Home / Romansa / Melahirkan Anak Presdir Posesif / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Melahirkan Anak Presdir Posesif: Chapter 91 - Chapter 100

113 Chapters

Bab 91.

Bianca tercekat dan segera menatap ke arah sosok itu, dan seketika bernapas lega ketika melihatnya."Dareen? Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Bianca.Dareen melihat ke arah pintu sesaat kemudian meletakkan jemarinya pada bibir."Ikut aku!" kata Dareen.Langkah Bianca sedikit menyeret mengikuti Dareen. Entah ke mana pria ini akan membawanya pergi. Bianca merupakan kerabat jauh dari keluarga Abraham. Hubungan kekeluargaan inilah yang menjadi alasan mengapa Bianca sudah lama mengenal Dareen."Dareen kita mau ke mana?" tanya Clara."Diamlah, kita harus bicara," ucap Dareen.Bianca hanya menurut ketika Dareen tiba-tiba menarik lengannya dan membawanya menuju suatu tempat tanpa memberikan penjelasan. Meskipun bingung, Bianca tidak mengajukan pertanyaan dan memilih mengikuti langkah Dareen dengan diam.Setelah beberapa saat melewati lorong-lorong rumah sakit, mereka akhirnya tiba di rooftop. Udara di atas terasa sejuk, disertai pemandangan langit yang mulai memerah karena senja. Di sana
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 92.

"Saya dengar Nona mangandung, saya khawatir karena lantai ini sangat keras," kata Andrew."Tuan Andrew, ini justru tidak masuk akal. Saya baik-baik saja. Sekarang berdirilah," titah Clara lembut.Andrew segera menjalankan perintah Clara, dia bangkit lantas memposisikan diri di dekat Clara, dia mengulurkan lengannya yang membuat Sebastian melotot.“Apa yang kamu lakukan, Andrew?” hardik Sebastian. Dia menepis tangan Andrew yang hendak menyentuh Clara.Andrew menatap Sebastian tanpa rasa bersalah. “Saya ingin membantu Nona, Tuan,” jawab Andrew.“Berani menyentuh, kupatahkan tanganmu supaya kamu tidak bisa memasak!” Setelah mengatakan itu, Sebastian menuntun Clara menuju pintu utama.“Dia sangat pencemburu,” gumam Andrew sembari menatap punggung majikannya itu.Keduanya memasuki pintu utama yang segera dikawal ketat oleh pelayan. Mereka bertindak seolah-olah Clara adalah wanita yang rapuh yang perlu dijaga.Saat mencapai tangga, Sebastian berhenti sejenak, menoleh ke arah Clara yang tamp
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 93.

Pertanyaan itu seketika menyadarkan Clara dari lamunannya tentang Sebastian. Tatapannya yang semula terpaku pada pria itu kini beralih dengan gugup. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba mengumpulkan kesadarannya yang sempat melayang entah ke mana.Dengan cepat, Clara mengalihkan perhatiannya dari Sebastian. Dia melangkah sedikit mundur, menatap gaun yang masih tergantung rapi, lalu kembali menoleh ke arah pria yang kini berdiri tegap di depannya. Ada sesuatu dalam sorot mata Sebastian yang membuatnya semakin penasaran.Tanpa bisa menahan rasa ingin tahunya lebih lama, Clara akhirnya bertanya, "Memangnya ada acara apa? Mengapa saya harus memakai gaun?"Suaranya terdengar ragu-ragu, namun cukup jelas untuk menunjukkan kebingungannya. Hatinya mulai dipenuhi berbagai spekulasi. Apakah ada perayaan penting yang dia lupakan? Ataukah ini adalah kejutan yang telah Sebastian siapkan untuknya?Dia menunggu jawaban dengan perasaan berdebar, sementara Sebastian hanya tersenyum tipis, seol
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 94.

Clara tertegun beberapa saat, membiarkan matanya menjelajahi pemandangan yang terbentang di hadapannya. Tatapan takjub sekaligus heran begitu jelas terpancar dari sorot matanya.Udara malam yang sejuk terasa membelai kulitnya, sementara kelap-kelip cahaya lilin dan lampu-lampu kecil yang tergantung di dahan pepohonan menciptakan suasana yang begitu hangat dan menenangkan.Sebastian telah menyulap taman dekat kolam menjadi sebuah arena makan malam romantis yang begitu indah. Meja bundar dengan taplak putih bersih berdiri di tengah, dihiasi dengan rangkaian bunga mawar merah dan lilin-lilin kecil yang menyala lembut.Kursi-kursi elegan telah disiapkan, dan di atas meja, dua piring porselen dengan peralatan makan berkilauan tersusun dengan rapi, seolah menunggu pemiliknya untuk menikmati hidangan istimewa.Kolam di dekatnya memantulkan cahaya dari lampu-lampu gantung, menciptakan bayangan yang berkilauan di permukaan air yang tenang. Aroma lembut dari bunga mawar yang bermekaran di sekit
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 95.

Clara menyandarkan punggungnya ke kursi dengan napas yang sedikit berat. Perutnya terasa penuh setelah menikmati berbagai hidangan lezat yang tersaji di meja. Tanpa sadar, dia telah menyantap terlalu banyak makanan, terbawa suasana hangat dan romantis yang diciptakan Sebastian.Tangannya perlahan mengusap perutnya yang kini terasa begah. Dia menatap piring di depannya yang hampir kosong, menyadari bahwa setiap suapan yang ia nikmati tadi benar-benar menggoda seleranya. Namun kini, rasa kenyang mulai mendominasi tubuhnya, membuatnya ingin beristirahat sejenak sebelum melanjutkan percakapan dengan Sebastian.Sebastian yang duduk di seberangnya tampak menyadari perubahan ekspresi Clara. Dengan alis yang sedikit terangkat dan senyum menggoda di wajahnya, dia bertanya, "Kenyang?"Clara mengangguk pelan sambil tersenyum malu. "Sepertinya saya makan terlalu banyak," ujarnya jujur, membuat Sebastian tertawa kecil."Itu karena ada kehidupan lain di perutmu. Sebaiknya kamu beristirahar sebentar
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 96.

Malam yang penuh kehangatan itu perlahan mencapai puncaknya. Sebastian yang telah terpenjara hasrat, membawa Clara ke kamar pribadinya. Dia meletakkan tubuh Clara di atas kasur yang empuk. Lampu utama dimatikan dan menyisakan lampu tidur.Di bawah cahaya temaram yang lembut, Sebastian menatap Clara dengan penuh kasih. Kedalaman matanya memancarkan ketulusan dan rasa cinta yang begitu nyata, seolah ingin meyakinkan bahwa malam ini sepenuhnya dia dedikasikan untuk wanita yang kini berada di bawah kungkungannya.Dengan penuh perhatian, Sebastian membelai wajah Clara, jemarinya yang hangat menyusuri pipi wanitanya dengan kelembutan yang tak terlukiskan. Dia tahu bahwa Clara kini tengah mengandung, dan itu membuatnya semakin berhati-hati dalam setiap gerakan. Baginya, Clara dan buah hati yang sedang dikandungnya adalah anugerah terbesar dalam hidupnya.“Aku akan melakukannya dengan sangat berhati-hati.” Bisikan itu terdengar begitu menggelitik daun telinga Clara. “Jika kamu merasakan kesak
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 97.

Kalau tidak ingat ini adalah pekerjaan penting, Sebastian pasti akan membatalkan niatnya untuk pergi ke Zairo dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama dengan Clara. Bayangan permainan semalam, menari-nari di pelupuk mata Sebastian, membangkitkan gairah dalam dirinya yang sempat menghilang.Namun, karena pekerjaan, Sebastian harus menekan hasratnya itu. Kecupan berlangsung cukup lama sebelum akhirnya Sebastian lebih dulu mengakhirinya.“Kamu sudah mulai berani menggodaku?”Clara menundukkan kepalanya. “Maafkan saya.”“Tunggu aku pulang, kamu akan mendapatkan jatah yang lebih lama.” Sebastian mengelus puncak kepala Clara sebelum akhirnya membalik diri dan menghilang di balik pintu mobil.Clara melambaikan tangan, perasaan cemas, dan khawatir berlebihan merasuk dalam diri Clara. Ini tidak seperti biasanya. Perasaan ini sangat berlebihan.“Firasat macam apa ini?” gumam Clara sembari memegangi dadanya.Kendaraan mulai menghilang dari pandangannya, namun entah mengapa Clara masih ingin
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 78.

“Penerbangan komersial bernomor 784 yang lepas landas dari Bandara Internasional Arbour hilang kontak beberapa menit setelah mengudara, pesawat tersebut membawa 169 penumpang dan 5 orang awak. Pesawat dengan tujuan Zairo itu lantas ditemukan pada titik menghilang yaitu pegunungan Arphen dalam kondisi tidak utuh.”Clara seketika tercengang setelah mendengar kabar itu. Pikirannya mendadak kosong, sementara detak jantungnya berdegup semakin cepat. Suara di sekelilingnya seolah meredup, menyisakan hanya gema kalimat mengejutkan yang baru saja masuk ke telinganya.“Tidak mungkin, Tuan Bastian.”Tubuh Clara terasa lemas, seakan seluruh kekuatannya lenyap dalam sekejap. Tanpa mampu menahan diri, dia menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Tangannya gemetar, dan napasnya memburu cepat, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Di dalam hatinya, ribuan pertanyaan berkecamuk tanpa jawaban. Dunia yang selama ini terasa stabil tiba-tiba goyah, seolah segalanya runtuh di hadapannya dalam s
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 99.

Clara termundur ke belakang, langkahnya goyah seakan tubuhnya kehilangan keseimbangan. Dadanya terasa sesak, seolah-olah udara di sekitarnya semakin menipis. Pandangannya kabur oleh genangan air mata yang terus mengalir tanpa henti.Tangisnya kembali pecah, menggema di tengah hiruk pikuk yang dan keramaian. Tubuhnya luruh ke lantai, menarik perhatian orang-orang lannya. Isakan yang tertahan akhirnya meluap, tak lagi mampu dia bendung. Bahunya terguncang hebat, sementara kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha keras menahan emosi yang membanjiri dirinya.Seluruh kepedihan yang berusaha dia redam sejak tadi kini meledak begitu saja. Kakinya terasa lemas, hampir tak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Dalam keputusasaan, Clara menutupi wajahnya dengan kedua tangan, seakan berharap segalanya hanyalah mimpi yang bisa dia hapus begitu saja.“Tuan Bastian.” Tanpa mampu menahan diri, air matanya mulai jatuh. Satu per satu butiran bening itu mengalir di pipinya, hingga akhirnya isak
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 100.

Kecupan itu disambut hangat oleh Sebastian, keduanya saling memagut mesra, tanpa peduli tatapan orang lain yang menghujam ke arah mereka. Sebastian merengkuh tubuh Clara, memperdalam kecupan, dan sesekali menjulurkan lidah. Mengabsen setiap inci gigi Clara yang segera disambut oleh hal yang sama. Seolah dunia milik berdua. Dan seolah tidak ada sesuatu yang mampu menghentikan mereka. Sebastian dan Clara benar-benar telah dimabuk asmara. Permainan bibir itu berlangsung lama sebelum akhirnya sebuah suara mengganggu keduanya. "Maaf, Nona..." Suara itu seketika menyadarkan keduanya dari buaian permainan perang lidah itu. Keduanya saling melepas pagutan lalu menoleh ke arah sumber suara. "Ada apa? Kamu siapa?" tanya Sebastian yang tampak kesal karena kesenangan telah diganggu. "Maaf, Nona ini belum membayar ongkos taksi." Mendengar itu, Clara seketika menepuk keningnya. "Astaga! Aku lupa!" Karena Clara tidak membawa uang, akhirnya biaya taksi diselesaikan oleh Sebastian dengan perw
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status