Semua Bab Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Bab 201 - Bab 210

369 Bab

Bab 201. Marsha Harus Membayar Rasa Sakit Aleena!

Sepanjang jalan menuju Palonia, Aleena hanya bisa menangis dan terus bersedih hati mengingat Papanya kini telah membencinya. Asher memeluknya erat dan mencoba untuk terus menenangkannya. Hingga kini, mereka telah tiba di rumah aat hari sudah gelap. Asher merangkulnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Aleena segera mengganti pakaiannya dan ia segara berbaring di atas ranjang dan meringkuk memunggungi Asher. "Istirahatlah, Sayang," bisik Asher mengusap pucuk kepala Aleena. "Pergilah ... tinggalkan aku," lirih Aleena mengusirnya. "Aku ingin sendiri." Alih-alih segera pergi, justru Asher kini memeluknya erat dari belakang dan mendekap Aleena dengan sangat erat sambil memejamkan kedua matanya. Asher membenamkan wajahnya di ceruk leher Aleena dan merasakan kesedihan yang sedang membelenggu istrinya. Dengan lembut, Asher mengusap kening Aleena. "Jangan menangis, Sayang. Aku akan mencari seseorang yang telah mengatakan hal bodoh ini pada Papamu, aku berjanji akan mengembalikan Papa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

Bab 202. Tuan Darren Mengetahui Rahasia Asher

Kondisi Aleena menurun setelah kejadian kemarin. Dokter Regina memintanya untuk banyak beristirahat, karena Aleena mengalami sakit pada perutnya. Kini, Asher menemaninya dan duduk di samping Aleena. Menatapi wajah pucat dan letih yang tengah damai dengan alam tidurnya, dalam kamar yang sangat hening. Asher meraih tangan Aleena dan menggenggamnya dengan hangat. "Segeralah sembuh, Sayang," bisik Asher mengusap kening Aleena. "Kasihan anak kita..." Pandangan Asher jatuh pada perut besar Aleena. Ia ingin sekalian menyentuhnya, tetapi Asher takut sentuhan tangannya akan membangunkan Aleena. Pintu kamar terbuka perlahan, muncul Jordan yang kini berdiri di ambang pintu. "Maaf menyita waktunya, Tuan ... ada telfon dari Tuan Besar," ujar Jordan. Asher segera beranjak dari duduknya. Laki-laki itu berjalan keluar dari dalam kamar segera. Di luar, Jordan segera menyerah ponselnya pada Asher. Terdengar suara Darren yang uring-uringan di balik panggilan itu. "Halo, Pa..." "Halo, kau di ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 203. Anakku Aleena, Maafkan Papa...

Asher tepat janji pada Aleena, ia tidak ingin membuat Aleena bersedih terlalu lama. Laki-laki itu datang ke rumah sakit Murniche pagi ini untuk bertemu dengan Liam. Kedatangan Asher, membuat Liam terkejut. Mulanya ia mengenal Asher adalah atasan Aleena di tempat bekerja. Laki-laki tua itu, kini menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan dan selang oksigen yang kini berada di bawah hidungnya. Pahatan wajah tuanya masih terlukis jelas kesedihan yang dia rasakan. Yang jelas, Liam tahu siapa laki-laki tampan di depannya ini yang cukup familiar di kalangan masyarakat kelas atas, seorang Asher Benedict!"Selamat pagi, Tuan Liam," sapa Asher saat ia melangkah mendekat."Kau mau apa?" tanya Liam saat Asher mendekat. "Di mana anakku? Di mana kau menyembunyikan anakku Aleena?!" Asher menarik sebuah kursi kecil dan duduk di samping Liam yang kini duduk di atas ranjang rumah sakit dengan tak berdaya. "Tuan jangan mengkhawatirkan Aleena," ujar Asher menundukkan kepalanya sejenak. "Bagaima
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 204. Perhatian Hangat Nyonya Camelia pada Aleena

Setelah meninggal rumah sakit, Asher dan Jordan segera pergi untuk mencari Marsha untuk memberinya pelajaran yang setimpal. Wanita itu harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan hingga membuat Aleena dan Papanya menderita karena salah paham. Asher mendatangi kediaman lamanya. Di sana ia melihat Marsha yang hendak keluar dari dalam rumah, wanita itu tampak ingin bergegas pergi, tetapi Asher lebih dulu menghampirinya setelah keluar dari dalam mobil. "Asher, kau—""Masuk!" sentak Asher mendorong Marsha masuk ke dalam rumah. Wanita itu mundur beberapa langkah dan Asher menariknya mendekati sofa. Tatapan mata Asher yang nyalang membuat Marsha bergidik ngeri. "Ke-kenapa kau datang-datang marah seperti ini, hah?" tanya wanita itu tanpa sadar.Asher menoleh pada Jordan. "Berikan berkasnya padaku!" perintahnya pada sang ajudan. Jordan membuka sebuah berkas dan meletakkannya di atas meja tanpa mengatakan sepatah kata pun. Asher mencengkeram erat lengan Marsha dan memberikan sebuah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 205. Mengakui Aleena Sebagai Menantu di Keluarga Benedict

Camelia masih setia menemani Aleena, bahkan wanita itu kini tengah duduk di sampingnya sambil memperhatikan Bibi Julien yang tengah merapikan rambut panjang Aleena. Diam-diam wanita berpakaian glamor berwarna hijau tua itu ternganga saat melihat rambut panjang Aleena diikat dan dikepang, gadis itu terlihat sangat muda dan sangat cantik. Camellia tersenyum samar. 'Asher pintar mencari istri, gadis ini benar-benar masih segar dan cantik, pantas saja Asher sangat betah hingga tergila-gila!' batinnya tertawa gemas. "Sudah, Nyonya," ujar Bibi Julien menatap Camelia dan menatap kepangan rambut Aleena. "Heem, begitu jauh lebih baik. Dia tidak akan kegerahan..." Aleena tertunduk menatap semangkuk buah-buahan yang Bibi Julien siapkan untuknya. "Makanlah pelan-pelan, Aleena. Kau harus segera pulih supaya kondisi bayimu juga sehat," ujar Camelia menarik ujung selimut Aleena. "Perlahan-lahan nanti nyerinya akan hilang. Harusnya kau jalan-jalan sebentar ... Asher juga bodoh sekali
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 206. Pa, Kau Akan Memiliki Seorang Cucu

Hari sudah malam saat Camelia tiba di Murniche usai menemani Aleena seharian di Palonia. Kepulangannya hingga hari gelap membuat suaminya—Darren tampak kesal padanya. Karena tak biasanya Camelia pergi pagi hingga pulang malam. "Kau dari mana saja, Ma? Kenapa jam segini kau baru pulang?!" tanya Darren sambil menatap istrinya yang baru saja menutup pintu. Camelia mengembuskan napasnya pelan dan wanita itu berjalan mendekati Darren di ruang tengah. Tampak Darren terlihat menatapnya penuh intimidasi. "Aku dari Palonia, Pa," jawab Camelia. "Palonia?" ulangnya dengan nada bingung. Camelia mengangguk. "Ya, aku baru saja kembali tempat Asher di sana." Tatapan iris mata hitam suaminya pun menajam. Darren menutup sebuah buku di pangkuannya dan ia memperhatikan Camelia lekat-lekat. "Kau datang ke sana untuk memastikan apakah Asher benar-benar memiliki istri yang dia sembunyikan di sana?!" Darren bertanya dengan nada menekan. Dan lagi-lagi Camelia mengangguk. "Ya ... Asher tinggal bersam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 207. Kedatangan Orang Tua Asher

Suara deringan ponsel terus terdengar di atas meja. Asher dan Aleena masih sama-sama tertidur pada mulanya. Namun, deringan itu sangat mengganggu ketenangan Aleena hingga gadis itu langsung terbangun. Dengan kesabaran penuh Aleena menyingkirkan tangan Asher yang memeluknya begitu posesif. Aleena beranjak duduk perlahan-lahan. "Ya ampun, sudah jam lima pagi," gumamnya lirih. "Siapa yang menelfon Asher sepagi ini? Apakah Mama?" gumam Aleena mengulurkan tangannya meraih benda pipih di atas meja tersebut. Aleena melihat nama seseorang yang tampak terpampang di layar ponsel suaminya. Segara Aleena menoleh pada Asher yang masih terlelap. "Asher, bangunlah sebentar ... ada seseorang yang menghubungimu sampai berkali-kali, sepertinya ini sangat penting." "Bukan siapa-siapa, Sayang. Pasti hanya orang kantor saja," ujarnya tanpa membuka mata, ia malah memeluk pinggang Aleena dan menyembunyikan wajahnya di sana. "Tapi ini sudah ke sembilan kali dia telfon. Jawablah, kasihan orang di balik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 208. Kenyataan Menyayat Hati

Kedatangan kedua orang tua Asher membuat Aleena merasakan perasaan yang tidak menentu. Tentu saja ia merasa amat takut, bahkan Aleena merasakan tatapan antara kesal dan jengah dari Darren padanya. Aleena mengajak Camelia dan Darren duduk di ruang keluarga, ia juga meminta Bibi Julien untuk segera menyiapkan minuman. Darren sejak tadi terus memperhatikan Aleena, lalu beralih pada perut gadis itu yang sudah besar, benar kata istrinya kalau Aleena sedang hamil besar. Dan bayi di dalamnya, adalah Cucunya! "Jadi ... kau sudah dinikahi oleh putraku selama ini?" Suara bariton berat dan dingin milik Darren memecah hening. Aleena duduk menunduk dan meremas rok panjangnya. Ia mengangguk jujur. "Iya, Tuan..." "Apa benar Marsha yang meminta Asher menikahimu? Atas dasar apa kau menerima tawaran itu? Dan ... berapa uang yang mereka berikan padamu?" tanya Darren terus menyelidiki. Lidah Aleena terasa kelu mendengar pertanyaan itu, bahkan semua kata-kata yang sudah ia coba tatadi dalam kepalan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 209. Ucapan Marsha Sesuai Fakta yang Menyakitkan!

Setelah kedatangan kedua orang tua Asher dua hari yang lalu, Aleena merasa kondisinya terus menurun. Banyak hal yang ia pikirkan, terutama tentang kedua orang tua Asher. Dan satu hal lagi yang kini terasa membuat Aleena tidak bisa berhenti tenang. Yaitu Asher yang sama sekali tidak memberikannya kabar, bahkan Aleena mengirimkan pesan atau menghubunginya pun tidak dijawab, padahal Aleena ingin bercerita dan ada seseorang yang mendengarkannya, saat ini perutnya sedang sangat-sangat sakit. "Asher ... kenapa kau tidak menjawab panggilanku?" lirih Aleena sambil berdiri di depan jendela di dalam rumahnya. "Kenapa sampai dua hari ini kau sama sekali tidak memberikanku kabar? Perutku sangat sakit, Asher..." Aleena menundukkan kepalanya dan mengusap perutnya lagi. Gadis itu menyandarkan kepalanya di kaca jendela dan memperhatikan langit sore yang cerah hari ini. "Nona Aleena," panggil Bibi Julien pelan. Aleena pun langsung menoleh. "Ada apa, Bi?" "Di bawah ... itu, ada Nyonya Marsha. Bel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

Bab 210. Aleena Kesakitan Hebat, Asher Belum Kembali

Sudah berhari-hari Asher berada di Brisilia. Ia sengaja tidak menghubungi Aleena karena Asher ingin membuat kejutan untuk istrinya. Asher akan pulang malam nanti, hingga ia memperkirakan akan sampai di rumah besok siang. Bersama dengan Damien dan Evan, kedua rekannya, kini Asher ikut bersama mereka berdua masuk ke dalam sebuah pusat perbelanjaan. Kedua temannya tampak melakukan video call dengan anak mereka masing-masing. "Asher, kau ingin membeli apa? Kau ikut kami ke toko mainan?" tanya Evan menatap Asher. "Entahlah," jawab Asher. "Kalau kau?" "Tentu saja dua anakku pasti menanti mainan baru yang aku janjikan pada mereka," jawab Evan tersenyum tipis. Sahabatnya itu meraih sebuah boneka beruang berwarna putih. "Putra dan putri kecilku pasti akan senang aku belikan boneka ini," ujarnya. Asher pun tercengang mendengarnya. Sebelum akhirnya Evan berlalu dan memilih mainan lainnya. Di sana, tinggal Asher seorang diri. Ia berdiri di hadapan rak yang berisi penuh dengan boneka beru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
37
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status