Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 221 - Bab 230

369 Bab

Bab 221. Selamat Tinggal, Anakku Sayang

Sampai hari sudah malam, Aleena menunggu Asher kembali. Tetapi suaminya tidak kunjung datang. Sepanjang hari ini Aleena hanya diam dan murung. Bahkan lebih dari tiga kali ia mengunjungi ruangan bayi di mana anaknya berada. Seperti saat ini, Aleena berjalan tertatih-tatih menuju ke dalam kamar bayinya. Ia kini duduk memangku Theo sejak beberapa menit yang lalu. "Theo, Sayang ... anak Mama jangan sedih ya, Nak," bisik Aleena mengusap pipi gembil putra kecilnya. "Mama sangat menyayangi Theo." Aleena meneteskan air matanya. Teringat akan ucapan Camelia pagi tadi membuat perasaan Aleena hancur berkeping-keping. Mereka membuat Aleena seolah-olah tidak memiliki harapan lagi untuk bersama putra kecilnya. Bahkan Asher sejak pagi belum juga kembali. Aleena mengusap air matanya dan menundukkan kepalanya mengecup wajah bayi mungilnya. "Mama sangat mencintai Theo," bisik Aleena. "Mama sangat menyayangi Theo melebihi apapun." Alena menangis pedih, bahkan ia meninggal putranya beberapa meni
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 222. Sepucuk Surat Terakhir dari Aleena untuk Asher

Sepanjang perjalanan, Aleena menceritakan semuanya pada Samuel. Berapa hancurnya hati Aleena dan ia bahkan tidak berhenti menangis. Sesekali Aleena mengatakan bahwa ia sangat sedih karena harus meninggalkan Theo yang masih bayi. Tetapi, Aleena tidak punya pilihan lain. Aleena kini duduk lemas di dalam mobil, bahkan baju rumah sakit berbalut kardigan yang ia pakai pun tampak kusut. "Sudah Aleena, tenanglah ... kau bisa semakin sakit kalau terus menangis seperti ini," ujar Samuel mengusap pundak Aleena. "Aku tahu, ini sangat menyakitkan untukmu." Sahabatnya itu mengangguk dan menyeka air matanya. Namun tak dipungkiri, hancur dan kacaunya pikiran Aleena saat ini. Hingga beberapa jam perjalanan, Aleena dan Samuel telah keluar dari kita Palonia. Mereka berdua telah sampai di Murniche. Samuel membawa Aleena pulang ke rumah Papanya yang baru. Dengan mobil berhenti tengah malam di depan rumah, pintu rumah itu pun terbuka. Aleena semakin tidak bisa menahan air matanya saat ia melihat Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 223. Kalian yang Memisahkan Anakku dengan Mamanya!

Asher gemetar membaca surat yang Aleena tinggalkan untuknya. Hatinya merasa tersayat-sayat atas kepergian Aleena. "Aleena..." Asher meneteskan air matanya dan mengusap wajahnya kasar. Ia kembali menatap cek uang seratus juta. Cek itu tertulis pada sebuah Bank milik keluarga Benedict. Asher mengepalkan kedua tangannya dalam kemarahan yang membara. Ia melangkah keluar meninggalkan kamar inap Aleena. Di sana, Asher melihat bayinya yang masih rewel dalam gendongan seorang suster. "Bagaimana, Asher? Dia benar-benar tidak ada di kamarnya?" tanya Darren panik. Asher tidak menjawab, ia melewati Papanya dan memanggil ajudannya."Jordan!" pekik Asher. "Ya, Tuan?" Jordan mendekatinya. "Cepat jemput Bibi Julien, suruh dia datang ke sini untuk menggendong Theo," ujar Asher. "Aku akan mengurus berkas rumah sakit dan kepulangan Theo." Jordan tampak bingung, namun ia mengangguk setelah melihat kedua mata Asher memerah. Mendengar hal yang Asher perintahkan pada kedua ajudannya, Camelia dan D
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 224. Aku yang Kini Terpuruk Hebat, Asher

Sementara di tempat lain...Aleena sudah pindah dan pergi meninggalkan Murniche bersama Papanya dan juga Samuel sejak semalam. Dan sore ini, Aleena sudah berada di rumah lamanya di Lamberg. Rumah kuno yang dulunya menjadi tempat Aleena dibesarkan bersama Mama dan Papanya, kini ia tempati lagi berdua dengan Papanya. Gadis itu tampak terus murung dan duduk di sebuah kursi kayu sambil menatap matahari terbenam, bahkan kini kondisi Aleena sedang demam tinggi. Sejak semalam Aleena tidak berhenti melamun dan terlihat jelas betapa ia terpukul berat atas kehilangan kepemilikan putranya yang masih berusia lima hari. Sebagai seorang Papa, Liam tidak tega melihat kondisi putri kesayangannya. "Nak, Aleena ... sekarang kita sudah ada di rumah milik Papa. Aleena ingin tinggal di sini, kan? Jangan sedih-sedih lagi," bujuk Liam sambil duduk menekuk kedua lututnya di hadapan Aleena. "Papa tidak tega melihatmu seperti ini, Aleena ... Papa merasa sangat bersalah, Nak." Liam tertunduk dan menangis t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Bab 225. Kemarahan Samuel pada Asher

Asher tidak berhenti untuk terus mencari Aleena. Bahkan hingga berhari-hari kepergiannya, Asher masih berharap istrinya berada di sekitar Murniche. Pagi ini, Asher meninggalkan bayinya bersama Bibi Julien dan juga pengasuhnya di rumah dengan keamanan yang ketat. Asher pergi ke Murniche untuk mencari informasi, ditemani oleh Jordan. "Apa Tuan ingin menemui seseorang?" tanya Jordan menatap Asher dari kaca kecil di atas bangku kemudi. "Ya," jawab Asher. "Aku akan menemui Samuel. Aku yakin, laki-laki itu pasti tahu di mana Aleena berada." Jordan mengangguk. "Kabarnya saat ini Samuel sudah tidak lagi menjadi guru dan dosen, Tuan. Joseph memberitahu saya kalau Samuel saat ini bekerja di perusahaan milik Papanya. Saya baru tahu dia anak pebisnis yang cukup besar di Murniche," ujar Jordan. Asher terdiam sejenak, ia pun bergumam pelan. Sungguh, Asher kadang merasa takut bila seseorang mengambil Aleena darinya. Tentu saja Asher tidak rela, ia tidak akan membiarkan seseorang dengan berani
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 226. Aleena Jatuh Sakit Karena Kerinduannya pada Sang Bayi

Sudah lebih dari satu minggu Aleena tinggal di Lamberg bersama dengan Papanya. Gadis itu jatuh sakit sejak ia pertama kali datang, dan Papanya lah yang merawat Aleena setiap hari dengan penuh kasih sayang. Liam sengaja meminta Samuel untuk tidak datang agar ia tidak diikuti oleh orang-orang suruhan Asher, karena Liam menduga pasti Asher tetap mencari Aleena. Laki-laki tua itu kini duduk di sebuah kursi kayu, menatap Aleena yang tertidur dengan wajah pucat, demam Aleena belum juga turun."Cepat sembuh ya, Nak. Papa sangat sedih melihatmu seperti ini," ujar Liam mengusap kening Aleena. Tiada hari tanpa kesedihan yang Liam lewatkan beberapa hari ini. Melihat putri semata wayangnya selalu duduk diam, merenung, lupa jam makan dan tidur membuat Liam terpukul hebat. Liam tahu, bagaimana sedihnya Aleena kehilangan anaknya. Semua karena kekejaman Keluarga Benedict! "Papa akan mencari pekerjaan, Papa akan menuruti apapun yang kau inginkan bila kau inginkan. Kita akan makan enak dan pergi k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 227. Aleena-ku, Kau Harus Bahagia Setelah ini, Nak..

Keesokan harinya, Camelia mengunjungi kediaman Asher. Wanita itu tidak bisa lama-lama tidak bertemu dengan Cucunya. Ditemani oleh sang suami, kini Camelia duduk di ruang tamu sambil menggendong Theo yang sedang tertidur di dalam lain bedongan berwarna biru. Camelia tersenyum penuh haru menatap Asher. "Mama sangat senang, kau mengizinkan Mama bertemu dengan Theo," ujarnya. Asher masih diam dan tidak menjawabnya. Ia masih kesal pada sang Mama yang membuat Aleena pergi meninggalkannya. "Mama merasa senang, aku dan Theo merasa menderita, Ma," sahut Asher dengan wajah menahan marah. Darren mengulurkan tangannya menepuk pundak sang putra. "Asher, Papa tidak mau ada pro dan kontra bila kau melanjutkan hubunganmu dengan Aleena. Jadi—""Iya, karena Aleena sekarang tidak di sini kalian bisa berbicara seperti itu! Bilang saja kalau Mama dan Papa bahagia melihat Theo berpisah dengan Mama kandungnya!" seru Asher. "Papa seorang laki-laki, Papa juga sering menasehatiku untuk menjadi laki-laki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 228. Marsha Ingin Menggantikan Posisi Aleena

Sudah dua minggu berlalu, tak ada kabar apapun tentang Aleena. Bahkan upaya mengikuti Samuel pun sia-sia, laki-laki itu tidak menunjukkan bepergian ke mana-mana. Asher masih tetap terus mencari, mengerahkan beberapa orang untuk mencari ke pelosok negeri. Laki-laki itu kini tengah di rumahnya. Ia menjaga bayi mungilnya yang baru saja bangun dari tidurnya, anak manis itu juga baru saja dimandikan oleh Bibi Julien. "Theo sangat lucu saat memakai baju hangat yang Aleena buatkan, Bi," ujar Asher. "Iya, Tuan. Saya juga merasa begitu," jawab Bibi Julien tersenyum sambil menggendong Theo. "Saya juga merasa lega, Theo sudah tidak rewel lagi. Saya yakin, dia pasti akan menjadi anak yang pintar bila sudah besar nanti." Asher mengangguk. "Ya. Aku juga merasa begitu. Dia pasti memiliki kepribadian yang sama dengan Mamanya. Manja, dan gampang marah." Mendengar hal itu, Bibi Julien tersenyum dan mengangguk. Wanita itu pun juga merasa sedih saat Aleena pergi. Hingga kini ia meminta pada Asher u
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 229. Tuan, Nona Aleena Berada di Lamberg

Keesokan harinya...Hari sudah sore, Asher baru saja kembali dari kantornya setelah berangkat siang tadi saat Theo sedang tidur. Saat mobil hitam milik Asher memasuki pekarangan rumahnya, laki-laki itu melihat ada mobil putih milik Marsha di depan rumahnya. "Marsha," gumam Asher dengan kedua alis mengerut tajam. "Untuk apa wanita itu ke sini lagi?"Segera Asher melangkah masuk ke dalam rumah, laki-laki itu berjalan ke arah ruang keluarga dan mendengar suara Marsha yang seolah-olah sedang menghibur dengan suara kecil dan gemasnya. Asher mendekati ruang Keluarga, ia berdiri di dekat pintu dan melihat Marsha memangku Theo, di sampingnya berdiri Bibi Julien. "Anak manisnya Mama, sudah bangun, ya ... " Marsha memiringkan kepalanya dan menatap bayi mungil itu dengan lembut penuh kasih sayang. "Halo, Sayang ... Theo digendong Mama Marsha, sekarang ya?" Bayi itu mengangkat sudut bibirnya dengan kedua mata tertutup kembali. Marsha terkekeh dan menoleh cepat pada Bibi Julien. "Astaga! Y
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 230. Aku Akan Membawamu Pulang, Aleena!

Di Kota Lamberg..."Aku sangat mempercayakan padamu atas toko mainan milikku yang berada di kota, Liam. Kau juga bisa tinggal di sekitar kota, agar kau tidak berada di tempat terpencil dan rumah tua yang bisa roboh kapan saja ini." Seorang laki-laki bertubuh tinggi besar tengah berbincang dengan Papa Aleena di ruang tamu. Dia adalah Paman Billy, sahabat baik Liam sejak masih muda. Juga menjadi orang yang sukses berkat bantuan Liam sebelum Liam pindah ke Murniche. "Tapi Bil, aku baru dua mingguan bekerja denganmu, tidak enak dengan yang lain bila kau sudah memberikan aku modal sebesar ini," ujar Liam. "Apalagi kau memberikan aku sebuah toko mainan, yang pastinya akan sangat ramai nantinya." Paman Billy menepuk pundak Liam dengan tegas. "Liam, dulu aku juga hidup susah seperti yang kau rasakan sekarang. Tapi apa ... kau memberikan aku banyak uang untuk modal, kau bahkan juga memberikanku tempat tinggal dan membantu keluargaku. Aku tidak enak bila kau selalu bersikap tidak enak hati
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status