Home / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of PLAYBOY KENA BATUNYA: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

Bab 71

Katon berdiri gagah di samping Satria yang tak kalah tegap. Pria itu mengulas senyum termanis di wajahnya. Melawan wajah Ratih yang mendadak masam. Bahkan dari kejauhan, Katon bisa melihat pundak gadis itu naik mengiringi lirikan sebal. Pertanda kalau gadis itu menarik napas berat. ‘Kau suka takdir, Nona? Lihat bagaimana takdir sekali lagi menemukan kita,’ pikir Katon geli. Teguh Putra dan Ratih yang berjalan sedikit di belakangnya, semakin dekat. Atas nama kesopanan, Satria maju selangkah untuk menyambut Teguh Putra, “Pak Teguh,” sapanya sambil menjabat erat tangan pria yang lebih tua darinya. “Pak Satria.” Teguh Putra membalas sapaan Satria dengan ramah lalu melepas jabat tangannya untuk meraih tangan Katon. “Katon, apa kabar? Senang melihatmu malam ini,” ujarnya ramah. Katon tersenyum penuh kemenangan ketika melirik wajah Ratih di belakang Teguh Putra yang tidak bisa menutupi keterkejutannya mendengar lelaki yang bersamanya mengenali Katon dengan baik. “Perkenalkan, ini putri b
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 72

Karena Katon meminta seperti itu, tentu saja Satria membawa Katon kembali ke Indonesia. Arini dan Rosalind yang datang belakangan tidak mengetahui kalau Katon sudah berada di rumah industri lagi. Satria pun tidak merasa perlu memberitahu istri dan puteri keduanya ketika mereka tiba di malam hari, dua hari setelah kedatangan putera sulung dan dirinya. Pagi hari, seperti biasa. Arini bangun tanpa ada Satria di sisinya. Sang suami selalu meninggalkan tempat tidur lebih dulu untuk berolahraga. Arini mandi dan membawa dirinya sendiri turun ke dapur lalu bekerja menyiapkan sarapan untuk keluarga bersama asisten rumah tangganya. Ketika berjalan menuju ke dapur, pandangannya menuju ke jendela yang mengarah ke kebun belakang dan Arini terkesiap. Satria sedang berolahraga bersama Katon. Arini berlari kecil sambil tertawa senang. Ia membuka pintu dapur ke halaman belakang dan menghambur ke arah puteranya. Katon sudah berhenti melakukan Kata ketika mendengar pintu terbuka dan tawa Arini yang
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 73

Tentu saja hasil penyelidikan Satria tidak menemukan hal yang mencurigakan dari seorang Ratih Ayu Putraningtyas. Sebagai putri bungsu sebuah keluarga kaya, ternyata Ratih bukanlah gadis yang manja. Hasil penyelidikan Satria menemukan Ratih Ayu Putraningtyas adalah wanita yang sopan, penurut, dan mandiri. Dia juga wanita yang cinta damai dan tidak suka bertengkar, meskipun ia menguasai Karate dan mahir bermain anggar. Pada poin ini Satria sudah jatuh kagum kepada puteri bungsu Teguh Putra dan mulai memahami mengapa Katon tidak sanggup menolak pesonanya. Ratih Ayu adalah lulusan Sekolah International terbaik di Jakarta dan setelah lulus mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di Perancis. Namun, kekurangannya, Ratih cenderung mudah curiga, jahil, ceroboh, ambisius, sering ingkar janji, dan tidak merasa puas dengan yang dimiliki. Satria menandai hal ini dan akan mendiskusikan dengan putera sulungnya. “Bukankah Papa selalu bercerita, bahwa Mama adalah gadis ceroboh ketika pertama bertemu
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 74

“Terima kasih, Pak Teguh,” jawab Satria dan menerima jabat tangan Teguh Putra. “Wah, bersama Nyonya Satria?” Teguh Putra untuk sementara mengabaikan Katon. “Senang bertemu dengan Pak Teguh, apa kabar?” sahut Arini ramah ketika mendapat giliran berjabat tangan dengan Teguh Putra. “Kabar baik. Di usia senja ini, bukankah kabar baik yang selalu dinanti, Bu Satria?” ujarnya. Mereka tertawa bersama membenarkan pemikiran itu. “Ini istri saya, Siti Amira.” Teguh Putra membawa pasangannya ke samping dan memperkenalkan pada Arini dan Satria. Kedua wanita paruh baya itu saling menempelkan pipi dengan sopan dan berkenalan. “Benar sekali, kata Pak Teguh tadi. Kabar baik memang selalu dinanti di usia senja ini. Seperti halnya kami. Semoga kedatangan kami membawa kabar baik.” sambut Satria ketika Siti Amira dan Arini selesai beramah-tamah. “Hahaha ... melihat cerahnya wajah Anda semua. Saya harap begitu. Katon?” Teguh Putra mengulurkan tangannya dan Katon menerima sekaligus mencium punggung t
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 75

“Ayah, Ibu, saya anggap lamaran saya diterima. Proses selanjutnya saya serahkan kepada Mama dan Papa. Sementara saya, dengan rendah hati mohon ijin untuk turut campur dalam kehidupan calon tunangan saya. Saya akan menjaga dia seperti menjaga mutiara paling suci. Ijinkan saya ikut mengawal Ratih dalam menyelesaikan proyeknya di hutan Amazon?” pinta Katon dengan sopan. Tentu saja Teguh Putra dan Siti Amira tercengang. Sudahlah panggilan sok akrab Katon yang langsung gas memanggil mereka dengan sebutan yang sama dengan Ratih. Sekarang malah ujuk-ujuk mau ikut menyusul Ratih ke Brazil. Di sisi lain Satria dan Arini berbeda sikap dan ekspresi. Satria dengan wajah datar dan kakunya sementara Arini sedikit kalut dan khawatir. Mereka tentu belum lupa pengalaman Katon dan Morgan menantang bahaya di hutan Amazon tetapi bagian Venezuela ketika bentrok dengan tribe kuno. Entah apakah mereka suku kuno yang sama yang akan diteliti oleh Ratih? “Putera saya ini memiliki pengalaman buruk dengan tri
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 76

Kalau untuk penyuka buku kultivasi, pasti bisa membayangkan suasana yang panas terjadi di ruangan apartemen ketika Katon mengeluarkan kalimat sefrontal itu. Ratih akan menoleh dengan murka lalu menyemburkan api atau kilat melalui matanya dan menembak ke arah Katon. Membuat pria itu meledak di tempat. Tapi pada kehidupan nyata, Ratih hanya menoleh dengan tatapan setajam pisau sementara keempat temannya yang lain menatap mendadak ke arah Katon dengan wajah terkejut. Hanya Emily yang menahan tawa. “Kau sudah bertunangan?” “Wah, maaf. Sepertinya kami melewatkan pesta pertunanganmu, Ratih!” “Dia mengkhayal? Kamu model khayalannya?” “Kalian sedang syuting drama romantis atau gimana?” Kawan-kawan Ratih selain Emily saling mengeluarkan komentar, tumpang tindih satu sama lain ke arah Ratih. Membuat gadis Jawa itu memejamkan mata indahnya dengan sebal tetapi menutup mulut dari semua komentar temannya. Katon tersenyum mendapati respon lucu tapi menyenangkan itu. Ia berjalan penuh percaya
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 77

Kawan-kawan Ratih bertahan sampai dengan makan malam. Mereka mulai membubarkan diri dari rapat menjelang jam makan dan Katon melihat kalau tim ini cukup kompak sampai dengan kehidupan sehari-hari. Mereka tidak canggung membagi tugas. Sebagian merambah lemari es Ratih dan mulai memasak, sebagian yang lain membereskan buku-buku dan alat presentasi rapat mereka. Ratih malah memilih masuk ke dalam kamar tidurnya. Untuk sesaat, Katon berpikir, Jangan-jangan seluruh kelompok Ratih tinggal di dalam apartemen ini. Dengan adanya dua kamar tidur dan satu tempat tidur sofa semua memungkinkan. Katon menghela napas. Apakah ia salah menilai? Apakah selama ini Ratih hidup bebas di Paris? Baru saja Katon berpikir, apakah tetap bertahan di ruang tamu atau terjun membantu menyiapkan makan malam, Ratih keluar dari kamar tidurnya dan orang pertama yang ia tatap adalah Katon. Sekali pandang Katon tahu. Ratih telah menghubungi orang tuanya dan mendapat detil perihal pertunangan mereka. Masih ada kema
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 78

Ratih mengerjap dan berusaha menguasai mulutnya. Ia menarik tangan dari remasan tangan Katon dan berbalik menghadap wastafelnya lagi. “Aku juga Dan!” bentaknya kesal. “Berapa?” tanya Katon manis sambil melongok mencari wajah Ratih. Gadis itu diam dan memilih tidak menjawab. Ratih diam karena levelnya di bawah Katon. Ia masih Go-Dan, atau pemegang sabuk hitam level lima. Sekarang Ratih memahami alasannya kedua orang tuanya menerima lamaran Katon. Bukan hanya bisnis yang mereka pikirkan. Tetapi Katon adalah lelaki yang mampu menundukkannya dalam arti yang sebenarnya. Katon mengacak kepala Ratih dengan lembut dan meninggalkan gadis yang sewot mengusap kepalanya seolah ingin menghapus jejak tangan Katon. Ia memilih melangkah kembali ke ruang tamu dan menatap kawan Ratih satu-persatu. Dia yang paling tua di sini dan dia mau dihormati. Bagaimana bisa tidak ada seorangpun yang beranjak untuk pulang di kala dia sudah mendeklarasikan diri sebagai tunangan Ratih? Perlukah ia banting mereka
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 79

“Tidak. Terima kasih.” Ratih menjawab dengan ketus. “Ouch! Itu menyakiti hatiku.” Katon berpura-pura kesakitan sambil memegang dadanya. “Apa kataku, tidak mudah, Ton!” gelak Emily. “Aku tahu. Tetapi aku punya kekuatan ajaib. Kami sebut restu ibu.” Katon sok berbisik padahal ia menyuarakan dengan keras. “Aku tahu ini! Indonesia dengan segala adat ketimurannya,” ujar Sarah penuh semangat. “Yakan! Sesuatu yang berurusan dengan karma dan kualat?” tambah Emily. Ratih mendelik ke arah dua temannya. “Karma dan kualat tidak menyeberangi lautan!” tukasnya mendebat kedua temannya yang malah tertawa. “Begitukah?” Katon bergerak sedikit di atas jok, tampak kalau ia akan mengambil ponsel di saku jeansnya. “Mas!” bentak Ratih sewot. Ia takut Katon bakal menelepon ibunya lagi. Menganggu waktu ibunya untuk hal yang tidak penting. Dan membuat ia menerima omelan seperti kemarin karena lambat membuka pintu untuk Katon. “Ya, Sayang?” respon Katon makin menyebalkan Ratih. “Sialan! Aku duluan!”
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 80

“Ratih, yang baru datang itu Stuart. Kami berteman saat aku dan Morgan kuliah di Inggris.” Katon meninggalkan Ratih yang cemberut dan ditertawakan Morgan sambil memperkenalkan sahabat-sahabatnya. “Hello, Mam. Stuart Rufus, Baron muda paling tampan di Yorkshire,” Stuart mendekati Ratih dan mencium punggung tangan Ratih dengan keanggunan seorang aristokrat. “Dia bisa menjadi teman bertanding anggarmu, Stu.” Katon bersuara dari balik lemari es karena ia sedang mengambil beberapa buah untuk dihidangkan kepada Ratih. “Oya? Kejutan menyenangkan!” seru Stuart menatap ke arah Ratih yang lebih rendah darinya. “Dia, adik kelas kami di mata kuliah umum. Dia selalu mengikuti kami kemanapun, semacam fans berat,” kata Morgan ke arah Ratih tetapi sengaja mengejek Stuart. Setelah berkata seperti itu Morgan melompat menghindar dari siku tajam Stuart. “Saat itu aku sedang menyelidiki, Mam. Apa jadinya kalau dua orang moron berkumpul bersama,” Stuart membalas ejekan Morgan. “Yea, mengundang moron
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status