Home / Romansa / Melahirkan Anak Presdir Posesif / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Melahirkan Anak Presdir Posesif: Chapter 111 - Chapter 120

182 Chapters

Bab 111.

Clara terhuyung ke belakang. Tubuhnya nyaris limbung, tetapi sepasang tangan sigap menangkapnya sebelum tubuhnya menyentuh lantai.“Nona, Anda tidak apa-apa?” Beruntung Suster Cintya datang tepat waktu.Clara menoleh dan melihat Suster Cintya sudah berada di dekatny sembari menopang pundaknya.“Terima kasih, Suster Cintya," ucap Clara.Melihat itu, Julia tampak kesal. Dia melengos begitu saja.Sementara William, semakin terkurung dengan emosinya. Pria itu kembali berteriak dengan sesekali menonyor kepalanya sendiri.Kondisi ini membuat Clara terasa perih. Terlihat sekali pria itu tidak dapat menerima kenyataan ini.Clara semakin terisak, situasi ini sungguh membuat Clara merasa sesak. Dia ingin mendekat, namun dia tahu, baik Julia atau pun Ben tidak akan mengizinkan. Banyak kata yang ingin Clara ungkapkan. Namun semua hanya tertahan di tenggorokan. “Sebaiknya kamu pergi dari sini!” usir Julia.Clara tidak menggubris wanita itu, dia hanya menatap William dengan ujung mata kemerahan. P
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 112.

Panas dan kebas menjalar ke area wajah Clara. Tamparan yang diberikan Sania begitu tiba-tiba, meninggalkan perih yang menyengat di pipinya. Clara terdiam, matanya membelalak, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dadanya berdegup kencang, bukan hanya karena rasa sakit yang menjalar, tetapi juga keterkejutan yang melumpuhkan pikirannya.Sania berdiri di hadapannya dengan napas memburu, matanya menyala oleh amarah yang sulit dibendung. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi suara tawa para pelayan kini berubah sunyi, hanya menyisakan ketegangan yang menggantung di udara.Clara mengangkat tangannya, menyentuh pipinya yang kini terasa panas. Dia menatap Sania, mencari jawaban dalam sorot matanya yang tajam."Kenapa?" Suaranya nyaris berbisik, bergetar oleh campuran rasa sakit dan keterkejutan.Namun, Sania hanya menghela napas panjang, lalu membuang muka. Ada sesuatu yang disembunyikannya—sesuatu yang mungkin lebih menyakitkan daripada tamparan itu sendiri."Mom!""Jangan panggil aku Mom
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 113.

Sebastian duduk gelisah di ruang tunggu bandara, pandangannya terus terpaku pada layar informasi penerbangan yang menampilkan tulisan merah berkedip—"Ditunda." Dia menghela napas panjang, menekan rasa kesal yang semakin memuncak. Di luar, hujan turun deras, disertai angin kencang yang membuat landasan pacu basah dan berbahaya untuk lepas landas.Dia menggenggam erat ponselnya, dia tidak bisa menghubungi Clara lantaran ponselnya mati dan Sebastian lupa mengisi, itu lantaran dirinya sedang sibuk. Padahl dirinya ingin memberitahu Clara bahwa dirinya terjebak di bandara tanpa kepastian kapan bisa berangkat? Bahwa jarak yang memisahkan mereka semakin terasa panjang akibat cuaca yang tidak bersahabat?Sebastian menyandarkan kepalanya pada kursi, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk. William telah bangun dari koma. Dan kabar itu diberikan langsung oleh orang kepercayaannya yang dia tugaskan untuk menjaga pria itu.“Sial!” Sebastian mengumpat dalam hati. Hatinya memanas, api cemburu
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 114.

114Di tengah kebingungannya, Clara akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya yang terletak di pinggiran kota Arbour. Hatinya dipenuhi berbagai pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban. Langkahnya terasa berat, tetapi tidak ada pilihan lain yang lebih masuk akal selain kembali ke tempat yang dulu memberinya rasa aman. Rencananya Clara akan menenangkan diri di sana selama beberapa hari.Sepanjang perjalanan, pikirannya terus berkelana, mengingat kembali percakapan terakhirnya dengan Sania. Kata-kata yang diucapkan wanita itu masih terngiang di telinganya, menggema tanpa henti. Bagaimana Sania bisa mengetahui semuanya? Dan dari mana Sania mendapatkan foto-foto itu?Kasus yang sama dengan Julia. Wanita itu memiliki foto tentang dirinya dengan Sebastian. Clara merasa ada seseorang yang sengaja melakukannya. Tapi siapa? Lama berpikir, tanpa terasa Clara nyaris sampai di tempat tujuan.Ketika bus yang ditumpanginya memasuki wilayah pinggiran kota, Clara melihat deretan ruma
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 115.

Ketegangan di dalam ruangan itu berlangsung lama. Isak tangis Rosalia memenuhi udara, mencerminkan kepedihan yang tengah dia rasakan. Dengan suara bergetar, dia terus melontarkan kata-kata penuh amarah, menyalahkan Clara atas apa yang telah terjadi.Clara hanya mampu berdiri membisu, menundukkan kepala sambil menahan air mata yang hampir jatuh. Setiap kata yang keluar dari mulut ibunya bagaikan bilah tajam yang mengiris perasaannya. Hatinya tercabik-cabik, tetapi dia tak memiliki keberanian untuk membela diri.“Bu, percayalah. Aku melakukannya demi William. Tidak ada niat lain.” Akhirnya Clara kembali membuka suara.“Omong kosong! Pasti ada cara lain. Dan pada akhirnya kamu sendiri yang menyakiti william.”Tatapan Rosalia dipenuhi kekecewaan yang mendalam, seolah tak ada lagi tempat bagi Clara di hatinya.Sementara itu, Clara merasakan dadanya sesak, di antara rasa bersalah dan luka yang semakin menganga. Keheningan yang menyelimuti mereka terasa menyesakkan, seakan dinding ruangan pun
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 116.

Ketika mendengar berita bahwa Clara telah pergi, Sebastian membulatkan matanya dengan ekspresi kekagetan yang sangat terlihat. Da tidak percaya bahwa Clara bisa pergi tanpa memberitahuinya terlebih dahulu. Sebastian merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan Dia segera berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.Sebastian menatap Andrew dengan tatapan mengintimidasi yang membuat Andrew merasa tidak nyaman. Kemudian, dengan suara yang tegas dan berwibawa, Sebastian bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Mengapa kamu membiarkan Clara pergi tanpa memberitahu aku terlebih dahulu?"Andrew terlihat ragu-ragu sebelum menjawab, terlebih mengingat ucapan Sania untuk tidak memberitahu Sebastian.Sebastian mengangkat alisnya, tidak percaya dengan kebisuan yang terjadi pada Andrew. Keanehan semakin terlihat tatkala Andrew sama sekali tak bergeming.“Kenapa kamu diam? Jawab aku, Andrew!” Suara Sebastian penuh penegasan.Andrew terlihat semakin tidak nyaman di bawah tatapan Sebas
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 117.

Sania menatap putranya dengan sorot mata teduh, tetapi di balik ketenangan itu tersimpan keprihatinan yang mendalam. Raut wajahnya mencerminkan kesedihan, seolah dia ingin melindungi Sebastian dari kenyataan yang menyakitkan.“Dia menipumu, Bastian. Dia wanita bersuami,” tegur Sania.“Aku tahu,” sahut Sebastian tenang.“Apa?” Pupil mata milik Sania seketika membesar. “Bastian, sadarlah! Dia sengaja mendekatimu hanya karena uang,” imbuh Sania.“Tidak, bukan dia. Tapi aku yang menggodanya.”Sania seketika tercengang. “Apa kamu bilang?” Sania menatap puteranya tak percaya. Kepalanya menggeleng pelan seolah ingin menolak kenyataan.“Mom, aku yang lebih dulu bertemu dengannya.”Sebastian kemudian mulai menceritakan kisah masa lalunya dengan Clara kepada sang Ibu. Dengan suara yang dipenuhi keyakinan, dia mengungkapkan bahwa Clara adalah cinta pertamanya—seseorang yang ditemuinya saat berkunjung ke sebuah perkebunan kala itu. Sosok yang pertama kali mampu mengalihkan perhatian seorang Sebast
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 118.

"William?"Manik indah milik Clara seketika membesar. Ini sungguh mengejutkan. Meski William tahu tentang apartemen ini. Namun, tetap saja Clara merasa terkejut ketika William bisa menemukannya."Kenapa? Kamu terlihat tidak senang. Apa kamu sedang menunggu orang lain?" sindir William. "Jadi kamu sungguh menyukai bos kamu itu?" imbuhnya.Clara menggeleng. Dia ingin menyangkal. Namun, suaranya tertahan di tenggorokan. Yang dikatakan William memang benar. Dirinya menyukai Sebastian. Rasa suka itu tumbuh seiring kebersamaannya bersama pria itu.Rasa suka itu dipupuk dan disiram dengan sikap manis dan penuh perhatian yang diberikan oleh Sebastian dan berkembang menjadi rasa cinta. Namun, dia tidak mungkin mengungkapkannya di depan William. Dia masih memiliki hati untuk menjaga perasaan pria yang menjadi suaminya ini."Liam, apa kamu sungguh sudah sembuh? Kenapa kamu bisa ada di sini? Harusnya kamu masih di rumah sakit. Kamu masih belum sembuh betul," ucap Clara khawatir.William mendecak. "
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 119.

119Ketegangan terjadi antara Sebastian dan William, membuat suasana di ruangan tersebut menjadi semakin memanas. Mereka berdua saling melempar tatapan tajam, seolah-olah ingin menusuk satu sama lain dengan pandangan mereka. Masing-masing mencoba mempertahankan pergelangan tangan Clara.“Lepaskan tangan istriku!” seru William.Sebastian terlihat tenang dan santai, namun di balik ekspresi wajahnya yang damai, dia memiliki api kemarahan yang siap meledak. Dia memandang William dengan mata yang tajam, seolah-olah ingin menantang pria itu untuk melakukan sesuatu yang tidak terduga.“Dia memang istrimu. Tapi dia mililkku!” ucap Sebastian tak mau kalah.Mendengar itu, William terlihat marah. Dia memandang Sebastian dengan mata yang merah padam, seolah-olah ingin mencekik pria itu. Dia terlihat seperti akan meledak setiap saat, dan Sebastian tahu bahwa dia harus terus memancing amarah William agar rencananya berhasil.“Kamu juga pasti tahu ‘kan kalau dia juga sedang mengandung anakku?”Tatapa
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 120.

Hari itu, rupanya perjalanan Sebastian membawa kembali Clara pulang tidaklah mulus. William yang masih berstatus suami dari Clara tidak membiarkan dirinya begitu saja. Pria itu menyusul Sebastian dan Clara yang berjalan bergandengan menuju ke mobil. William, berlari dan menghadang dua orang itu."Berhenti! Tidak akan aku biarkan kamu membawa istriku begitu saja. Urusan kita belum selesai," pungkasnya tak gentar.Sebastian menghela napas jengah. Lelah dengan situasi ini. Sebastian ingin segera pulang dan bersama dengan Clara tanpa gangguan. Akan tetapi, pria ini seperti bayangan yang terus menghantuinya."Apa kamu tahu, kalau kamu mempersulit Clara? Dia harus menyelesaikan perjanjian ini, kalau jika tidak. Maka dia akan membayar pinalti yang lebih besar dari uang yang dia pinjam padaku," ujar Sebastian mencoba menahan diri."Apa?" William memandang Clara mencoba mencari sumber kebenaran. "Apa benar itu, Clara?" tanya William."Ya, benar."Jawaban yang diberikan Clara seolah memukul tela
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
19
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status