Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 231 - Bab 240

369 Bab

Bab 231. Aku Telah Kehilanganmu

Keesokan harinya, Aleena sudah berada di tempat tinggalnya yang baru. Bangunan berlantai dua yang mewah, dan di dalam lantai dua itu juga cukup ditempati oleh Aleena dan Papanya. Pagi ini, Aleena berdiri di balkon lantai dua menatap ke arah luar jalanan ramai dan indahnya kota Lamberg yang sangat luas dan besar. Dari atas sini, Aleena melihat anak-anak kecil bermain di taman yang berada di seberang jalan di depan tempat tinggalnya. Melihat banyak anak-anak kecil itu, membuat Aleena kembali merindukan Theo. Sering dalam diam ia bertanya, sedang apa anaknya sekarang? "Nak, Aleena..." Suara Liam memanggilnya. Aleena langsung menoleh ke belakang menatap sang Papa yang kini berdiri sambil menenteng dua paper bag di tangannya. "Papa dari mana?" tanya Aleena menatap sang Papa. "Papa membelikan sarapan untukmu, Nak. Tidak apa-apa kan, kalau kau sarapan sendiri di sini? Papa harus menjaga toko di bawah, sebentar lagi pukul delapan toko akan Papa buka," ujar Liam. Aleena mengangguk. "Kal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Bab 232. Aku Bersumpah, Akan Menemukanmu Suatu Saat Nanti

Sepanjang hari Asher mencari Aleena di kota Lamberg. Menunjukkan fotonya pada orang-orang di sekitar sana dan tidak pernah ada yang mengenali Aleena sama sekali, bahkan gambar Liam sekalipun yang Asher tunjukkan. Hingga kini, Asher kembali ke rumahnya saat hari sudah gelap dan hujan deras mengguyur kota Palonia. Di rumahnya ada Marsha, dan entah kenapa wanita itu setiap hari datang ke sini menjaga Theo. Asher berjalan keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah dengan perasaan hancur dan wajah yang lelah antara sedih, emosi, dan putus asa menjadi satu. "Asher, kau sudah kembali..." Marsha menatapnya dan wanita itu beranjak dari duduknya dari sofa ruang keluarga. Asher menoleh menatap Marsha yang menggendong Theo, bersama Bibi Julien di sampingnya. Bibi Julien mendekati Asher yang kini tampak kacau. "Tuan..." Asher tidak mengatakan apapun pada mereka, laki-laki itu beranjak dari duduknya dan berjalan naik ke lantai dua. Kepalanya tertunduk, ia merasa pening karena terus mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 233. Pertemuan Aleena Dengan Seorang Anak Kecil Laki-laki yang Manis

LIMA TAHUN KEMUDIAN...Kota Lamberg. Seorang wanita cantik, berambut panjang sepinggang dengan balutan blazer abu-abu, tampak berjalan memasuki kawasan sekolah taman kanak-kanak. Selama hampir lima tahun tinggal di Lamberg, Aleena mendapatkan pekerjaan sebagai seorang guru di sekolah taman kanak-kanak, pekerjaan ini membuatnya senang karena ia bisa bertemu dengan banyak anak kecil setiap hari. Bahkan kehidupannya bersama sang Papa juga berubah drastis, Papanya menjadi pemilik toko mainan terbesar di kota Lamberg. "Selamat pagi, Ms. Aleena," sapa seorang wanita berambut pirang berkulit putih yang kini menyambut kedatangan Aleena. "Oh, ya ... selamat pagi Ms. Ambeer," balas Aleena tersenyum pada wanita yang lima tahun lebih tua darinya itu. "Ms. Aleena, hari ini ada anak baru di kelas saya. Semua data-data sudah saya handle, tapi satu jam lagi saya akan ada rapat dengan kepala sekolah. Jadi ... Ms. Aleena bisa menjemput anak barunya nanti," ujar Ms. Ambeer pada Aleena yang mendenga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 234. Anak Kesayangan Papa Asher

Aleena mengajak Theo masuk ke dalam kelas. Bahkan anak itu berjalan sambil memeluknya erat-erat. "Selamat pagi, semuanya..." Aleena menyapa semua anak di dalam kelas itu. "Selamat pagi, Ms. Aleena!" Kompak semua murid di dalam kelas itu menjawab. Aleena tersenyum cerah pada mereka semua. "Anak-anak, hari ini kalian semua kedatangan teman baru. Namanya Theodore, tapi sekarang Theo masih malu-malu," ujar Aleena pada dua puluh lima anak di dalam kelas itu. Aleena tersentak pelan saat tiba-tiba Theo memunggungi teman-temannya dan memeluk kedua paha Aleena sambil mendongak dengan mata berkaca-kaca. "Ms, Theo mau pulang," rengek anak itu mencebikkan bibirnya. Aleena mengela napasnya pelan, ia menunduk dan mengusap pucuk kepala Theo. "Sayang, lihat itu semua teman-teman Theo ... mereka ingin mengajak Theo bermain, ingin berkenalan semuanya dengan Theo," ujar Aleena mengelus pipi anak itu. Theo menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjinjit meminta gendong. Bocah empat tahunan itu mena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 235. Anak itu Adalah Theodore-ku

Hujan mengguyur kota Lamberg malam ini. Aleena tampak tengah makan malam bersama sang Papa di rumahnya. Sejak satu tahun bisnis Papanya berhasil, bahkan Papanya sudah bisa mengembalikan modal awal toko mainan pada Paman Billy, sejak saat itu juga Liam membeli rumah baru yang cukup layak dan bisa dikatakan lebih megah. Bahkan sekarang ia memiliki banyak karyawan di toko mainannya yang sudah sukses dan diperluas. "Bagaimana pekerjaanmu seharian tadi, Nak?" tanya Liam pada Aleena. Sejak beberapa menit di meja makan, Liam memperhatikan putrinya tampak melamun. Bahkan Aleena hanya diam memainkan sendok di tangannya saja. Aleena mengangkat pandangannya menatap sang Papa sebelum ia tersenyum. "Baik-baik saja, Pa." "Kalau baik-baik saja, kenapa melamun seperti itu? Kalau ada masalah, cerita sama Papa," bujuk Liam. Aleena menundukkan kepalanya dan ia tidak berani menatap sang Papa. "Tadi di sekolah ... Aleena memiliki murid baru, Pa," jawab Aleena sambil tersenyum tipis. "Dia anak laki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Bab 236. Theo-ku Sayang, Theo-ku Malang

Keesokan paginya, Aleena kembali berangkat mengajar seperti biasa. Tetapi hari ini, rasanya tidak seperti hari-hari biasanya, ia jauh lebih bersemangat, seperti ada dorongan untuk pergi mengajar sesegera mungkin. Saat Aleena sampai di gedung sekolah, ia melihat seorang anak kecil laki-laki duduk di sebuah bangku taman merenung memangku bekal sarapannya dan diam menatap ke arah teman-temannya. Anak itu, dia adalah Theodore...Aleena segera mendekatinya, hingga kedatangannya membuat Theo menoleh menatap Aleena dengan tatapan sendu. "Selamat pagi, Theo ... kenapa murung, Sayang?" tanya Aleena duduk di sampingnya. Anak itu cemberut. "Mamanya Theo memberi bekal udang, Theo tidak suka udang nanti bisa gatal-gatal," ujar anak itu menundukkan kepalanya. Aleena mengerjapkan kedua matanya. "Loh ... memangnya Theo tidak bilang sama Mama?" "Sudah. Tapi Mama marah, Mama bilang ... bawa saja, jangan banyak bicara, dasar anak merepotkan!" serunya sebelum ia menatap Aleena. "Begitu, Ms..." Tat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 237. Theo Mau Punya Mama Seperti Ms. Aleena

Bersama pengasuhnya, Theo diajak pergi jalan-jalan. Mereka berdua pergi ke sebuah taman yang berada di tengah-tengah kota Lamberg. Setelah dimarahi oleh sang Mama, Theo terus murung dan tidak mau pulang. Anak laki-laki itu sejak tadi meminta Kara untuk mengantarkan ke tempat Bu guru, yang tak lain adalah Aleena. "Tuan Kecil, kita main di sini saja ya ... nanti kalau sudah tidak marah, baru kita pulang, oke?" Kara mengusap pipi Theo yang masih basah dengan air mata. Dengan polos Theo menganggukkan kepalanya. Kara pun mendudukkan Theo di sebuah bangku taman. Theo masih murung dan sedih, anak itu menatap sekitar. Ia melihat anak-anak seumurannya yang tampak asik dan seru bermain dengan kedua orang tuanya. Tetapi Theo merasa nasib beruntung itu tidak terjadi padanya, Papanya sangat sibuk di luar kota, dan jarang pulang. Sedangkan Mamanya hanya bersikap baik saat Papanya ada di rumah. Kara, adalah satu-satunya orang yang selalu membela Theo dan ia selalu memenangkan Theo kapanpun. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 238. Theo Tenang Dalam Pelukan Aleena

Kara kebingungan mencari Theo, pengasuh itu telah mengelilingi taman mencari Tuan Kecilnya sambil menangis-nangis karena sudah dua jam ia mencari Theo dan tidak menemukannya sama sekali. Ia merasa sangat panik, pasti nanti Nyonya dan Tuannya akan sangat marah. "Ya Tuhan, aku harus ke mana mencari Tuan kecil?" tangis Kara duduk di sebuah bangku taman sambil terus mencari-cari. Dengan tangan gemetar, Kara merogoh saku bajunya dan ia menghubungi Marsha secepatnya. "Halo ... halo, Nyonya...." "Ada apa, Kara?" tanya Marsha di balik panggilan itu. "Nyonya, Tuan Kecil hilang di taman. Saya sudah mencarinya hampir dua jam," ujar Kara sambil menangis. "Saya tidak tahu harus mencari ke mana lagi, Nyonya..." "Apa kau bilang?!" pekik Marsha di balik panggilan itu. "Bagaimana bisa kau kehilangan Theo, Kara!" teriak Marsha di balik panggilan itu. "Kau benar-benar ingin aku pecat?! Iya?!" "Nyonya, saya bisa jelaskan. Saya—""Cepat hubungi Asher! Mengakulah kalau kau yang menyebabkan Theo hil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 239. Kemarahan Theo pada Marsha

Cukup lama Aleena menunggu, ia masih memeluk Theo dengan erat dan mengusap-usap punggungnya seolah-olah ia ibu yang ingin anaknya tetap tidur dengan tenang. Sampai akhirnya, terdengar bunyi lonceng saat pintu cafe terbuka. Aleena menoleh ke belakang di mana seorang laki-laki berpakaian formal dengan stelan tuxedo hitam berjalan ke arah Aleena setelah melihatnya memeluk Theo. Aleena tertegun sejenak, dugaannya dan asumsinya salah! Laki-laki itu, bukanlah Asher Benedict. Aleena tersenyum saat laki-laki itu mendekat. "Saya minta maaf, Tuan. Sudah membuat Tuan dan keluarga semua cemas," ujar Aleena. Stefan tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Nona. Setidaknya Theo ditemukan dalam keadaan baik-baik saja," jawab laki-laki itu. "Kalau begitu, permisi ... saya akan mengambil Theo." "O-oh ya, tunggu sebentar, pelan-pelan ... nanti dia bisa bangun," ujar Aleena mengangkat tubuh Theo perlahan. Anak itu terbangun saat sudah berpindah dalam pelukan Stefan. Theo terlihat terkejut dan anak itu men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

Bab 240. Tak Bisa Berhenti Memikirkanmu

Setelah Theo tertidur, Asher segera keluar dari dalam kamarnya. Laki-laki itu berjalan menuruni anak tangga dan melihat Marsha duduk bersama Kara di ruang tamu. Marsha tampak memarahi pengasuh Theo, dan wanita muda itu hanya diam tertunduk menangis sesekali meminta maaf. "Kalau terjadi sesuatu pada Theo, siapa yang akan bertanggung jawab! Kau mau bertanggung jawab atas anakku?!" omel Marsha pada Kara. "Maaf, Nyonya ... maafkan saya." Kara menundukkan kepalanya dan menangis tersedu-sedu. "Maafmu tidak bisa mengembalikan apapun, Kara!" pekik Marsha. "Kau benar-benar ingin dipecat!" Amukan Marsha terhenti saat Asher muncul. Laki-laki itu berjalan mendekati dua wanita yang kini duduk berhadapan. Asher memiliki duduk di samping, menatap kedua wanita itu. "Cukup, Marsha. Berhenti membesar-besarkan perkara," ujar Asher. "Biar aku yang bertanya pada Kara tentang kejadian tadi," sahutnya. Asher menatap pengasuh itu. "Kenapa kau membawa Theo pergi ke luar? Bukankah sudah aku katakan ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status