All Chapters of Istri yang Kau Campakkan Ternyata Jutawan : Chapter 81 - Chapter 90

98 Chapters

81. Mafia ubi bakar.

Dara menunggu ponselnya yang sedang melakukan panggilan, dengan seribu siasat yang siap diluncurkan. Ia menatap benda elektronik itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Begitu terdengar sapaan dari seberang sana, perempuan itu langsung mengambilnya. “Halo, Pak,” ucapnya membuka sambungan tersebut. Ada rasa girang di sudut hatinya yang tak dapat ia bendung. Bagaimana tidak? Orang yang sedang ia telepon ini adalah orang sibuk. Bisa jadi, pria itu sedang ada pertemuan mengingat statusnya sebagai CEO perusahaan berkembang. Namun, Dara tentu bukanlah tipikal orang yang berani mengganggu pekerjaan orang lain, maka dari itu, ia menunggu waktu istirahat kantor untuk menelepon. Tidak salah, kan? “Bagaimana keadaanmu, Dara?” tanya pria itu dengan nada ramah khasnya. Dara tersenyum begitu mendapatkan respons positif dari si penerima panggilan. “Baik, syukurlah ada Pak Sagara yang membantu menyelesaikan masalah itu. Saya sangat berterima kasih kepada Pak Sagara,” katanya dengan nada lembut
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

82. Tiba-tiba hamil?!

Dara mematung saat melihat wajah ramah nan jelita itu. Tubuhnya tiba-tiba saja kaku seolah-olah kakinya diolesi lem super lengket. Di sisi lain, wanita yang tak sengaja ditabrak itu memunguti belanjaannya yang berceceran akibat ulah perempuan muda yang saat ini malah mematung alih-alih membantunya. Dara sendiri? Ia masih terbengong di tempatnya. Sampai kemudian, wanita itu selesai memunguti barang-barangnya yang sudah kembali ke tempat semula dan mengangkat wajahnya hingga bertemu tatap dengan Dara. Sial! Itu benar-benar penjual jamu yang menjadi simpanan mantan mertuanya! "Maaf, Mbak," kata Dara setelah bersusah-payah menelan ludahnya gugup, aih! Sudah terlambat meminta maaf, malah tidak ikut membantu. Perlahan, tapi pasti. Dara memundurkan langkahnya sembari berjinjit-jinjit sebagai upaya menghindari kekasih gelap sang mantan mertua. Jangan salahkan Dara sebagai orang yang tak bertanggung jawab, kalau pun bisa, Dara pasti akan membantunya. Namun, siapa yang tak akan lari terbi
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

83. Rumor gila!

Seorang perempuan memasuki kawasan perusahaan Juita Betari dengan langkah tegasnya. Terdapat senyum tipis yang timbul ketika beberapa orang yang ia lewati menyapanya. Ia memasuki ruangan yang dikhususkan untuknya dengan langkah mantap. Begitu ia menduduki kursi kebesarannya, suara pintu yang diketuk dari luar menyahut kemudian. Setelah diizinkan,seseorang dari luar langsung masuk dengan sopan. Dara mengangkat kepalanya. “Ada jadwal apa saja untuk hari ini?” tanyanya sembari menghela napas pasrah melihat beberapa tanggungan berkas yang menunggu sentuhannya. “Untuk hari ini ... ada rapat kerja dengan tim finansial yang dilaksanakan jam 10.00 sampai 10.30.” Dara mengangguk paham. Sehari ia tak masuk, tiba-tiba saja ada rapat dengan divisi finansial untuk membahas penganggaran, perkiraan, perilaku pelanggan dan tren pasar, serta dampak pemasaran dan tak lupa strategi pemasaran ditambah permasalahan produksi. Dara melirik jam di mejanya yang sudah menunjukan kalau rapat akan segera dim
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

84. Kematian mendadak.

Sebuah mobil mewah terparkir di depan rumah bergaya klasik. Tak berselang lama, sepasang kaki berbalut sandal selop sederhana menuruni kereta besi itu dengan pelan-pelan. Dara berjalan menuju kediaman Wijayakusuma dengan lesu. Kerjaan yang tak ada habisnya membuat mood perempuan itu terjun seketika. Ditambah, adanya rumor miring yang membicarakan tentangnya. Sebelumnya, Dara tak terlalu peduli pada rumor-rumor apa pun yang berseliweran tentangnya. Ia selalu bisa menerapkan prinsip acuh tak acuhnya itu. Namun, entah kenapa untuk rumor yang satu itu Dara tak bisa mengabaikannya begitu saja. Dara hamil? Sialan! Siapa cecunguk yang tak sengaja melihatnya di warung ubi bakar kemarin dan mengikutinya hingga ke minimarket? Gila saja! Rasa-rasanya Dara ingin menjambak orang itu karena telah membuat karangan yang luar biasa ngawurnya. Sialnya, beberapa gosip dari PT Juita Betari selalu sampai pada kantor pusat Anguliger group. Bagaimana kalau ibu dan pamannya tahu hal itu? Mungkin ibunya a
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

85. Menggoyahkan iman.

Entah kenapa, jantung Dara rasanya seperti berhenti berdetak untuk sesaat, sebelum kemudian kembali berdetak dengan intensitasnya yang semakin tinggi.“Delion, jangan bercanda!” seru Dara memperingati. “Kamu pikir itu lucu?!” sentaknya tak habis pikir. Kenapa Delion berbicara hal konyol itu? Apakah Delion tak tahu jika kata-kata seperti itu bisa mengafirmasi dan menjadi kenyataan sama halnya sebuah pengharapan? Bagaimana jika akhirnya menjadi kenyataan seperti ucapan Delion tadi? Dara tak ingin mendoakan hal buruk bagi wanita itu terlepas statusnya sebagai kekasih gelap mantan mertuanya. Terdengar decak meremehkan dari seberang sana. “Apakah ucapanku terdengar seperti candaan, Dara?” tanya Delion dengan suara rendahnya. Sial! Jika sudah seserius itu, maka kemungkinan bercanda itu sangat kecil, terlebih yang sedang mereka bicarakan adalah seorang ibu hamil. Rasanya, Delion pun tak akan yaga menjadikannya sebagai candaan.Bahu Dara perlahan melemas. “Tapi Delion, itu ... itu sangat ti
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

86. Hampir terungkap.

Sebuah tampilan menawan dari tubuh pear body shape terpantul indah dari cermin full body. Seorang wanita menyemprotkan parfum sebagai sentuhan terakhir sebelum mengambil sandal selopnya dan keluar kamar. “Bagaimana? Sudah siap?” tanya Sukma Wijayakusuma sembari menatap penampilan putrinya yang lebih kasual dibanding hari-hari kerjanya. Dara mengangguk pelan. “Nanti Mama juga mau ikut masak?” tanyanya sambil memasukkan ponselnya ke saku. Sukma meletakkan majalah mode keluaran sepuluh tahun silam dan segera bangkit. “Entahlah, tapi sepertinya tidak. Nyonya Rissa tidak membicarakan ini saat kami bertelepon,” beri tahunya sambil melangkah keluar rumah setelah menghubungi sopir. Setalah keduanya masuk, Sukma segera memakai sabuk pengamannya diikuti Dara. “Kamu ... kenapa mau-mau saja diajak ke acara ini?” tanya Sukma sembari melirik sang putri semata wayangnya. Dara yang masih difokuskan dengan pekerjaannya itu mengangkat kepalanya hingga bertemu tatap dengan sang ibu. “Kenapa aku haru
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

87. Mengenang mantan.

Dara menahan napas begitu nyonya Adikara menatapnya intens. Bagaimana bisa orang seluar biasa Sagara dibanding-bandingkan dengannya yang masih kelas teri. Apalagi, Sagara juga tahu kebobrokan hidupnya. Aih, andaikan nyonya Adikara tahu kebenarannya, apakah wanita paruh baya itu tetap memandangnya dengan tatapan yang sama? Begitu melirik ke samping, Dara mendapati Sagara yang juga tengah meliriknya. Baru ia sadari, di antara keempat orang yang berada di dapur, hanya nyonya Adikara yang tak tahu faktanya, dan lebih baik tak tahu selamanya. “Dara juga sama seperti Sagara, kok. Mereka kan anak muda, berbeda generasi dengan kita juga. Dan pastilah pandangan hidupnya pun juga berbeda. Standar kita dan mereka berbeda.” Akhirnya suara Sukma memecah keheningan dan muncul layaknya penengah. Nyonya Adikara tampak mengangguk mengerti. “Bagaimana cara menghadapi anak yang berbeda pandangan dengan orang tua?" tanya wanita itu sembari menyesap tehnya dan menatap interaksi anak laki-lakinya dengan
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

88. Huru-hara Sri Rahmi

“Apa, Pak? Bapak tadi bilang apa, coba ulangi!” suruh seorang wanita paruh baya sembari melipat tangannya di kedua sisi tubuh. Matanya menatap nyalang sang suami yang tampak lesu. Pria paruh baya yang merupakan suami si wanita itu, mengangkat kepala yang awalnya menunduk lemas seakan-akan tidak diberi makan sebulan. “Kita coba adopsi anak-anaknya Surti, Buk," lirihnya hampir-hampir tak terdengar. Namun, karena ketajaman telinga sang istri, kalimat lirih itu pun terdengar begitu vokal dan berhasil menabrak keras gendang telinganya, membuat perempuan baya itu langsung meremas gamis ungu jandanya dengan napas yang makin lama makin tak terkendali. Didekati lah sang suami yang tampak pucat penuh keputusasaan itu dengan amarah yang bercokol di benaknya. “Bapak melantur? Bapak sadar apa yang bapak omongkan?” tanya Rahmi dengan suara gigi-gigi yang bergesekan, membuat irama mengerikan bagi siapa saja yang mendengarnya, terkecuali seorang pria paruh baya yang saat ini sudah bertekad kuat ak
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

89. Bertemu lawan?

Dara berjalan keluar kantor bersama para karyawan lain mengingat ini adalah waktu penghujung bekerja. Raut lelah para karyawan menjadi satu-satunya yang menemani Dara dalam kesendiriannya. Saat Dara akan menaiki mobil yang sudah dipersilakan sopirnya, tiba-tiba benda pipih di sakunya bergetar. Dara membukanya, itu adalah panggilan telepon dari ibunya. Segeralah wanita itu menerimanya. “Kenapa, Ma?" tanya Dara sebagai pembuka obrolan sembari masuk ke mobil dan segera memakai. sabuk pengamannya. Terdengar kasak-kusuk dari seberang sana, menunjukkan jika Sukma Wijayakusuma masih berada di kantor pusat dengan berkas-berkas membosankan itu. Tak lama kemudian suara tersebut mulai hening. "Ada undangan dari salah satu kolega bisnis kita. Mama lupa memberi tahu. Kamu sudah di rumah?" tanya wanita paruh baya dengan suara lelahnya. "Belum, Ma. Aku baru saja keluar kantor ini mobilnya baru keluar dari area kantor," jawab Dara sambil melihat pemandangan mobil-mobil yang berjejer macet. "Bag
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

90. Membungkam kesombongan Namira.

Namira mengulurkan tangannya pada Dara. Hal seperti itu biasannya identik dengan sambutan ramah. Namun, dari sorot matanya, tak ada setitik pun ekspresi ramah. Malah, ada ekspresi sengak ditambah sekelumit ekspresi menghina yang perempuan semampai itu layangkan kepada Dara.Karena ingin menghargai sikap Namira, Dara pun berdiri untuk menyambut perlakuan Namira terlepas niat sebenarnya sang model papan atas yang belum ia ketahui.Dara tersenyum ramah dan menyambut angsuran tangan itu. "Kita berjumpa lagi. Senang bertemu denganmu,” katanya berniat kembali duduk. Namun, cengkeraman erat dari Namira membuat Dara mengernyit bingung akan perlakuan yang semula ramah dan sekarang berubah layaknya monster.Dara berusaha mencari maksud Namira dengan menatap netra tajamnya. janda kembang itu sedikit mendongak karena perbedaan tinggi mereka yang signifikan, meskipun Dara sendiri memiliki tinggi 171 senti, tapi itu tak ada bandingannya dengan Namira Sana Soeroso yang tingginya mencapai 180 senti d
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status