Home / Romansa / Melahirkan Anak Presdir Posesif / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Melahirkan Anak Presdir Posesif: Chapter 71 - Chapter 80

113 Chapters

Bab 71.

Clara tertegun, nyaris tak percaya mendengar penuturan Sebastian yang begitu mengejutkan. Wajahnya yang semula tenang kini berubah menjadi campuran antara keheranan dan kekagetan.Namun, bukan hanya Clara yang terpaku dalam diam. Bianca, yang duduk tak jauh darinya, turut memperlihatkan raut wajah serupa—mata membulat dan bibir terkatup rapat seolah tak ingin kehilangan satu pun kata yang baru saja terucap.Bahkan, sang asisten yang biasanya tetap tenang dalam situasi apa pun, kini tampak sedikit gelisah, menatap Sebastian dengan sorot mata penuh tanya. Dalam keheningan yang seketika menyelimuti ruangan, setiap orang di sana seolah berusaha mencerna makna di balik kata-kata yang baru saja diutarakan.Clara menatap Bianca dengan canggung, pandangannya sejenak ragu-ragu sebelum akhirnya bertemu dengan mata wanita itu. Ada sesuatu yang menggantung di udara, sesuatu yang tak terucap namun terasa begitu nyata.Ia mencoba mengulas senyum tipis, tetapi senyum itu terasa kaku, nyaris tidak tu
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 72.

Bianca kembali ke Jewelry Fashion dengan amarah yang membara. Wajahnya tegang, dan langkah kakinya terdengar berat di lantai. Sesampainya di ruang kerja, ia tidak mampu lagi menahan ledakan emosinya.Dengan penuh emosi, Bianca melampiaskan kemarahannya dengan melempar barang-barang di sekitarnya. Suara benda yang jatuh dan pecah memenuhi ruangan, seolah-olah menggambarkan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya.Bianca berdiri dengan tubuh gemetar, matanya memerah menahan luapan emosi yang tak tertahankan. Suaranya menggema di seluruh ruangan saat ia berteriak, meluapkan kemarahan yang telah lama terpendam.Setiap kata yang keluar dari mulutnya menggambarkan betapa dalam perasaan kesalnya, seolah ia tak lagi peduli pada siapa pun yang mendengarkan."Berengsek!" Bianca mengumpat. Sorot matanya berkilat tajam. Wajah Clara kembali berkelebat. Tangannya yang menopang tubuh di atas meja seketika"Wanita itu! Beraninya dia mengambil Bastian dariku!"Selama ini Bianca selalu berpikir bahwa Se
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 73.

“Apa?” Clara jelas kaget, pantas saja, tempat yang biasanya ramai ini terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa penjaga gerai dan wahana yang bertugas. “Tapi kenapa? Bukannya lebih bagus kalau banyak orang, apa lagi anak-anak, pasti akan sangat seru!” ucap Clara.“Tidak, aku lebih suka seperti ini, karena aku tidak suka diganggu,” ujar Sebastian. “Anak-anak sangat berisik,” imbuhnya.Clara mendelik. “Anda tidak suka anak-anak? Ah, kasihan sekali nanti yang menjadi anak Anda,” gerutu Clara.“Tentu saja beda, aku akan menyayangi anakku sendiri dengan sepenuh hati,” kata Sebastian. Clara mencebik tak percaya dan itu membuat Sebastian gemas, diraihnya pinggang wanita itu, kemudian hendak memberikan kecupan.“Tunggu, Tuan. Bagaimana kalau kita naik wahana, ayo…” Clara melepaskan diri dan segera berjalan menjauh Sebastian.Pria itu mendelik. “Awas saja kamu ya, aku akan mendapatkanmu nanti.”Clara tampak sangat bahagia saat berada di pasar malam yang penuh dengan gemerlap lampu dan keceriaan
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 74.

Malam itu, nyatanya Sebastian ketagihan untuk kembali memainkan sebuah permainan. Dengan semangat, Sebastian mencoba berbagai jenis permainan yang tersedia. Ia memulai dengan permainan dart, di mana ia harus tepat mengenai balon-balon kecil yang digantung.Setelah beberapa kali mencoba, ia berhasil memenangkan hadiah kecil berupa gantungan kunci denga bentuk yang sangat unik dan juga menarik.“Ini untukmu!” Lagi-lagi, Sebastian memberikan hadiah itu kepada Clara dan segera diterima oleh wanita cantik itu.“Terima kasih, Tuan.”Tidak puas hanya dengan itu, Sebastian melanjutkan ke permainan memancing ikan mainan. Dengan hati-hati, ia mengarahkan pancingannya, berusaha menangkap ikan plastik yang terus bergerak di dalam kolam kecil. Tepuk tangan riuh dari Clara terdengar ketika ia berhasil menangkap beberapa ekor ikan sekaligus.Hadiah kali ini berupa bantal berbentuk hati dengan hiasan bulu di tepian bantal. Clara jelas saja menerima hadiah itu dengan senang hati.Permainan terakhir ya
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 75.

Ekspresi wajah Sebastian berubah seketika begitu mendengar suara di ujung telepon. Tatapan matanya yang semula penuh ketenangan kini menjadi tajam, mencerminkan keterkejutan sekaligus rasa cemas yang tak dapat disembunyikan.Ia menggenggam telepon itu lebih erat, seolah-olah ingin memastikan bahwa suara yang baru saja ia dengar bukan sekadar ilusi. Detak jantungnya semakin cepat, dan keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya. Dalam keheningan, Sebastian berusaha mengendalikan dirinya dan kembali fokus ke depan.“Untuk apa kamu menelponku?” hardik Sebastian. Suaranya terdengar sangat dingin seolah mampu menembus ke ujung sana. “Apa lagi, tentu saja karena aku merindukanmu. Bastian tahukah kamu, aku tidak pernah bisa melupakanmu,” ujar Bianca dengan nada yang mendayu-dayu pilu.Akan tetapi, itu justru terdengar menjijikkan di telinga Sebastian. Seperti yang pernah dia katakan kepada Clara, dirinya menerima Bianca hanya untuk melupakan teman masa kecilnya yang tak lain adalah C
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 76.

Jantung Clara berdegup kencang, seolah-olah setiap denyutnya menggetarkan seluruh tubuhnya. Perasaan aneh dan cemas melanda dirinya, sementara kesadaran akan keberadaan Sebastian yang begitu dekat semakin mengganggu ketenangannya.Dengan hati yang berdebar, Clara berusaha mengalihkan pandangan, tetapi tak bisa menepis perasaan canggung yang menyelubungi dirinya. Ia menyadari betul betapa rapatnya jarak antara mereka, dan bagaimana setiap detail kecil—deru napas, sentuhan hangat udara—menciptakan rasa yang sulit dijelaskan.Sebastian berada tepat di atasnya, begitu dekat sehingga Clara bisa mendengar deru napasnya yang hangat menyentuh kulit wajahnya. Setiap hembusan napasnya terasa begitu dekat, seolah-olah itu bergetar di udara sekitarnya.“Tu-tuan, ini masih pagi.” Suara Clara terbata-bata.Tatapan Sebastian menghujam tepat ke arah wanita yang ada di bawahnya. “Memangnya kenapa kalau masih pagi, aku menunggumu semalaman, tapi kamu tidak bangun.” Sebastian mengoceh.Clara mengerjap p
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 77.

Saat nama Bianca terdengar, ekspresi wajah Sebastian seketika berubah menjadi kelam. Seperti awan mendung yang menutupi langit cerah, keceriaan yang mungkin ada sebelumnya langsung lenyap.Tatapannya, yang semula tenang, kini memancarkan kilatan tajam penuh arti. Seolah-olah ada amarah yang tersimpan rapi di balik sorot matanya, sebuah emosi yang tak dapat disembunyikan meski bibirnya tetap terkatup rapat. Nama itu jelas membawa beban yang berat dalam benaknya, membuka kembali lembaran kisah yang mungkin ingin dia lupakan.Tangan Sebastian mengepal dengan kuat, menunjukkan ketegangan yang menguasai dirinya. Otot-otot di lengannya tampak tegang, seolah-olah menahan ledakan emosi yang hampir tak terkendali. Rahangnya mengeras, menandakan amarah yang terpendam di dalam dirinya.Wajahnya yang memerah dan sorot matanya yang tajam mencerminkan pergulatan batin yang tengah ia alami, seolah-olah ia sedang berjuang untuk tetap menguasai dirinya di tengah badai perasaan yang melanda.Clara memp
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 78.

Kecemburuan tampak begitu nyata di wajah Bianca. Matanya yang biasanya penuh kehangatan kini menampilkan sorot yang dingin dan penuh rasa tidak suka. Bibirnya terkatup rapat, membentuk garis tipis yang menunjukkan usahanya untuk tetap tenang, meskipun emosi di dalam dirinya bergolak.Pipinya yang sedikit memerah menjadi bukti lain dari perasaan yang tak bisa ia sembunyikan. Bianca berusaha untuk tetap terlihat tenang, tetapi gerak-geriknya yang gelisah mengungkapkan segalanya. Perasaan yang ia coba kubur dalam-dalam kini terangkat ke permukaan, menjadi saksi bisu atas luka yang sedang ia rasakan.Sebastian tampak menikmati setiap jejak kecemburuan yang terpancar dari raut wajah Bianca. Tatapan matanya seolah menelanjangi emosi yang tak mampu disembunyikan oleh perempuan itu. Dengan senyum penuh kemenangan, Sebastian menunjukkan kepuasan yang nyata. Bibirnya melengkung halus, mencerminkan perasaan puas yang tak dapat ditutupi. Setiap gerakan kecil dari Bianca seakan menjadi hiburan ba
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 79.

“Aku benci seseorang meremehkanku, jadi aku akan membuktikannya padamu.”Dalam hitungan detik, kemeja yang melekat di tubuh Sebastian telah terlepas, memperlihatkan sosoknya yang tegap dan berotot. Gerakannya begitu cepat dan penuh percaya diri, seolah hal itu adalah sesuatu yang biasa ia lakukan.Kain kemeja itu kini tergeletak di lantai, melipat dengan sembarangan, sementara Sebastian berdiri tegap, menatap ke depan dengan tatapan tajam. Tidak ada keraguan dalam gerakannya, hanya ketegasan yang mencerminkan karakter pribadinya. Suasana di sekitarnya terasa berbeda, seolah setiap tindakannya membawa dampak yang tidak bisa diabaikan.Clara yag melihat itu seketika merinding, dia memperhatikan sekitar, dan melihat Andrew tengah berdiri sembari menundukkan kepala. Lantas dia kembali menatap Sebastian.“Tuan, ini ruang tamu.” Clara berkata dengan nada sedikit ketakutan. Dia merasa Sebastian sudah tidak waras.Sebastian menyunggingkan senyumnya. Menikmati ketakutan di wajah Clara. “Kenapa
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 80.

"Maaf untuk apa?"Begitu mendengar suara Sebastian, Clara merasa seperti mendapat angin segar. Dia menggerakkan kepalanya, menatap ke samping. "Maaf untuk sikap saya kemarin," ucap Clara.Tatapan Sebastian yang sempat mengarah pada Clara, kini kembali lurus ke depan."Lupakan saja," kata Sebastian dengan raut wajah dingin. "Sampai kapan pun kamu tidak akan mengerti perasaanku," imbuhnya.Clara terdiam untuk beberapa saat. Apakah Sebastian sedang membahas masalah perasaan? Sedangkan Clara tidak pernah lupa kata Sebastian berkata bahwa dirinya tidak boleh menggunakan perasaan dalam hubungan ini."Tuan, Anda pernah berkata bahwa saya tidak boleh menggunakan perasaan saya dalam hubungan ini." Clara mencoba mengingatkan."Itu karena aku hanya ingin tahu bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya." Sebastian tetap mempertahankan tatapannya ke depan. Namun, dalam detik selanjutnya, dia tidak bisa lagi mengalihkan perhatiannya dari wanita itu. "Clara, aku mencintaimu sejak pertama kali bertemu."M
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status