Share

Bab 71.

Penulis: Ellea Neor
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 21:35:16

Clara tertegun, nyaris tak percaya mendengar penuturan Sebastian yang begitu mengejutkan. Wajahnya yang semula tenang kini berubah menjadi campuran antara keheranan dan kekagetan.

Namun, bukan hanya Clara yang terpaku dalam diam. Bianca, yang duduk tak jauh darinya, turut memperlihatkan raut wajah serupa—mata membulat dan bibir terkatup rapat seolah tak ingin kehilangan satu pun kata yang baru saja terucap.

Bahkan, sang asisten yang biasanya tetap tenang dalam situasi apa pun, kini tampak sedikit gelisah, menatap Sebastian dengan sorot mata penuh tanya. Dalam keheningan yang seketika menyelimuti ruangan, setiap orang di sana seolah berusaha mencerna makna di balik kata-kata yang baru saja diutarakan.

Clara menatap Bianca dengan canggung, pandangannya sejenak ragu-ragu sebelum akhirnya bertemu dengan mata wanita itu. Ada sesuatu yang menggantung di udara, sesuatu yang tak terucap namun terasa begitu nyata.

Ia mencoba mengulas senyum tipis, tetapi senyum itu terasa kaku, nyaris tidak tu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 72.

    Bianca kembali ke Jewelry Fashion dengan amarah yang membara. Wajahnya tegang, dan langkah kakinya terdengar berat di lantai. Sesampainya di ruang kerja, ia tidak mampu lagi menahan ledakan emosinya.Dengan penuh emosi, Bianca melampiaskan kemarahannya dengan melempar barang-barang di sekitarnya. Suara benda yang jatuh dan pecah memenuhi ruangan, seolah-olah menggambarkan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya.Bianca berdiri dengan tubuh gemetar, matanya memerah menahan luapan emosi yang tak tertahankan. Suaranya menggema di seluruh ruangan saat ia berteriak, meluapkan kemarahan yang telah lama terpendam.Setiap kata yang keluar dari mulutnya menggambarkan betapa dalam perasaan kesalnya, seolah ia tak lagi peduli pada siapa pun yang mendengarkan."Berengsek!" Bianca mengumpat. Sorot matanya berkilat tajam. Wajah Clara kembali berkelebat. Tangannya yang menopang tubuh di atas meja seketika"Wanita itu! Beraninya dia mengambil Bastian dariku!"Selama ini Bianca selalu berpikir bahwa Se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 73.

    “Apa?” Clara jelas kaget, pantas saja, tempat yang biasanya ramai ini terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa penjaga gerai dan wahana yang bertugas. “Tapi kenapa? Bukannya lebih bagus kalau banyak orang, apa lagi anak-anak, pasti akan sangat seru!” ucap Clara.“Tidak, aku lebih suka seperti ini, karena aku tidak suka diganggu,” ujar Sebastian. “Anak-anak sangat berisik,” imbuhnya.Clara mendelik. “Anda tidak suka anak-anak? Ah, kasihan sekali nanti yang menjadi anak Anda,” gerutu Clara.“Tentu saja beda, aku akan menyayangi anakku sendiri dengan sepenuh hati,” kata Sebastian. Clara mencebik tak percaya dan itu membuat Sebastian gemas, diraihnya pinggang wanita itu, kemudian hendak memberikan kecupan.“Tunggu, Tuan. Bagaimana kalau kita naik wahana, ayo…” Clara melepaskan diri dan segera berjalan menjauh Sebastian.Pria itu mendelik. “Awas saja kamu ya, aku akan mendapatkanmu nanti.”Clara tampak sangat bahagia saat berada di pasar malam yang penuh dengan gemerlap lampu dan keceriaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 74.

    Malam itu, nyatanya Sebastian ketagihan untuk kembali memainkan sebuah permainan. Dengan semangat, Sebastian mencoba berbagai jenis permainan yang tersedia. Ia memulai dengan permainan dart, di mana ia harus tepat mengenai balon-balon kecil yang digantung.Setelah beberapa kali mencoba, ia berhasil memenangkan hadiah kecil berupa gantungan kunci denga bentuk yang sangat unik dan juga menarik.“Ini untukmu!” Lagi-lagi, Sebastian memberikan hadiah itu kepada Clara dan segera diterima oleh wanita cantik itu.“Terima kasih, Tuan.”Tidak puas hanya dengan itu, Sebastian melanjutkan ke permainan memancing ikan mainan. Dengan hati-hati, ia mengarahkan pancingannya, berusaha menangkap ikan plastik yang terus bergerak di dalam kolam kecil. Tepuk tangan riuh dari Clara terdengar ketika ia berhasil menangkap beberapa ekor ikan sekaligus.Hadiah kali ini berupa bantal berbentuk hati dengan hiasan bulu di tepian bantal. Clara jelas saja menerima hadiah itu dengan senang hati.Permainan terakhir ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 75.

    Ekspresi wajah Sebastian berubah seketika begitu mendengar suara di ujung telepon. Tatapan matanya yang semula penuh ketenangan kini menjadi tajam, mencerminkan keterkejutan sekaligus rasa cemas yang tak dapat disembunyikan.Ia menggenggam telepon itu lebih erat, seolah-olah ingin memastikan bahwa suara yang baru saja ia dengar bukan sekadar ilusi. Detak jantungnya semakin cepat, dan keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya. Dalam keheningan, Sebastian berusaha mengendalikan dirinya dan kembali fokus ke depan.“Untuk apa kamu menelponku?” hardik Sebastian. Suaranya terdengar sangat dingin seolah mampu menembus ke ujung sana. “Apa lagi, tentu saja karena aku merindukanmu. Bastian tahukah kamu, aku tidak pernah bisa melupakanmu,” ujar Bianca dengan nada yang mendayu-dayu pilu.Akan tetapi, itu justru terdengar menjijikkan di telinga Sebastian. Seperti yang pernah dia katakan kepada Clara, dirinya menerima Bianca hanya untuk melupakan teman masa kecilnya yang tak lain adalah C

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 76.

    Jantung Clara berdegup kencang, seolah-olah setiap denyutnya menggetarkan seluruh tubuhnya. Perasaan aneh dan cemas melanda dirinya, sementara kesadaran akan keberadaan Sebastian yang begitu dekat semakin mengganggu ketenangannya.Dengan hati yang berdebar, Clara berusaha mengalihkan pandangan, tetapi tak bisa menepis perasaan canggung yang menyelubungi dirinya. Ia menyadari betul betapa rapatnya jarak antara mereka, dan bagaimana setiap detail kecil—deru napas, sentuhan hangat udara—menciptakan rasa yang sulit dijelaskan.Sebastian berada tepat di atasnya, begitu dekat sehingga Clara bisa mendengar deru napasnya yang hangat menyentuh kulit wajahnya. Setiap hembusan napasnya terasa begitu dekat, seolah-olah itu bergetar di udara sekitarnya.“Tu-tuan, ini masih pagi.” Suara Clara terbata-bata.Tatapan Sebastian menghujam tepat ke arah wanita yang ada di bawahnya. “Memangnya kenapa kalau masih pagi, aku menunggumu semalaman, tapi kamu tidak bangun.” Sebastian mengoceh.Clara mengerjap p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 77.

    Saat nama Bianca terdengar, ekspresi wajah Sebastian seketika berubah menjadi kelam. Seperti awan mendung yang menutupi langit cerah, keceriaan yang mungkin ada sebelumnya langsung lenyap.Tatapannya, yang semula tenang, kini memancarkan kilatan tajam penuh arti. Seolah-olah ada amarah yang tersimpan rapi di balik sorot matanya, sebuah emosi yang tak dapat disembunyikan meski bibirnya tetap terkatup rapat. Nama itu jelas membawa beban yang berat dalam benaknya, membuka kembali lembaran kisah yang mungkin ingin dia lupakan.Tangan Sebastian mengepal dengan kuat, menunjukkan ketegangan yang menguasai dirinya. Otot-otot di lengannya tampak tegang, seolah-olah menahan ledakan emosi yang hampir tak terkendali. Rahangnya mengeras, menandakan amarah yang terpendam di dalam dirinya.Wajahnya yang memerah dan sorot matanya yang tajam mencerminkan pergulatan batin yang tengah ia alami, seolah-olah ia sedang berjuang untuk tetap menguasai dirinya di tengah badai perasaan yang melanda.Clara memp

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 78.

    Kecemburuan tampak begitu nyata di wajah Bianca. Matanya yang biasanya penuh kehangatan kini menampilkan sorot yang dingin dan penuh rasa tidak suka. Bibirnya terkatup rapat, membentuk garis tipis yang menunjukkan usahanya untuk tetap tenang, meskipun emosi di dalam dirinya bergolak.Pipinya yang sedikit memerah menjadi bukti lain dari perasaan yang tak bisa ia sembunyikan. Bianca berusaha untuk tetap terlihat tenang, tetapi gerak-geriknya yang gelisah mengungkapkan segalanya. Perasaan yang ia coba kubur dalam-dalam kini terangkat ke permukaan, menjadi saksi bisu atas luka yang sedang ia rasakan.Sebastian tampak menikmati setiap jejak kecemburuan yang terpancar dari raut wajah Bianca. Tatapan matanya seolah menelanjangi emosi yang tak mampu disembunyikan oleh perempuan itu. Dengan senyum penuh kemenangan, Sebastian menunjukkan kepuasan yang nyata. Bibirnya melengkung halus, mencerminkan perasaan puas yang tak dapat ditutupi. Setiap gerakan kecil dari Bianca seakan menjadi hiburan ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 79.

    “Aku benci seseorang meremehkanku, jadi aku akan membuktikannya padamu.”Dalam hitungan detik, kemeja yang melekat di tubuh Sebastian telah terlepas, memperlihatkan sosoknya yang tegap dan berotot. Gerakannya begitu cepat dan penuh percaya diri, seolah hal itu adalah sesuatu yang biasa ia lakukan.Kain kemeja itu kini tergeletak di lantai, melipat dengan sembarangan, sementara Sebastian berdiri tegap, menatap ke depan dengan tatapan tajam. Tidak ada keraguan dalam gerakannya, hanya ketegasan yang mencerminkan karakter pribadinya. Suasana di sekitarnya terasa berbeda, seolah setiap tindakannya membawa dampak yang tidak bisa diabaikan.Clara yag melihat itu seketika merinding, dia memperhatikan sekitar, dan melihat Andrew tengah berdiri sembari menundukkan kepala. Lantas dia kembali menatap Sebastian.“Tuan, ini ruang tamu.” Clara berkata dengan nada sedikit ketakutan. Dia merasa Sebastian sudah tidak waras.Sebastian menyunggingkan senyumnya. Menikmati ketakutan di wajah Clara. “Kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 113.

    Bab 112Clara merasakan beban yang semakin berat setelah ancaman Bianca. Setiap kata dalam pesan itu menekan jantungnya, membuatnya merasa terperangkap. Tetapi saat ia menatap Sebastian, ada sesuatu dalam tatapan pria itu yang memberi harapan. Sebastian selalu menjadi pelindungnya, tetapi kali ini, ia bisa merasakan ketegangan yang berbeda. Sebagian besar waktu mereka bersama telah diwarnai oleh kebahagiaan dan cinta, namun di balik itu, ada bayang-bayang yang semakin gelap yang mengancam semuanya.Clara menarik napas panjang dan memutuskan untuk memberi tahu Sebastian. "Sebastian, Bianca... dia tahu segalanya. Tentang aku, tentang William. Bahkan tentang foto-foto itu. Dia mengancamku, dan jika foto-foto itu sampai ke keluargamu, terutama ke ibu dan ayahmu, semuanya bisa berakhir buruk."Sebastian menatap Clara dengan serius, matanya menyempit seiring kecemasan yang muncul. "Kamu yakin? Apa yang ingin dia capai dengan ini?"Clara mengangguk dengan tegas, namun matanya terbelalak saat

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 112.

    Bab 111Clara sedang duduk di ruang tamu, memegang secangkir teh yang hampir tak terjamah, matanya kosong menatap keluar jendela. Pikiran dan perasaannya berputar-putar, tertambat pada situasi yang semakin rumit. Ia mencoba untuk fokus pada perbincangannya bersama Sebastian, namun bayang-bayang William yang baru saja sadar terus menghantui pikirannya.Saat ia hendak meneguk tehnya, tiba-tiba ponselnya berdering, suara itu cukup keras untuk mengagetkannya. Clara menatap layar ponselnya dengan ragu, merasa ada yang tak beres. Nama pengirim yang tertera adalah sebuah nomor tak dikenal, namun ia bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa.Dengan hati-hati, Clara membuka pesan yang masuk. Betapa terkejutnya ia saat melihat foto-foto yang dilampirkan di dalam pesan itu. Foto pertama menunjukkan dirinya sedang berdiri di dekat ranjang rumah sakit William, saat ia datang untuk menjenguknya di ruang ICU beberapa hari yang lalu. Foto itu diambil dengan sangat jelas, memperlihatkan posisi dan posis

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 111.

    Bab 110Clara menatap ponselnya untuk beberapa detik, matanya tertuju pada pesan Sebastian yang masih mengalihkan perhatiannya. "Aku ingin kita bertemu. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan, tentang masa depan kita dan anak kita." Kata-kata itu berputar-putar di benaknya, semakin menambah berat beban yang sudah ia rasakan.Dengan cepat, ia menekan tombol untuk membalas pesan tersebut, meski hatinya penuh keraguan. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia harus segera mengambil keputusan. Setelah beberapa detik, Clara akhirnya mengetikkan pesan balasan:Clara: "Aku akan segera menemuimu. Aku sedang dalam perjalanan, ada beberapa urusan yang harus diselesaikan. Untuk sementara, tolong jaga William. Aku akan menghubungimu lagi."Clara menatap pesan itu sebelum menekannya untuk mengirimkannya. Ketika pesan terkirim, ia merasa sedikit lega karena setidaknya ia telah mengatur segala sesuatunya dengan hati-hati. Meskipun demikian, ia tahu bahwa keputusannya untuk tidak segera menemui William a

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 110.

    *Bab 109*Clara duduk terdiam di ruang tunggu rumah sakit, matanya kosong menatap lantai, pikirannya berkecamuk. Keputusan-keputusan yang ia buat selama beberapa bulan terakhir seakan-akan menjeratnya dalam jaring yang tak bisa ia lepaskan. Perasaannya terombang-ambing antara rasa takut dan penyesalan. Ia baru saja menerima kabar yang mengejutkan dari rumah sakit, berita yang tak pernah ia duga sebelumnya: William, suaminya yang telah lama koma setelah kecelakaan, akhirnya sadar.Namun, hal itu bukan satu-satunya beban yang kini ia tanggung. Pikirannya melayang kembali pada malam-malam gelap yang telah mengubah hidupnya. Kontrak yang ia buat dengan bosnya, Sebastian, bukan hanya tentang pekerjaan—tetapi juga tentang kehamilan yang kini ada dalam dirinya. Clara mengandung anak Sebastian. Dan itu membuat hatinya semakin berat, seolah ia terjebak dalam dua dunia yang saling bertentangan.Sebastian, pria yang telah lama merebut hatinya meski ia tak pernah menginginkannya, kini kembali had

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 109.

    Bab 108Rencana Bianca semakin matang. Setiap langkah yang ia ambil kini semakin mendekatkan pada tujuan utamanya: menjebak Sebastian dan membuat Clara merasa terpojok. Bianca tahu betul bahwa permainan ini tidak hanya tentang membangun keraguan dalam hati Sebastian, tapi juga menghancurkan rasa percaya Clara. Begitu Clara mulai merasakan kesal dan terasing, Sebastian akan menjadi semakin rentan terhadap pengaruhnya.Pada pagi hari yang cerah, Bianca duduk di ruang kerjanya, matanya tertuju pada peta strategi yang sudah ia buat. Segala sesuatunya sudah disiapkan. Adrian akan segera menghubungi Sebastian, memastikan bahwa segalanya berjalan sesuai rencana. Tapi ada satu hal lagi yang harus ia lakukan untuk mempercepat proses ini.Ia memanggil Reza ke kantornya. Pria itu masuk tanpa suara, mengenakan jas hitam yang sama seperti biasa. Setelah duduk di depan meja Bianca, Reza menunggu dengan sabar."Ada tugas baru," kata Bianca dengan suara datar, namun tajam. "Kita perlu menambah tekana

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 108.

    Bab 108Bianca duduk di ruang kerjanya, menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam. Setelah menerima pesan dari Adrian, hatinya berdebar lebih cepat daripada biasanya. Kabar itu datang begitu tiba-tiba dan langsung mengguncang dunia yang telah ia rencanakan dengan sempurna. Ternyata, Clara tidak hanya memiliki masa lalu dengan Adrian, tetapi juga... sudah menikah.William, suami Clara, sekarang berada di rumah sakit, kata Adrian. Kabar itu membakar pikiran Bianca. Ia tidak pernah menyangka hal ini, tetapi saat ia berpikir lebih dalam, ide-ide licik mulai muncul begitu saja di benaknya.Bianca menggenggam ponselnya lebih erat, merenung. William... suami Clara, yang sekarang berada dalam keadaan terluka dan tak berdaya di rumah sakit. Bianca bisa membayangkan semua hal yang bisa ia lakukan dengan informasi ini. Suami yang terluka, hubungan yang rapuh, dan rahasia yang bisa menghancurkan segalanya.Dia tahu bahwa untuk benar-benar menghancurkan hubungan antara Clara dan Sebastian, ia h

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 107.

    Bab 107Hari-hari berlalu dengan cepat, namun rasa cemas yang menghantui Clara semakin sulit untuk ditutupi. Setiap kali ia berpapasan dengan Sebastian, ia merasa ada jurang tak terlihat yang mulai menggerogoti hubungan mereka. Meskipun Sebastian berusaha untuk terlihat perhatian dan penuh kasih sayang, ada ketegangan yang jelas di antara mereka. Clara bisa merasakannya—sesuatu yang tak terucapkan, tapi terasa begitu nyata.Di sisi lain, Bianca semakin merasa puas dengan hasil rencananya. Adrian melaporkan setiap langkah yang ia ambil, memastikan bahwa keberadaan mereka di dekat Clara tidak bisa diabaikan. Setiap kali Sebastian melihat Clara bersama Adrian, rasa curiga mulai tumbuh, meski ia berusaha menekan perasaan itu. Bianca tahu, itu hanya masalah waktu sebelum Sebastian mulai mempertanyakan segalanya.Suatu malam, saat Clara dan Sebastian duduk bersama di ruang makan, suasana semakin tegang. Makanan yang biasanya dinikmati dengan kehangatan kini terasa hambar. Sebastian menatap

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 106.

    Bab 106Keesokan harinya, suasana mansion keluarga Sebastian tampak tenang. Clara masih menjalani hari-harinya dengan kebahagiaan yang semakin terasa utuh bersama Sebastian. Mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama, menikmati keindahan taman belakang, atau sekadar berjalan-jalan di sekitar rumah. Namun, meski segala sesuatunya terlihat sempurna, ada sesuatu yang tak terlihat, yang perlahan mulai meresap ke dalam hubungan mereka.Pada saat yang sama, Adrian mulai melaksanakan rencananya dengan hati-hati. Ia mengamati Clara dari kejauhan, mengikuti setiap langkahnya, dan mencatat segala hal yang bisa dimanfaatkan untuk meragukan Clara di mata Sebastian. Setiap gerak-geriknya, setiap tempat yang sering dikunjungi Clara, telah dicatat dengan cermat dalam amplop yang Bianca berikan padanya.Pada suatu siang yang cerah, saat Clara sedang berjalan menuju kedai kopi favoritnya, Adrian muncul dengan tiba-tiba. Dengan pakaian kasual dan senyum penuh kepalsuan, ia menghampiri Clara yang se

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 105.

    MAPP 105Clara memasuki ruang rawat inap William. Seperti biasa, wanita itu menyapa suster Cintya. Sebelum datang kemari, Clara sudah mencari tahu terlebih dahulu bahwa Ben dan Julia tidak datang.Menurut keterangan suster Cintya, Ben dan Julia jarang datang. Mereka hanya menelpon dan bertanya kabar. Terakhir kali, mereka menelpon adalah tiga hari yang lalu.Clara menghela napas panjang. "Kedua orang tuamu begitu kejam. Bagaimana bisa mereka mengabaikanmu," gumam Clara sesekali menggenggam erat jemari William yang semakin kurus."Maafkan aku, aku bukan tidak ingin kamu bangun. Tapi untuk saat ini biarlah semua seperti ini. Tunggu semua selesai baru kamu bangun," kata Clara.Dia melihat wajah William yang masih sama seperti dahulu. Hanya saja sedikit pucat dan kurus."Bertahanlah sebentar lagi." Clara mengecup tangan William sekilas. Kemudian dia berdiri dari duduknya. Dia melihat Suster Cintya yang memperhatikannya.Clara lantas menghampiri suster itu. "Suster Cintya," panggilnya."Ya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status