Share

Bab 117.

Penulis: Ellea Neor
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-04 22:17:17

Bab 118

Malam itu, Clara duduk di depan jendela, menatap langit yang gelap tanpa bintang. Perasaan bersalah dan kehilangan masih menggantung di hatinya, mengingat bagaimana William pergi dengan luka yang dalam. Ia ingin memperbaiki keadaan, tetapi ia tahu tidak ada jalan mudah untuk menyembuhkan hati yang telah hancur.

Sebastian masuk ke dalam kamar, membawa secangkir teh hangat. Ia meletakkannya di meja kecil di samping Clara dan duduk di kursi sebelahnya.

"Kau belum tidur?" tanyanya lembut.

Clara menggeleng. "Pikiranku masih kacau."

Sebastian menghela napas dan meraih tangannya. "Aku tahu ini sulit untukmu, tapi kau tidak bisa terus menyalahkan diri sendiri."

Clara tersenyum pahit. "Aku hanya berharap ada cara untuk tidak menyakiti siapa pun."

Sebastian menggenggam tangannya lebih erat. "Kau membuat pilihan terbaik yang bisa kau buat saat itu. William butuh waktu untuk menerima semuanya."

Clara menatap mata Sebastian, mencari kepastian dalam kata-katanya. "Apa menurutmu dia akan mem
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   118.

    Bab 119Pagi itu, Clara terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Tidurnya gelisah, penuh dengan mimpi-mimpi yang membingungkan. Ia mencoba mengingatnya, tetapi hanya bayangan samar William yang tertinggal di benaknya.Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke dapur, di mana Sebastian sudah menunggunya dengan secangkir kopi di tangan.“Kau kelihatan lelah,” katanya sambil menyerahkan cangkir itu.Clara tersenyum tipis dan menerimanya. “Aku tidak tidur nyenyak.”Sebastian menatapnya dengan cermat. “Kau masih memikirkan William?”Clara menghela napas. “Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, Sebastian. Aku ingin dia baik-baik saja.”Sebastian mengangguk, meskipun ada sesuatu dalam ekspresinya yang sulit dibaca. “Aku mengerti.”Saat itu, ponsel Clara bergetar di meja. Ia mengulurkan tangan dan melihat nama yang tertera di layar—Bianca.Jantungnya berdegup kencang. Sudah lama Bianca tidak menghubunginya secara langsung, dan itu hanya berarti satu hal: sesuatu sedang terjadi.Clara men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   119.

    Clara dan Sebastian memulai penyelidikan mereka tentang William dan wanita misterius yang bernama Helena. Mereka menghubungi beberapa kontak yang mereka miliki, mencari informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi.Sementara itu, Clara tidak bisa menghilangkan perasaan buruk yang semakin menguat dalam dirinya. Ia merasa bahwa William sedang berbohong padanya, dan bahwa ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.Setelah beberapa jam, Sebastian kembali dengan informasi yang mereka cari. "Aku memiliki kabar tentang Helena," katanya, wajahnya serius. "Dia adalah seorang wanita yang memiliki koneksi dengan beberapa orang berpengaruh di kota ini."Clara merasa jantungnya berdegup kencang. "Apa maksudmu?" tanyanya.Sebastian mengambil napas dalam-dalam. "Aku pikir William sedang bermain dengan api, Clara. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan, dan itu bisa berakibat fatal."Clara merasa darahnya membeku. Ia tidak bisa percaya bahwa William bisa melakukan sesuatu yang begitu berbahaya. Tapi ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   120.

    Sebastian mengepalkan tangannya dengan kuat, sehingga telapak tangannya menjadi pucat. Rahangnya mengeras, dan otot-otot wajahnya menegang, menunjukkan kemarahan yang mendalam. Matanya menyala dengan api kemarahan, dan napasnya menjadi lebih cepat. Semua ini menunjukkan bahwa Sebastian sedang berusaha untuk mengendalikan emosinya, tetapi kemarahan yang memuncak dalam hatinya sulit untuk ditekan."Apa yang kamu lakukan, Mom?" tanya Sebastian dengan suara yang keras dan penuh kemarahan. "Mengapa kamu mengusir Clara tanpa memberitahu aku terlebih dahulu?"Sania terlihat tenang, namun ada sesuatu di balik matanya yang membuat Sebastian merasa tidak nyaman. "Aku melakukan ini karena aku ingin melindungi kamu, Sebastian," katanya dengan suara yang lembut. "Aku tidak ingin kamu terluka lagi karena Clara."Sebastian terlihat terkejut. "Apa yang kamu maksud? Aku tidak pernah terluka karena Clara."Sania mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku tahu tentang hubunganmu dengan Clara,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 1. Lahirkan Anak Untukku!

    "Apa, Suster? Rp 5 miliar?"Clara Rein, 28 tahun. Dia nyaris pingsan saat berdiri di antrian kasir Rumah Sakit Internasional St. Mary’s Kota Arbour. Wajah cantiknya memucat saat mendengar nominal tunggakan biaya rumah sakit suaminya yang sedang koma.Clara dan William telah menikah selama satu tahun. Pada malam saat resepsi pernikahan, kecelakaan menyebabkan William koma. Saat itu hujan deras mengguyur kota Arbour. Clara tiba lebih dulu di tempat resepsi. Sedangkan mobil William tergelincir dan menabrak pembatas jalan dan masuk jurang."Ini nota tagihannya, Nyonya," ujar suster, memberikan secarik kertas tagihan.Tangan Clara gemetar. Selama hidupnya, dia tidak pernah memiliki uang sebanyak itu.Suster berkata, "Semua biaya harus segera dilunasi dalam 2 hari. Atau, pihak rumah sakit akan melepas semua peralatan medis Suami Anda!"Clara menerima nota tagihan itu dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Baik. Terima kasih, Suster."Clara berjalan dengan pikiran kosong. Dia kembali ke ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 2. Lingerie

    Clara seketika tercengang. Apa dirinya tidak salah dengar? Apa yang baru saja dikatakan oleh Sebastian? Melahirkan seorang anak? Clara menatap Sebastian dengan tatapan tak percaya.Clara telah bekerja sebagai asisten pribadi Sebastian selama tiga tahun. Selama itu, Clara belum pernah melakukan hal semacam ini. Meminjam uang dalam jumlah yang sangat besar. Entah bagaimana cara Clara mengembalikannya? Yang terpenting Clara bisa mendapatkan pinjaman.“Tuan, apa maksud Anda?” Clara mencoba meminta penjelasan lebih.“Aku rasa kamu cukup pintar dalam memahami kata-kataku, Clara!” cetus Sebastian. Clara mendongak, menatap Sebastian dengan ujung mata kemerahan.“Tuan, saya adalah wanita bersuami.” Clara mengingatkan.Sebastian menyunggingkan senyumnya lalu berkata. “Aku tahu, justru itu aku memilihmu karena kamu sudah tidak virgin.”Clara ingin menyangkal, akan tetapi suaranya tertahan di tenggorokan. Apa pun alasannya, semua itu adalah hal yang tidak benar. Akan tetapi, Clara sangat membut

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 3. Masih Perawan

    “Apa?” Clara menatap Sebastian tak percaya.“Clara, kamu sungguh membuatku kesal!” Kehilangan kesabaran, Sebastian berdiri dari duduknya. Melangkah cepat menghampiri Clara.Clara termundur ke belakang. “Tuan, Anda mau apa?” tanya Clara takut-takut.“Diam dan patuh!”Ucapan Sebastian membuat Clara diam seribu bahasa. Dia hanya bisa pasrah ketika Sebastian melepas simpul tali handuk kimono yang dia kenakan. Detik selanjutnya, kain yang membungkus tubuhnya itu terjatuh ke lantai, menampilkan tubuh seksi menawan Clara yang hanya mengenakan pakaian dalam.Sebelah sudut Sebastian tertarik ke samping ketika melihatnya. Dia merasa desiran aneh menjalar ke sekujur tubuhnya.“Sepertinya kamu lebih bagus tanpa mengenakan ini.” Sebastian merengkuh pinggang Clara, dan menarik tengkuk wanita itu lalu mendaratkan kecupan di bibir.Clara terkesiap, serangan ini begitu mendadak. Meski begitu, dia tidak berniat menolak sentuhan yang Sebastian berikan.Puas dengan permainan bibir, Sebastian beralih pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 4. Kontrak

    Clara sedikit kesal saat Sebastian mengatakan ronde selanjutnya. Nyatanya, pria itu memberinya makan hanya untuk digempur habis-habisan. Sepertinya Sebastian memang tidak mau rugi, sehingga dengan pandai memanfaatkan kesempatan ini.“Tuan, izinkan saya memejamkan mata sebentar,” pinta Clara. Dia merasa sangat lelah setelah melayani hasrat Sebastian untuk yang kesekian kalinya.“Baiklah, kamu aku izinkan beristirahat. Setelah itu kita lanjut,” balas Sebastian.Clara tidak peduli dengan ucapan Sebastian dan hanya mengiyakan. Yang terpenting dirinya bisa tidur guna memulihkan tenaganya yang terkuras habis demi melayani Sebastian.Pukul 03.00 dini hari, Clara terbangun, dia ingin ke kamar mandi. Akan tetapi, ada sesuatu yang menarik atensinya. Di sofa sudut ruangan, Clara melihat Sebastian tengah duduk dengan kaki saling bertumpuk, tangannya memegang sesuatu yang didekatkan ke area hidung. Clara menajamkan penglihatannya, kain segitiga berbahan renda itu adalah miliknya, akan tetapi, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 5. Datanglah!

    “Celana dalam?” Clara tidak dapat mempercayai penglihatannya sendiri.“Ya, setelah berhubungan, aku akan membelikanmu celana dalam baru,” ujar Sebastian.Ucapan Sebastian mengingatkan Clara pada kejadian semalam. Di mana Sebastian menciumi celana dalam miliknya yang sudah terpakai. Mendapati Sebastian berbicara hal semacam ini dengan keras, mungkinkah semua orang di rumah ini sudah tahu kebiasaan Sebastian?Clara memperhatikan sekitar dan melihat Andrew si kepala pelayan yang berdiri di sudut ruangan. Beberapa pelayan wanita juga tampak berlalu lalang, entah mengapa mendengar Sebastian bicara begitu, Clara jadi malu sendiri.“Kamu tenang saja, semua orang yang bekerja di sini telah disumpah untuk tidak membocorkan apa pun yang terjadi di rumah ini.”Seolah tahu isi kepala Clara, Sebastian segera menjelaskan, dan itu membuat kegelisahan di hati Clara menghilang.“Karena kamu sudah melayani aku semalaman, hari ini aku membebaskan kamu dari pekerjaan,” ucap Sebastian.Mendengar hal itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   120.

    Sebastian mengepalkan tangannya dengan kuat, sehingga telapak tangannya menjadi pucat. Rahangnya mengeras, dan otot-otot wajahnya menegang, menunjukkan kemarahan yang mendalam. Matanya menyala dengan api kemarahan, dan napasnya menjadi lebih cepat. Semua ini menunjukkan bahwa Sebastian sedang berusaha untuk mengendalikan emosinya, tetapi kemarahan yang memuncak dalam hatinya sulit untuk ditekan."Apa yang kamu lakukan, Mom?" tanya Sebastian dengan suara yang keras dan penuh kemarahan. "Mengapa kamu mengusir Clara tanpa memberitahu aku terlebih dahulu?"Sania terlihat tenang, namun ada sesuatu di balik matanya yang membuat Sebastian merasa tidak nyaman. "Aku melakukan ini karena aku ingin melindungi kamu, Sebastian," katanya dengan suara yang lembut. "Aku tidak ingin kamu terluka lagi karena Clara."Sebastian terlihat terkejut. "Apa yang kamu maksud? Aku tidak pernah terluka karena Clara."Sania mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku tahu tentang hubunganmu dengan Clara,

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   119.

    Clara dan Sebastian memulai penyelidikan mereka tentang William dan wanita misterius yang bernama Helena. Mereka menghubungi beberapa kontak yang mereka miliki, mencari informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi.Sementara itu, Clara tidak bisa menghilangkan perasaan buruk yang semakin menguat dalam dirinya. Ia merasa bahwa William sedang berbohong padanya, dan bahwa ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.Setelah beberapa jam, Sebastian kembali dengan informasi yang mereka cari. "Aku memiliki kabar tentang Helena," katanya, wajahnya serius. "Dia adalah seorang wanita yang memiliki koneksi dengan beberapa orang berpengaruh di kota ini."Clara merasa jantungnya berdegup kencang. "Apa maksudmu?" tanyanya.Sebastian mengambil napas dalam-dalam. "Aku pikir William sedang bermain dengan api, Clara. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan, dan itu bisa berakibat fatal."Clara merasa darahnya membeku. Ia tidak bisa percaya bahwa William bisa melakukan sesuatu yang begitu berbahaya. Tapi ia

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   118.

    Bab 119Pagi itu, Clara terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Tidurnya gelisah, penuh dengan mimpi-mimpi yang membingungkan. Ia mencoba mengingatnya, tetapi hanya bayangan samar William yang tertinggal di benaknya.Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke dapur, di mana Sebastian sudah menunggunya dengan secangkir kopi di tangan.“Kau kelihatan lelah,” katanya sambil menyerahkan cangkir itu.Clara tersenyum tipis dan menerimanya. “Aku tidak tidur nyenyak.”Sebastian menatapnya dengan cermat. “Kau masih memikirkan William?”Clara menghela napas. “Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, Sebastian. Aku ingin dia baik-baik saja.”Sebastian mengangguk, meskipun ada sesuatu dalam ekspresinya yang sulit dibaca. “Aku mengerti.”Saat itu, ponsel Clara bergetar di meja. Ia mengulurkan tangan dan melihat nama yang tertera di layar—Bianca.Jantungnya berdegup kencang. Sudah lama Bianca tidak menghubunginya secara langsung, dan itu hanya berarti satu hal: sesuatu sedang terjadi.Clara men

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 117.

    Bab 118Malam itu, Clara duduk di depan jendela, menatap langit yang gelap tanpa bintang. Perasaan bersalah dan kehilangan masih menggantung di hatinya, mengingat bagaimana William pergi dengan luka yang dalam. Ia ingin memperbaiki keadaan, tetapi ia tahu tidak ada jalan mudah untuk menyembuhkan hati yang telah hancur.Sebastian masuk ke dalam kamar, membawa secangkir teh hangat. Ia meletakkannya di meja kecil di samping Clara dan duduk di kursi sebelahnya."Kau belum tidur?" tanyanya lembut.Clara menggeleng. "Pikiranku masih kacau."Sebastian menghela napas dan meraih tangannya. "Aku tahu ini sulit untukmu, tapi kau tidak bisa terus menyalahkan diri sendiri."Clara tersenyum pahit. "Aku hanya berharap ada cara untuk tidak menyakiti siapa pun."Sebastian menggenggam tangannya lebih erat. "Kau membuat pilihan terbaik yang bisa kau buat saat itu. William butuh waktu untuk menerima semuanya."Clara menatap mata Sebastian, mencari kepastian dalam kata-katanya. "Apa menurutmu dia akan mem

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 116.

    Bab 117Langit masih gelap saat Clara terbangun dari tidurnya. Matanya terasa berat, pikirannya masih berkecamuk dengan semua yang terjadi semalam. Ia memutar kepalanya ke samping, melihat Sebastian yang masih tertidur dengan napas teratur. Wajahnya yang tenang sedikit mengurangi beban di hati Clara, tetapi bayangan William yang penuh luka masih menghantuinya.Ia bangkit perlahan dari tempat tidur, berusaha tidak membangunkan Sebastian, lalu berjalan menuju balkon. Udara pagi yang sejuk menyentuh kulitnya, membawa ketenangan yang sesaat mengalihkan pikirannya dari segala kekacauan yang sedang ia hadapi.Namun, keheningan itu tidak bertahan lama.Ponselnya yang tergeletak di atas meja mulai bergetar. Clara menghela napas sebelum mengambilnya dan melihat nama yang tertera di layar. Jantungnya berdebar—William.Clara menatap layar ponsel itu selama beberapa detik, ragu apakah ia harus menjawab atau tidak. Setelah mengumpulkan keberanian, ia akhirnya menekan tombol hijau dan membawa ponse

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 115.

    Bab 115William menarik napas panjang, berusaha mencerna kata-kata Clara. Matanya yang semula penuh harapan kini dipenuhi keterkejutan dan kekecewaan. Dia membuka mulutnya, seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang keluar."Aku... aku tidak percaya ini," gumamnya akhirnya, suaranya hampir tak terdengar.Sebastian tetap berdiri tegak, ekspresinya tidak berubah. Ia tahu ini akan menjadi pukulan berat bagi William, tetapi ia juga tidak menyesali kebenaran yang telah terungkap.Clara melangkah maju, mencoba menjelaskan lebih lanjut. "William, aku tidak pernah berniat menyakitimu. Semua ini terjadi begitu cepat. Aku terjebak dalam keadaan yang tidak pernah aku bayangkan."William menggeleng, matanya mulai memerah. "Dan kau memilih Sebastian? Kau memilih dia, bukan aku?"Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Clara ingin menyangkal, ingin mengatakan bahwa semua ini bukan soal pilihan, tetapi lebih kepada keadaan yang menyeretnya ke dalam dilema yang sulit. Namun, ia tahu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 114.

    Bab 114Clara duduk di tepi tempat tidurnya, menatap layar ponselnya yang masih menampilkan pesan terakhir dari Bianca. Ancaman itu masih terasa jelas di pikirannya, membuat dadanya terasa sesak. Di luar, angin malam berhembus pelan, menggetarkan tirai jendela yang terbuka sebagian. Namun, di dalam kamarnya, keheningan justru terasa semakin menyesakkan.Ia menoleh ke arah pintu saat mendengar langkah kaki mendekat. Sebastian muncul dengan wajah serius, membawa segelas air untuknya. "Minumlah," katanya sambil menyodorkan gelas itu.Clara menerima gelas itu dengan tangan gemetar. "Sebastian, aku takut. Bianca tidak akan berhenti. Dia tahu terlalu banyak tentang kita, tentang William, bahkan tentang anak kita."Sebastian menghela napas dalam-dalam, duduk di sebelah Clara. "Aku sudah mengirim orang-orangku untuk menelusuri siapa yang membantu Bianca. Dia tidak mungkin melakukan ini sendirian. Akan kupastikan dia tidak bisa menyentuhmu lagi."Clara menatap Sebastian dengan mata penuh kecem

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 113.

    Bab 112Clara merasakan beban yang semakin berat setelah ancaman Bianca. Setiap kata dalam pesan itu menekan jantungnya, membuatnya merasa terperangkap. Tetapi saat ia menatap Sebastian, ada sesuatu dalam tatapan pria itu yang memberi harapan. Sebastian selalu menjadi pelindungnya, tetapi kali ini, ia bisa merasakan ketegangan yang berbeda. Sebagian besar waktu mereka bersama telah diwarnai oleh kebahagiaan dan cinta, namun di balik itu, ada bayang-bayang yang semakin gelap yang mengancam semuanya.Clara menarik napas panjang dan memutuskan untuk memberi tahu Sebastian. "Sebastian, Bianca... dia tahu segalanya. Tentang aku, tentang William. Bahkan tentang foto-foto itu. Dia mengancamku, dan jika foto-foto itu sampai ke keluargamu, terutama ke ibu dan ayahmu, semuanya bisa berakhir buruk."Sebastian menatap Clara dengan serius, matanya menyempit seiring kecemasan yang muncul. "Kamu yakin? Apa yang ingin dia capai dengan ini?"Clara mengangguk dengan tegas, namun matanya terbelalak saat

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 112.

    Panas dan kebas menjalar ke area wajah Clara. Tamparan yang diberikan Sania begitu tiba-tiba, meninggalkan perih yang menyengat di pipinya. Clara terdiam, matanya membelalak, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dadanya berdegup kencang, bukan hanya karena rasa sakit yang menjalar, tetapi juga keterkejutan yang melumpuhkan pikirannya.Sania berdiri di hadapannya dengan napas memburu, matanya menyala oleh amarah yang sulit dibendung. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi suara tawa para pelayan kini berubah sunyi, hanya menyisakan ketegangan yang menggantung di udara.Clara mengangkat tangannya, menyentuh pipinya yang kini terasa panas. Dia menatap Sania, mencari jawaban dalam sorot matanya yang tajam."Kenapa?" Suaranya nyaris berbisik, bergetar oleh campuran rasa sakit dan keterkejutan.Namun, Sania hanya menghela napas panjang, lalu membuang muka. Ada sesuatu yang disembunyikannya—sesuatu yang mungkin lebih menyakitkan daripada tamparan itu sendiri."Mom!""Jangan panggil aku Mom

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status