Share

Bab 91.

Penulis: Ellea Neor
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-29 09:33:15

Bianca tercekat dan segera menatap ke arah sosok itu, dan seketika bernapas lega ketika melihatnya.

"Dareen? Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Bianca.

Dareen melihat ke arah pintu sesaat kemudian meletakkan jemarinya pada bibir.

"Ikut aku!" kata Dareen.

Langkah Bianca sedikit menyeret mengikuti Dareen. Entah ke mana pria ini akan membawanya pergi. Bianca merupakan kerabat jauh dari keluarga Abraham. Hubungan kekeluargaan inilah yang menjadi alasan mengapa Bianca sudah lama mengenal Dareen.

"Dareen kita mau ke mana?" tanya Clara.

"Diamlah, kita harus bicara," ucap Dareen.

Bianca hanya menurut ketika Dareen tiba-tiba menarik lengannya dan membawanya menuju suatu tempat tanpa memberikan penjelasan. Meskipun bingung, Bianca tidak mengajukan pertanyaan dan memilih mengikuti langkah Dareen dengan diam.

Setelah beberapa saat melewati lorong-lorong rumah sakit, mereka akhirnya tiba di rooftop. Udara di atas terasa sejuk, disertai pemandangan langit yang mulai memerah karena senja. Di sana
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 92.

    "Saya dengar Nona mangandung, saya khawatir karena lantai ini sangat keras," kata Andrew."Tuan Andrew, ini justru tidak masuk akal. Saya baik-baik saja. Sekarang berdirilah," titah Clara lembut.Andrew segera menjalankan perintah Clara, dia bangkit lantas memposisikan diri di dekat Clara, dia mengulurkan lengannya yang membuat Sebastian melotot.“Apa yang kamu lakukan, Andrew?” hardik Sebastian. Dia menepis tangan Andrew yang hendak menyentuh Clara.Andrew menatap Sebastian tanpa rasa bersalah. “Saya ingin membantu Nona, Tuan,” jawab Andrew.“Berani menyentuh, kupatahkan tanganmu supaya kamu tidak bisa memasak!” Setelah mengatakan itu, Sebastian menuntun Clara menuju pintu utama.“Dia sangat pencemburu,” gumam Andrew sembari menatap punggung majikannya itu.Keduanya memasuki pintu utama yang segera dikawal ketat oleh pelayan. Mereka bertindak seolah-olah Clara adalah wanita yang rapuh yang perlu dijaga.Saat mencapai tangga, Sebastian berhenti sejenak, menoleh ke arah Clara yang tamp

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 93.

    Pertanyaan itu seketika menyadarkan Clara dari lamunannya tentang Sebastian. Tatapannya yang semula terpaku pada pria itu kini beralih dengan gugup. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba mengumpulkan kesadarannya yang sempat melayang entah ke mana.Dengan cepat, Clara mengalihkan perhatiannya dari Sebastian. Dia melangkah sedikit mundur, menatap gaun yang masih tergantung rapi, lalu kembali menoleh ke arah pria yang kini berdiri tegap di depannya. Ada sesuatu dalam sorot mata Sebastian yang membuatnya semakin penasaran.Tanpa bisa menahan rasa ingin tahunya lebih lama, Clara akhirnya bertanya, "Memangnya ada acara apa? Mengapa saya harus memakai gaun?"Suaranya terdengar ragu-ragu, namun cukup jelas untuk menunjukkan kebingungannya. Hatinya mulai dipenuhi berbagai spekulasi. Apakah ada perayaan penting yang dia lupakan? Ataukah ini adalah kejutan yang telah Sebastian siapkan untuknya?Dia menunggu jawaban dengan perasaan berdebar, sementara Sebastian hanya tersenyum tipis, seol

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 94.

    Clara tertegun beberapa saat, membiarkan matanya menjelajahi pemandangan yang terbentang di hadapannya. Tatapan takjub sekaligus heran begitu jelas terpancar dari sorot matanya.Udara malam yang sejuk terasa membelai kulitnya, sementara kelap-kelip cahaya lilin dan lampu-lampu kecil yang tergantung di dahan pepohonan menciptakan suasana yang begitu hangat dan menenangkan.Sebastian telah menyulap taman dekat kolam menjadi sebuah arena makan malam romantis yang begitu indah. Meja bundar dengan taplak putih bersih berdiri di tengah, dihiasi dengan rangkaian bunga mawar merah dan lilin-lilin kecil yang menyala lembut.Kursi-kursi elegan telah disiapkan, dan di atas meja, dua piring porselen dengan peralatan makan berkilauan tersusun dengan rapi, seolah menunggu pemiliknya untuk menikmati hidangan istimewa.Kolam di dekatnya memantulkan cahaya dari lampu-lampu gantung, menciptakan bayangan yang berkilauan di permukaan air yang tenang. Aroma lembut dari bunga mawar yang bermekaran di sekit

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 95.

    Clara menyandarkan punggungnya ke kursi dengan napas yang sedikit berat. Perutnya terasa penuh setelah menikmati berbagai hidangan lezat yang tersaji di meja. Tanpa sadar, dia telah menyantap terlalu banyak makanan, terbawa suasana hangat dan romantis yang diciptakan Sebastian.Tangannya perlahan mengusap perutnya yang kini terasa begah. Dia menatap piring di depannya yang hampir kosong, menyadari bahwa setiap suapan yang ia nikmati tadi benar-benar menggoda seleranya. Namun kini, rasa kenyang mulai mendominasi tubuhnya, membuatnya ingin beristirahat sejenak sebelum melanjutkan percakapan dengan Sebastian.Sebastian yang duduk di seberangnya tampak menyadari perubahan ekspresi Clara. Dengan alis yang sedikit terangkat dan senyum menggoda di wajahnya, dia bertanya, "Kenyang?"Clara mengangguk pelan sambil tersenyum malu. "Sepertinya saya makan terlalu banyak," ujarnya jujur, membuat Sebastian tertawa kecil."Itu karena ada kehidupan lain di perutmu. Sebaiknya kamu beristirahar sebentar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 96.

    Malam yang penuh kehangatan itu perlahan mencapai puncaknya. Sebastian yang telah terpenjara hasrat, membawa Clara ke kamar pribadinya. Dia meletakkan tubuh Clara di atas kasur yang empuk. Lampu utama dimatikan dan menyisakan lampu tidur.Di bawah cahaya temaram yang lembut, Sebastian menatap Clara dengan penuh kasih. Kedalaman matanya memancarkan ketulusan dan rasa cinta yang begitu nyata, seolah ingin meyakinkan bahwa malam ini sepenuhnya dia dedikasikan untuk wanita yang kini berada di bawah kungkungannya.Dengan penuh perhatian, Sebastian membelai wajah Clara, jemarinya yang hangat menyusuri pipi wanitanya dengan kelembutan yang tak terlukiskan. Dia tahu bahwa Clara kini tengah mengandung, dan itu membuatnya semakin berhati-hati dalam setiap gerakan. Baginya, Clara dan buah hati yang sedang dikandungnya adalah anugerah terbesar dalam hidupnya.“Aku akan melakukannya dengan sangat berhati-hati.” Bisikan itu terdengar begitu menggelitik daun telinga Clara. “Jika kamu merasakan kesak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 97.

    Kalau tidak ingat ini adalah pekerjaan penting, Sebastian pasti akan membatalkan niatnya untuk pergi ke Zairo dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama dengan Clara. Bayangan permainan semalam, menari-nari di pelupuk mata Sebastian, membangkitkan gairah dalam dirinya yang sempat menghilang.Namun, karena pekerjaan, Sebastian harus menekan hasratnya itu. Kecupan berlangsung cukup lama sebelum akhirnya Sebastian lebih dulu mengakhirinya.“Kamu sudah mulai berani menggodaku?”Clara menundukkan kepalanya. “Maafkan saya.”“Tunggu aku pulang, kamu akan mendapatkan jatah yang lebih lama.” Sebastian mengelus puncak kepala Clara sebelum akhirnya membalik diri dan menghilang di balik pintu mobil.Clara melambaikan tangan, perasaan cemas, dan khawatir berlebihan merasuk dalam diri Clara. Ini tidak seperti biasanya. Perasaan ini sangat berlebihan.“Firasat macam apa ini?” gumam Clara sembari memegangi dadanya.Kendaraan mulai menghilang dari pandangannya, namun entah mengapa Clara masih ingin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 98.

    “Penerbangan komersial bernomor 784 yang lepas landas dari Bandara Internasional Arbour hilang kontak beberapa menit setelah mengudara, pesawat tersebut membawa 169 penumpang dan 5 orang awak. Pesawat dengan tujuan Zairo itu lantas ditemukan pada titik menghilang yaitu pegunungan Arphen dalam kondisi tidak utuh.”Clara seketika tercengang setelah mendengar kabar itu. Pikirannya mendadak kosong, sementara detak jantungnya berdegup semakin cepat. Suara di sekelilingnya seolah meredup, menyisakan hanya gema kalimat mengejutkan yang baru saja masuk ke telinganya.“Tidak mungkin, Tuan Bastian.”Tubuh Clara terasa lemas, seakan seluruh kekuatannya lenyap dalam sekejap. Tanpa mampu menahan diri, dia menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Tangannya gemetar, dan napasnya memburu cepat, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Di dalam hatinya, ribuan pertanyaan berkecamuk tanpa jawaban. Dunia yang selama ini terasa stabil tiba-tiba goyah, seolah segalanya runtuh di hadapannya dalam sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 99.

    Clara termundur ke belakang, langkahnya goyah seakan tubuhnya kehilangan keseimbangan. Dadanya terasa sesak, seolah-olah udara di sekitarnya semakin menipis. Pandangannya kabur oleh genangan air mata yang terus mengalir tanpa henti.Tangisnya kembali pecah, menggema di tengah hiruk pikuk yang dan keramaian. Tubuhnya luruh ke lantai, menarik perhatian orang-orang lannya. Isakan yang tertahan akhirnya meluap, tak lagi mampu dia bendung. Bahunya terguncang hebat, sementara kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha keras menahan emosi yang membanjiri dirinya.Seluruh kepedihan yang berusaha dia redam sejak tadi kini meledak begitu saja. Kakinya terasa lemas, hampir tak sanggup menopang tubuhnya sendiri. Dalam keputusasaan, Clara menutupi wajahnya dengan kedua tangan, seakan berharap segalanya hanyalah mimpi yang bisa dia hapus begitu saja.“Tuan Bastian.” Tanpa mampu menahan diri, air matanya mulai jatuh. Satu per satu butiran bening itu mengalir di pipinya, hingga akhirnya isak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   120.

    Sebastian mengepalkan tangannya dengan kuat, sehingga telapak tangannya menjadi pucat. Rahangnya mengeras, dan otot-otot wajahnya menegang, menunjukkan kemarahan yang mendalam. Matanya menyala dengan api kemarahan, dan napasnya menjadi lebih cepat. Semua ini menunjukkan bahwa Sebastian sedang berusaha untuk mengendalikan emosinya, tetapi kemarahan yang memuncak dalam hatinya sulit untuk ditekan."Apa yang kamu lakukan, Mom?" tanya Sebastian dengan suara yang keras dan penuh kemarahan. "Mengapa kamu mengusir Clara tanpa memberitahu aku terlebih dahulu?"Sania terlihat tenang, namun ada sesuatu di balik matanya yang membuat Sebastian merasa tidak nyaman. "Aku melakukan ini karena aku ingin melindungi kamu, Sebastian," katanya dengan suara yang lembut. "Aku tidak ingin kamu terluka lagi karena Clara."Sebastian terlihat terkejut. "Apa yang kamu maksud? Aku tidak pernah terluka karena Clara."Sania mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Aku tahu tentang hubunganmu dengan Clara,

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   119.

    Clara dan Sebastian memulai penyelidikan mereka tentang William dan wanita misterius yang bernama Helena. Mereka menghubungi beberapa kontak yang mereka miliki, mencari informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi.Sementara itu, Clara tidak bisa menghilangkan perasaan buruk yang semakin menguat dalam dirinya. Ia merasa bahwa William sedang berbohong padanya, dan bahwa ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.Setelah beberapa jam, Sebastian kembali dengan informasi yang mereka cari. "Aku memiliki kabar tentang Helena," katanya, wajahnya serius. "Dia adalah seorang wanita yang memiliki koneksi dengan beberapa orang berpengaruh di kota ini."Clara merasa jantungnya berdegup kencang. "Apa maksudmu?" tanyanya.Sebastian mengambil napas dalam-dalam. "Aku pikir William sedang bermain dengan api, Clara. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan, dan itu bisa berakibat fatal."Clara merasa darahnya membeku. Ia tidak bisa percaya bahwa William bisa melakukan sesuatu yang begitu berbahaya. Tapi ia

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   118.

    Bab 119Pagi itu, Clara terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Tidurnya gelisah, penuh dengan mimpi-mimpi yang membingungkan. Ia mencoba mengingatnya, tetapi hanya bayangan samar William yang tertinggal di benaknya.Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke dapur, di mana Sebastian sudah menunggunya dengan secangkir kopi di tangan.“Kau kelihatan lelah,” katanya sambil menyerahkan cangkir itu.Clara tersenyum tipis dan menerimanya. “Aku tidak tidur nyenyak.”Sebastian menatapnya dengan cermat. “Kau masih memikirkan William?”Clara menghela napas. “Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, Sebastian. Aku ingin dia baik-baik saja.”Sebastian mengangguk, meskipun ada sesuatu dalam ekspresinya yang sulit dibaca. “Aku mengerti.”Saat itu, ponsel Clara bergetar di meja. Ia mengulurkan tangan dan melihat nama yang tertera di layar—Bianca.Jantungnya berdegup kencang. Sudah lama Bianca tidak menghubunginya secara langsung, dan itu hanya berarti satu hal: sesuatu sedang terjadi.Clara men

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 117.

    Bab 118Malam itu, Clara duduk di depan jendela, menatap langit yang gelap tanpa bintang. Perasaan bersalah dan kehilangan masih menggantung di hatinya, mengingat bagaimana William pergi dengan luka yang dalam. Ia ingin memperbaiki keadaan, tetapi ia tahu tidak ada jalan mudah untuk menyembuhkan hati yang telah hancur.Sebastian masuk ke dalam kamar, membawa secangkir teh hangat. Ia meletakkannya di meja kecil di samping Clara dan duduk di kursi sebelahnya."Kau belum tidur?" tanyanya lembut.Clara menggeleng. "Pikiranku masih kacau."Sebastian menghela napas dan meraih tangannya. "Aku tahu ini sulit untukmu, tapi kau tidak bisa terus menyalahkan diri sendiri."Clara tersenyum pahit. "Aku hanya berharap ada cara untuk tidak menyakiti siapa pun."Sebastian menggenggam tangannya lebih erat. "Kau membuat pilihan terbaik yang bisa kau buat saat itu. William butuh waktu untuk menerima semuanya."Clara menatap mata Sebastian, mencari kepastian dalam kata-katanya. "Apa menurutmu dia akan mem

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 116.

    Bab 117Langit masih gelap saat Clara terbangun dari tidurnya. Matanya terasa berat, pikirannya masih berkecamuk dengan semua yang terjadi semalam. Ia memutar kepalanya ke samping, melihat Sebastian yang masih tertidur dengan napas teratur. Wajahnya yang tenang sedikit mengurangi beban di hati Clara, tetapi bayangan William yang penuh luka masih menghantuinya.Ia bangkit perlahan dari tempat tidur, berusaha tidak membangunkan Sebastian, lalu berjalan menuju balkon. Udara pagi yang sejuk menyentuh kulitnya, membawa ketenangan yang sesaat mengalihkan pikirannya dari segala kekacauan yang sedang ia hadapi.Namun, keheningan itu tidak bertahan lama.Ponselnya yang tergeletak di atas meja mulai bergetar. Clara menghela napas sebelum mengambilnya dan melihat nama yang tertera di layar. Jantungnya berdebar—William.Clara menatap layar ponsel itu selama beberapa detik, ragu apakah ia harus menjawab atau tidak. Setelah mengumpulkan keberanian, ia akhirnya menekan tombol hijau dan membawa ponse

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 115.

    Bab 115William menarik napas panjang, berusaha mencerna kata-kata Clara. Matanya yang semula penuh harapan kini dipenuhi keterkejutan dan kekecewaan. Dia membuka mulutnya, seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang keluar."Aku... aku tidak percaya ini," gumamnya akhirnya, suaranya hampir tak terdengar.Sebastian tetap berdiri tegak, ekspresinya tidak berubah. Ia tahu ini akan menjadi pukulan berat bagi William, tetapi ia juga tidak menyesali kebenaran yang telah terungkap.Clara melangkah maju, mencoba menjelaskan lebih lanjut. "William, aku tidak pernah berniat menyakitimu. Semua ini terjadi begitu cepat. Aku terjebak dalam keadaan yang tidak pernah aku bayangkan."William menggeleng, matanya mulai memerah. "Dan kau memilih Sebastian? Kau memilih dia, bukan aku?"Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Clara ingin menyangkal, ingin mengatakan bahwa semua ini bukan soal pilihan, tetapi lebih kepada keadaan yang menyeretnya ke dalam dilema yang sulit. Namun, ia tahu

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 114.

    Bab 114Clara duduk di tepi tempat tidurnya, menatap layar ponselnya yang masih menampilkan pesan terakhir dari Bianca. Ancaman itu masih terasa jelas di pikirannya, membuat dadanya terasa sesak. Di luar, angin malam berhembus pelan, menggetarkan tirai jendela yang terbuka sebagian. Namun, di dalam kamarnya, keheningan justru terasa semakin menyesakkan.Ia menoleh ke arah pintu saat mendengar langkah kaki mendekat. Sebastian muncul dengan wajah serius, membawa segelas air untuknya. "Minumlah," katanya sambil menyodorkan gelas itu.Clara menerima gelas itu dengan tangan gemetar. "Sebastian, aku takut. Bianca tidak akan berhenti. Dia tahu terlalu banyak tentang kita, tentang William, bahkan tentang anak kita."Sebastian menghela napas dalam-dalam, duduk di sebelah Clara. "Aku sudah mengirim orang-orangku untuk menelusuri siapa yang membantu Bianca. Dia tidak mungkin melakukan ini sendirian. Akan kupastikan dia tidak bisa menyentuhmu lagi."Clara menatap Sebastian dengan mata penuh kecem

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 113.

    Bab 112Clara merasakan beban yang semakin berat setelah ancaman Bianca. Setiap kata dalam pesan itu menekan jantungnya, membuatnya merasa terperangkap. Tetapi saat ia menatap Sebastian, ada sesuatu dalam tatapan pria itu yang memberi harapan. Sebastian selalu menjadi pelindungnya, tetapi kali ini, ia bisa merasakan ketegangan yang berbeda. Sebagian besar waktu mereka bersama telah diwarnai oleh kebahagiaan dan cinta, namun di balik itu, ada bayang-bayang yang semakin gelap yang mengancam semuanya.Clara menarik napas panjang dan memutuskan untuk memberi tahu Sebastian. "Sebastian, Bianca... dia tahu segalanya. Tentang aku, tentang William. Bahkan tentang foto-foto itu. Dia mengancamku, dan jika foto-foto itu sampai ke keluargamu, terutama ke ibu dan ayahmu, semuanya bisa berakhir buruk."Sebastian menatap Clara dengan serius, matanya menyempit seiring kecemasan yang muncul. "Kamu yakin? Apa yang ingin dia capai dengan ini?"Clara mengangguk dengan tegas, namun matanya terbelalak saat

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 112.

    Panas dan kebas menjalar ke area wajah Clara. Tamparan yang diberikan Sania begitu tiba-tiba, meninggalkan perih yang menyengat di pipinya. Clara terdiam, matanya membelalak, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dadanya berdegup kencang, bukan hanya karena rasa sakit yang menjalar, tetapi juga keterkejutan yang melumpuhkan pikirannya.Sania berdiri di hadapannya dengan napas memburu, matanya menyala oleh amarah yang sulit dibendung. Ruangan yang sebelumnya dipenuhi suara tawa para pelayan kini berubah sunyi, hanya menyisakan ketegangan yang menggantung di udara.Clara mengangkat tangannya, menyentuh pipinya yang kini terasa panas. Dia menatap Sania, mencari jawaban dalam sorot matanya yang tajam."Kenapa?" Suaranya nyaris berbisik, bergetar oleh campuran rasa sakit dan keterkejutan.Namun, Sania hanya menghela napas panjang, lalu membuang muka. Ada sesuatu yang disembunyikannya—sesuatu yang mungkin lebih menyakitkan daripada tamparan itu sendiri."Mom!""Jangan panggil aku Mom

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status