengah duduk di bangku sekolahnya. Saat di jam istirahat, Arabelle tidak pernah menjajakan uangnya untuk makan siang. Ia benar-benar berhemat.Arabelle, gadis itu melipat kedua tangannya di atas meja dan diam menatap ke arah jendela kelasnya di mana daun-daun berwarna kuning, cokelat, merah, mulai berguguran saat dihembus oleh angin. "Arabelle, kau tidak istirahat dan membeli makanan siang? Nanti perutmu sakit lagi," ujar Vivian, teman sebangkunya. Arabelle menggelengkan kepalanya. "Tidak, Vian. Aku tidak lapar." "Jangan bohong. Kemarin perutmu sampai sakit kan, kau tidak makan siang, lalu pulang sekolah kau masih mencari pekerjaan." Vivian menumpuk bukunya di atas meja dan menatap wajah Arabelle dalam-dalam. "Arabelle, Ayahmu 'kan kaya raya, bekerja di keluarga kaya, kenapa kau masih bingung mencari pekerjaan? Hidupmu bukannya sudah enak, ya?" Mendengar apa yang sahabatnya kata
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-09
อ่านเพิ่มเติม

Bab 343. S2. Pekerjaan Baru Arabelle dan Kejahilan Theo

Arabelle mendapatkan pekerjaan di sebuah cafe kecil yang berada di dekat taman kota, tak jauh dari sungai besar di kota Murniche. Di cafe itu sedang mencari karyawan, dan yang paling Arabelle sukai ia tidak harus bekerja dengan banyak orang. Melainkan hanya dengan pemiliknya saja. Dengan begini, Arabelle bisa menabung uangnya sendiri untuk sekolah menengah atas besok. "Arabelle, tolong ini beberapa bunga hiasnya ditata di depan, ya," ujar Erica—pemilik cafe itu. Ia yang kini menyerahkan beberapa pot bunga hias pada Arabelle. "Iya, Kak," jawab Arabelle. "Hmm ... ngomong-ngomong, kalau kau bekerja, apa Mama dan Papamu tidak mencarimu?" tanya Erica memperhatikan Arabelle yang tengah menata beberapa bunga di depan pintu kaca. Arabelle tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Ara hanya punya Ayah saja, Kak," jawabnya. "Lalu, Mamamu?" "Ara tidak punya Mama. Dulu waktu Ara berusia empat setengah tahun, Ayah mengadopsi Ara di panti asuhan," jelas anak itu. Wajah Erica menunjukkan sedi
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-09
อ่านเพิ่มเติม

Bab 344. S2. Sikap Theo yang Posesif

Tepat pukul setengah sepuluh, cafe pun tutup. Arabelle merasa lebih tenang setelah Theo dan teman-temannya pulang. Semua cemilan dan minuman di cafe pun habis malam ini, hal ini membuat Arabelle dan Erica sangat bersyukur. "Arabelle..." Erica memanggil Arabelle yang tengah menutup tirai cafe. "Iya, Kak?" "Kemarilah," panggil Erica melambaikan tangannya. Arabelle mendekati bosnya tersebut. Erica mengulurkan tangannya dan memberikan beberapa lembar uang pada Arabelle. Menatap lembaran uang itu, Arabelle menatap bosnya dengan tatakan gugup. "Kak Erica..." "Ambil, ini upah untukmu. Kakak membayarmu harian, ya," ujarnya. Arabelle menerima uang itu. "Iya, Kak. Terima kasih banyak," ucap Arabelle dengan wajah senang. "Sama-sama. Besok pulang sekolah ke sini lagi, tapi jangan lupa terus belajar ya. Jaga kesehatanmu juga, Arabelle. Sampai di rumah, kau harus cepat berisitirahat, oke?!" Erica mengusap pucuk kepala Arabelle. "Iya, Kak Erica." Gadis cantik itu memeluk uang yang Erica b
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-09
อ่านเพิ่มเติม

Bab 345. S2. Adikku Sayang, Bertahanlah

Theo sampai di rumah pukul sepuluh lebih lima belas menit. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan-pelan karena ia sudah lelah diomeli oleh sang Papa. Saat langkah Theo sudah super pelan, tanpa sengaja ia menoleh ke arah dapur dan melihat musuh bebuyutannya ada di sana! "Kakak!" pekik Leo mendapati Theo. Wajah Theo langsung berubah menjadi sangat-sangat susah seketika. "Oh, oh, oh ... ini dia baru pulang!" pekik Leo. "Kakak dicari Papa dari tadi, mau dipukuli katanya karena pulang sekolah langsung pergi dan tidak pulang-pulang!" "Diam, Leo! Kakak capek!" seru Theo. Alih-alih mendengarkan sang Kakak, Leo justru berlari ke arah ruang kerja sang Papa. "Papa ... Kakak sudah pulang! Ayo dimarahi ramai-ramai, Pa!" teriak Leo menggema di dalam rumah. Theo mendengus pelan mengusap wajahnya yang menjadi sangat sebal setelah melihat Leo. "Punya adik seperti Leo sepuluh, sepertinya aku bisa mati muda..." Leo duduk di kursi ruang makan dengan ekspresi pasrah dalam rasa lela
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-09
อ่านเพิ่มเติม

Bab 346. S2. Adik Kesayangan Theo

Beberapa hari berlalu, Arabelle masih melanjutkan pekerjaannya setelah pulang sekolah dan pulang pukul sembilan malam.Bahkan di hari minggu, gadis itu selalu berangkat pagi, pulang siang dan berangkat lagi. Malam ini cuaca sedang hujan. Cafe tampak sepi dan Erica juga sedang pergi dengan kekasihnya hingga hanya Arabelle dan Theo di cafe itu. Theo yang setiap hari datang ke sana menemani Arabelle. Arabelle memperhatikan Theo yang tampak sedih malam ini. Laki-laki itu diam dan menatap ke arah luar dengan pandangan sendu. "Kak Theo, aku buatkan cokelat hangat," ujar Arabelle meletakkan satu cup cokelat panas di atas meja di hadapan Theo. Laki-laki itu mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis pada Arabelle. Arabelle duduk di samping Theo dan memperhatikannya. "Kak Theo kenapa? Ada masalah, ya?" "Tidak ada," jawab Theo pelan. "Aku ... aku hanya merasa sedih. Lea kembali masuk rumah sakit pagi tadi, Leo dibawa Oma dan dirawat oleh Oma. Mama dan Papa di rumah sakit." "Lea drop lagi,"
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
อ่านเพิ่มเติม

Bab 347. S2. Tanggung Jawab Seorang Lelaki

"Kak Arabelle pegang yang ini, Lea pegang boneka tikusnya!" Lea menyerahkan boneka kucing lucu pada Arabelle.Arabelle tersenyum gemas dan menganggukkan kepalanya antusias pada anak kecil di hadapannya ini."Oke. Kalau begitu, berarti kucingnya akan memakan anak tikus..!" seru Arabelle dengan wajah berbinar. Lea pun langsung tertawa gemas saat boneka kucing di tangan Arabelle menyergap boneka tikus di tangannya. Suara tawa kecil Lea terdengar begitu seru di dalam kamar rawat inap tersebut. Hanya karena mainan itu, Lea bisa tertawa sampai terpingkal-pingkal. Bahkan, anak itu mau disuapi sambil bermain. Hal ini cukup sangat melegakan. Aleena dan Theo duduk di sofa, mereka tersenyum lega melihat Lea bersemangat. "Kakak, sini..." Lea menoleh pada Theo dan melambaikan tangannya. Theo segera beranjak dari duduknya melangkah ke arah Lea. "Kenapa, Sayang?" "Kakak pegang yang ini. Ayo kita serang kucingnya bersama-sama!" seru anak itu dengan wajah antusias. "Mana, biar Kakak menjadi a
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
อ่านเพิ่มเติม

Bab 348. S2. Theo Vs Leo

Pagi ini Theo mengantarkan Arabelle pulang. Setelah semalam Arabelle menemani Theo dan Aleena di rumah sakit. "Terima kasih semalam sudah mau menemani Mama dan Lea di rumah sakit," ucap Theo pada Arabelle. Gadis cantik itu tersenyum lembut. "Sama-sama, Kak Theo." Theo mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala Arabelle. "Sudah sana masuk. Sarapan yang banyak, dan jangan lupa istirahat." "Oke, siap, Bos!" Gadis itu tersenyum lebar. Theo hanya terkekeh gemas dengan tingkah Arabelle. Gadis itu pun masuk ke dalam gerbang rumah sambil melambaikan tangannya pada Theo. Segera Theo bergegas pergi saat itu juga. Sepanjang perjalanan, Theo memiliki Leo yang sekarang bersama Opa dan Omanya. Opa dan Omanya sudah tua, sedangkan Leo anak yang sangat nakal. Theo takut kalau Leo meminta hal yang aneh-aneh dan banyak tingkah di sana. "Lebih baik aku jemput Leo saja," gumam Theo, ia langsung send kanan motornya menuju arah jalan ke rumah Opanya. Beberapa menit kemudian, motor hitam milik Theo
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-11
อ่านเพิ่มเติม

Bab 349. S2. Kebersamaan yang Menyenangkan

Beberapa teman Theo sudah pulang. Tapi kini tersisa tiga orang saja di sana, Theo meminta Dylan, Jonath, dan Gery menemaninya di rumah sakit agar Theo tidak jenuh. Theo juga meminta Aleena untuk istirahat di ruangan sebelah, karena sudah ada Theo yang kini menjaga Lea dan mengajaknya bermain. "Ger, sepertinya kau cocok kalau punya adik," ujar Dylan memperhatikan Gery. Gery menoleh sambil terkekeh. "Mamaku sudah hipertensi memiliki satu anak sepertiku, apalagi kalau ditambah ... bisa kebakaran rumahku dan berujung aku dicoret dari kartu keluarga dan tidak dapat warisan!" serunya sebelum ia memperhatikan Lea dengan gemas. "Tapi, kalau adiknya seperti Lea, aku akan menuruti apapun keinginannya akan aku turuti. Emm ... atau bagaimana kalau aku menunggu Lea besar saja, nanti aku akan menikahi Lea, lalu menjadi adik ipar Theo, sepertinya seru!" "Modelan Kadal gurun sepertimu mau menjadi menantu Keluarga Benedict. Sok-sokan ingin mendekati Tuan Putri dari keluarga kaya raya..," sahut Dy
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-11
อ่านเพิ่มเติม

Bab 350. S2. Saingan Baru Theo Memperebutkan Arabelle

Di hari libur, Arabelle tetap bekerja di sore hari. Tetapi hari ini, gadis itu tidak ditemani oleh Theo karena laki-laki itu bilang kalau dia sangat lelah setelah menjaga adiknya di rumah sakit. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam, Arabelle baru saja pulang dari bekerja. Gadis cantik itu duduk di sebuah halte menunggu bus. Arabelle menggosok kedua telapak tangannya dan meniupnya dengan lembut. "Huhh ... dingin sekali malam ini," lirih gadis itu. Terdengar suara deringan ponsel di dalam tas slempang yang Arabelle bawa saat ini. Gadis itu segera mengambil ponselnya, di sana ia melihat nama sang Ayah. Dengan rasa ragu, Arabelle menjawab panggilan itu. "Halo, Ayah..." "Kau di mana, Nak? Ini sudah malam, Arabelle," ujar Jordan dengan nada panik. Jemari tangan Arabelle meremas ponsel yang ia bawa saat ini. "Arabelle masih di halte, Arabelle menunggu bus, Yah. Ayah jangan khawatir, sebentar lagi pasti busnya sampai." "Ayah jemput saja sekarang..." "Tidak, Ayah. Arabelle pula
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
323334353637
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status