Share

Bab 79

Author: Lara Aksara
last update Last Updated: 2025-01-06 05:19:40

“Tidak. Terima kasih.” Ratih menjawab dengan ketus.

“Ouch! Itu menyakiti hatiku.” Katon berpura-pura kesakitan sambil memegang dadanya.

“Apa kataku, tidak mudah, Ton!” gelak Emily.

“Aku tahu. Tetapi aku punya kekuatan ajaib. Kami sebut restu ibu.” Katon sok berbisik padahal ia menyuarakan dengan keras.

“Aku tahu ini! Indonesia dengan segala adat ketimurannya,” ujar Sarah penuh semangat.

“Yakan! Sesuatu yang berurusan dengan karma dan kualat?” tambah Emily. Ratih mendelik ke arah dua temannya.

“Karma dan kualat tidak menyeberangi lautan!” tukasnya mendebat kedua temannya yang malah tertawa.

“Begitukah?” Katon bergerak sedikit di atas jok, tampak kalau ia akan mengambil ponsel di saku jeansnya.

“Mas!” bentak Ratih sewot. Ia takut Katon bakal menelepon ibunya lagi. Menganggu waktu ibunya untuk hal yang tidak penting. Dan membuat ia menerima omelan seperti kemarin karena lambat membuka pintu untuk Katon.

“Ya, Sayang?” respon Katon makin menyebalkan Ratih.

“Sialan! Aku duluan!”
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 80

    “Ratih, yang baru datang itu Stuart. Kami berteman saat aku dan Morgan kuliah di Inggris.” Katon meninggalkan Ratih yang cemberut dan ditertawakan Morgan sambil memperkenalkan sahabat-sahabatnya. “Hello, Mam. Stuart Rufus, Baron muda paling tampan di Yorkshire,” Stuart mendekati Ratih dan mencium punggung tangan Ratih dengan keanggunan seorang aristokrat. “Dia bisa menjadi teman bertanding anggarmu, Stu.” Katon bersuara dari balik lemari es karena ia sedang mengambil beberapa buah untuk dihidangkan kepada Ratih. “Oya? Kejutan menyenangkan!” seru Stuart menatap ke arah Ratih yang lebih rendah darinya. “Dia, adik kelas kami di mata kuliah umum. Dia selalu mengikuti kami kemanapun, semacam fans berat,” kata Morgan ke arah Ratih tetapi sengaja mengejek Stuart. Setelah berkata seperti itu Morgan melompat menghindar dari siku tajam Stuart. “Saat itu aku sedang menyelidiki, Mam. Apa jadinya kalau dua orang moron berkumpul bersama,” Stuart membalas ejekan Morgan. “Yea, mengundang moron

    Last Updated : 2025-01-06
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 81

    “Ikutan terjun ke pertempuran, dong. Hebat!” seru Stuart gembira. “Masalahnya kami baru tahu kalau suku yang lebih banyak adalah Suku Warao. Dan suku ini kanibal. Mereka menyerang suku yang lebih kecil, belakangan kami tahu adalah suku kuno Urarina, untuk mereka konsumsi,” lanjut Morgan. Ratih mendelik. “Berarti bukan pertempuran. Itu perburuan?” tanya Stuart. “Tepat sekali. Kami tahunya setelah terjun ke lapangan. Bagaimana menurutmu?” tanya Morgan. Stuart terkekeh geli. “Kok kalian bisa selamat? Harusnya kalian sudah jadi sate!” gelaknya penuh keceriaan. “Katon bawa pistol!” “Oh.” Stuart langsung menutup mulutnya. Sementara Ratih semakin mendengar perbincangan para pria ini wajahnya semakin takjub, bukan takut. Ternyata Katon dan Morgan pernah kontak, tidak hanya satu suku kuno. Tetapi dua?! “Oleh karena itu, Neng Ayu. Ketika Ibu bilang kalau kamu sedang ada proyek dengan tribe kuno di Hutan Amazon. Aku segera memaksa mempercepat pertunangan kita dengan demikian aku punya hak

    Last Updated : 2025-01-07
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 82

    Entah apa yang dilakukan oleh Katon, Morgan dan Stuart kepada jajaran dosen pembimbing di Universite Paris Pantheon Sorbonne maupun Lembaga Funai, karena ketiganya bisa bergabung dengan mudah pada kelompok belajar Ratih. Dan bersama-sama berangkat ke Brazil. Rombongan mereka berangkat dari Bandara Internasional Charles De Gaule, Perancis. Pada saat melakukan check-in, Katon dan kedua sahabatnya melalui pintu yang berbeda dan dikawal petugas keamanan bandara. Membuat heran Ratih dan kelompoknya. “Tunanganmu orang penting atau kriminal?” tanya Devon kepada Ratih. Wanita Jawa itu hanya mengendikkan bahu. Iapun tidak paham mengapa ketiga orang tersebut mendapat perlakukan berbeda. Yang Ratih dan kawan-kawannya tidak ketahui. Katon dan para sahabatnya harus check-in melalui jalur khusus karena pada saat pembelian tiket pesawat, mereka mendaftarkan diri secara legal kalau akan membawa senjata api dan amunisinya. Itu sebabnya ketika check-in, mereka dikawal petugas keamanan dan dibawa k

    Last Updated : 2025-01-07
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 83

    Lelaki itu menatap pergelangan tangan yang dihiasi jam. Katon tahu, mode jam tangan Morgan menunjukkan kompas dan kalender bulan selain jam normal. Lalu, Morgan menatap ke langit. Christopher bergantian melihat ke arah Katon dan Morgan, seketika memahami dia orang ini bergerak saling melengkapi. Satu memiliki kelebihan yang lain menyempurnakan dengan keahlian berbeda. “Tidak usah pake penerangan. Malam ini bulan purnama sempurna. Tetapkan perahu di bagian tengah sungai dan kita manfaatkan cahaya bulan. Beri penerangan kecil pada kompas saja, supaya kita tetap bisa mempertahankan arah.” Morgan berkata dalam satu tarikan napas kepada Christopher lalu kembali turun menuju haluan dan melakukan pengawasan. “O-oke ....” Christopher menyahut gugup pada punggung Morgan yang berlalu cepat. Ia kembali menatap ke arah Katon dan menyadari, Katon membagi pandangannya ke haluan perahu dan Ratih yang sedang berbincang masalah tugas bersama Devon, Daniel dan Sarah. “Sejauh apa kalian mengenal Suku

    Last Updated : 2025-01-07
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 84

    “Chris, matikan mesin!” Stuart tergopoh menuju kebelakang Christopher, yang masih belum menyadari apapun dan menoleh bingung ke arahnya. Stuart bergerak cepat melewati Christopher. Menurunkan tuas kendali dan memutar kunci ke posisi off. Suara mesin mendadak hilang dan perahu berjalan dengan sisa energi yang ada ditambah aliran sungai. Tidak mungkin menghentikan perahu, tidak ada rem bukan? Stuart menatap tajam ke sungai di depannya. Sama halnya dengan Morgan di ujung haluan. Moises Kampe yang sudah curiga semenjak Morgan memanggil Katon, sekarang bersiaga di tepian perahu sisi kiri. Tiba-tiba tubuh Morgan menegang dan meraih pagar haluan. Moises Kampe dengan sigap berpindah ke haluan dan memperingatkan sisa anggota. Sejurus kemudian Morgan berteriak nyaris bersamaan dengan makian Stuart di dalam gubuk. “Pegangan!” “Holyshit!” Terdengar suara berderak dan perahu terasa menabrak sesuatu. Segalanya goyang. Meja yang dipakai meletakkan laporan oleh Ratih terseret kedepan, membuat Ra

    Last Updated : 2025-01-08
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 85

    Saat subuh, perahu merapat ke tepian sungai yang berbentuk seperti pantai. Christopher dan Morgan menambatkan perahu agar tidak terseret arus ketika yang lain mulai menurunkan barang dan logistik setenang mungkin. Rombongan menyempatkan sarapan di sekitar kapal sebelum melanjutkan perjalanan. Memanfaatkan satu-satunya kesempatan yang mungkin mereka dapatkan selama di hutan ini. Menyalakan api. Menggunakan persediaan parafin mereka, Christopher menyalakan beberapa parafin yang ditumpuk dan membntuk beberapa tungku buatan di tanah. Setelah puas menikmati sarapan yang mengenyangkan, sekarang saatnya mereka berjalan menembus hutan langsung ke tempat tinggal Suku Kuno Urarina berdasar petunjuk peta dan kompas. Sebelum benar-benar memasuki hutan, Moise Kampe mengumpulkan semua anggota rombongan di tengah dan mulai berbicara, “Pertama-tama, kami bisa sangat berbahaya bagi orang-orang asli pedalaman, ketika berada dekat dengan mereka," ujarnya. Semua mata menatap dan fokus kepada Kampe. H

    Last Updated : 2025-01-08
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 86

    Thwack!! Thwack!! Thwack!! Anak panah menembus angin, mengikuti tekad pemanah dan menghajar tanah di sekitar mereka. Anak panah yang menancap menyebarkan teror ke sekitarnya. Peringatan, agar mereka tidak melangkahkan kaki seincipun. Itu yang ditangkap Katon dan Morgan. “Morg, Stu, lindungi para wanita. Kampe, umumkan kedatangan kita!” desis Katon, berdiri tegak menutupi Ratih dan mengangkat kedua tangannya. Desert eagle, tergantung tak berguna di ibu jari tangan kiri, tepat di mana saputangan Lembaga Funai terikat di pergelangannya. Tanda menyerah sekaligus memamerkan atribut lembaga Funai. Morgan dan Stuart mengikuti gerakan Katon dan meletakkan badan mereka di depan Sarah dan Emily. Angota rombongan yang lain mengikuti gerakan mereka dengan wajah ketakutan saat Kampe beranjak ke arah Katon. Terdengar gemerisik dedaunan dan desir udara. Kampe yang terkejut, menghentikan langkahnya. Sesaat kemudian mereka telah dikepung oleh sekelompok pria dewasa yang hanya menutupi bagian pri

    Last Updated : 2025-01-08
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 87

    Mereka dibawa dengan tangan terikat akar kayu pohon yang kasar dan kaku. Dililitkan dari bahu, sepanjang lengan atas, melewati siku dan menyatukan pergelangan tangan di punggung. Sangat tidak nyaman dan menyakitkan. Karena akar kayu yang kasar menggesek dan melukai kulit mereka. Sarah dan Emily menangis ketakutan karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri kematian Devon. Apalagi sekarang jenazah Devon dibawa bak membawa bangkai binatang. Ratih terus menundukkan kepala. Tetapi ia tidak menangis. Katon tahu itu. Meskipun ia tidak bisa melihat dengan jelas karena mereka terpisah, tetapi Katon tahu wanitanya tidak menangis. Setelah perjalanan yang melelahkan dan menyakitkan menembus hutan belantara. Pepohonan semakin jarang dan mereka tiba di ruang terbuka yang dikelilingi oleh banyak pohon-pohon besar. Ruang terbuka ini memiliki tanah yang lembab dan dingin. Ada setidaknya 10 rumah tersebar merata di ruang terbuka. Rumah-rumah sederhana yang terbuat dari balok kayu, akar tanaman

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 118

    Katon menahan napas dan mulai menata lengannya, lalu ia memutar perlahan melawan arah sebelumnya dan terdengar sekali lagi derak tulang sendi bahu kembali ke posisinya lagi. Ia melemaskan lengan sambil mempercepat langkah menuju ke wanita yang masih terkapar di tanah. “Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya Katon seraya memeriksa nadi di leher wanita tersebut. Masih terasa tetapi lemah dan mata wanita itu tertutup dengan napasnya yang pendek-pendek. Dengan satu tangan masih memeriksa nadi leher wanita itu, Katon memakai tangan yang lain untuk merogoh ponsel dan menghubungi 192, panggilan darurat layanan keselamatan di Brazil. Tidak perlu waktu lama dari waktu menghubungi hingga tim medis datang. Katon yang berkewajiban menunggu mencoba menghubungi nomor ponsel Ratih tetapi tidak terjawab. Akhirnya Katon memilih menghubungi Morgan dan memberitahukan posisi dan keperluannya saat ini. “Mereka memintamu ikut ke Rumah Sakit?” tanya Morgan. “Ya, karena korbannya pingsan dan aku harus ikut untu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 117

    Katon dibantu Morgan menambatkan perahu mereka ke geladak pelabuhan sungai, mengikatnya dengan tali yang terbuat dari serat pohon. Setelah dua hari berlayar melalui hutan Amazon yang lebat, rombongannya akhirnya tiba kembali di pelabuhan sungai kota kecil Seringueiras. Matahari terbenam menyinari permukaan air, menciptakan kilauan emas di permukaan gelombang. Ratih melangkah keluar dari perahu, kakinya menginjak pasir halus. Sarah dan Emily mengikutinya. Wajah ketiganya tampak lelah. Namun, lega juga terpancar di sana. Katon yang telah selesai menambatkan perahu kini bekerja sama dengan Stuart, Christopher dan Daniel untuk menurunkan sisa barang-barang mereka dari atas perahu. Dengan membawa barang-barang yang tidak seberapa, rombongan meninggalkan pelabuhan dan memasuki kota Serinqueiras yang masih ramai menjelang senja ini. Mereka kembali check-in ke hotel kecil tempat mereka menginap saat tiba pertama kali di sini. Segera, Katon kehilangan tunangannya karena wanita itu tidak me

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 116

    Rombongan Katon dan Ratih meninggalkan pemukiman Urarina tanpa dilepas oleh Palmera dan Omwezi. Mereka hanya diantar oleh Spit, sebagian pasukannya dan Kino yang memang selalu bersama mereka dua hari terakhir. Remaja pria itu memakai pakaian terbaiknya dan kulit tubuhnya dicat biru terang. Sekarang Katon paham mengapa petinggi Urarina dicat biru. Karena mengacu pada Virola dan bunga biru terangnya. Seolah pimpinan mereka diletakkan pada trah tertinggi dan tetap dalam lindungan Virola. Katon dan Kino berjalan beriringan di pusat rombongan, sedangkan Ratih memilih berjalan di belakang Katon. Langkah membawa mereka memasuki hutan kembali. Daun lebat dan rimbun menutupi langit, menciptakan keteduhan yang misterius. Udara lembap dan berbau tanah basah memenuhi hidung mereka. Mereka telah meninggalkan pemukiman Suku Kuno Urarina, dan sekarang, hutan hujan Amazon membuka di hadapan mereka. Mereka melangkah lebih dalam. Suara burung-burung hutan mengiringi mereka, menyanyikan lagu-lagu ya

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 115

    Manusia-manusia modern menatap penuh horor, kedua tubuh yang perlahan menghilang dibalik belitan anakonda raksasa yang bergulung-gulung di tepi sungai. Mereka mendadak menyadari mengapa mereka semua dibawa kesini. Entah menjadi saksi sebuah penghukuman seperti sekarang atau malah menjadi yang terhukum. Mengingat mereka semua dibawa dengan terikat dan disiksa tak manusiawi, semuanya memiliki kesimpulan yang sama. Para manusia modern semula dibawa kesini untuk dikorbankan kepada anakonda raksasa. Entah apa yang diucapkan Kino sehingga hukuman berbalik arah hanya mengorbankan dua orang suku mereka sendiri. Sementara para manusia terasing menunduk penuh khidmat selama ssota meremukkan kedua tubuh warga mereka lalu menghilang kembali dalam air sungai. Setelah prosesi hukuman yang mengerikan itu berakhir. Palmera mengayunkan tangan kepada kedua wakilnya yang sontak bergerak serasi. Berjalan kembali ke arah rombongan jauh dari sungai tetapi sambil memetik bunga-bunga biru. Saat tiba kemb

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 114

    Kembali semua terkesiap dan memekik terkejut. Stuart baru saja menembak wakil Palmera untuk memperingatkan agar orang itu diam tidak bergerak. Peluru Colt Stuart nyaris menghancurkan kaki wakil Palmera. “Hemat pelurumu, setan alas!” seru Morgan. “Dari tadi panggilin setan alas melulu. Setannya beneran keluar kamu yang pusing!” ejek Stuart ke muka Palmera yang merah padam. Ratih yang sudah membebaskan teman-temannya sekarang menuju ke arah Katon dan berusaha menyadarkan pria itu. “Jadi apa salah kami, Palmera? Mengapa kami dibawa ke sini? Tidak untuk wisata kurasa? Air terjunmu tidak sebagus itu. Dan kalau memang wisata kenapa kami diikat?” omel Stuart. “Kau butuh penterjemah kan sekarang? Hm? Atau kubunuh saja kau ya? Aku yakin teman-teman avatarmu sekalian wargamu bakalan menangis. Atau malah seneng kalau kamu mampus? Bagaimana?” Stuart berkata jahat sambil menempelkan moncong Colt pada dahi Palmera yang tetap menatap dengan marah. Terdengar suara ceklik ketika Stuart menarik tu

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 113

    Sarah menjerit ketakutan dan kemudian menangis meraung-raung. Di dekatnya Ratih seketika berwajah pucat sedangkan Emily merosot pingsan dan tetap diseret oleh penawannya. Sekarang Katon tahu apa penyebab ketiga wanita tersebut berekspresi demikian. Seekor anakonda dengan lingkar tubuh sebesar pria dewasa. Tak diketahui berapa panjangnya karena ia melata di tanah, di antara batang pohon dan rerumputan sisi kanan mereka. Warna sisik anakonda itu kuning emas dan corak berlian berwarna hitam. Berbeda dengan anakonda hijau yang mereka lihat di sungai. Gerakannya yang melata sajalah yang membuatnya dikenali sebagai anakonda karena sejatinya, warna sisik dan motifnya malah mirip jaguar. Entah di mana kepala atau ekor anakonda itu. Tetapi melihat dari luncuran tubuhnya yang tampak di sela-sela rerumputan, anakonda tersebut berjalan mengiringi para tawanan dan Suku Kuno Urarina menuju pusat curug, air terjun yang indah di depan mereka. {Yang mulia ssota menunggu kita!} desis beberapa warga

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 112

    {Lihat Palmera! Teman asingmu tidak tampak bersalah telah menyerang dan menghajar kami, hanya karena kami mengejarnya ke sungai} lapor Empewo. {Kami menuntut keadilan. Dia harus dihukum adat!} desis Ekitala. Wajah keduanya hancur dan masih menyisakan darah yang mengering. Namun, mereka bisa bicara dengan baik. Meletupkan emosi, meskipun mereka menggunakan bahasa kuno tetapi Katon dapat merasakan kemarahannya. Dan sekarang emosi yang sama terpantul di wajah Palmera. Perasaan Katon tidak enak. Ia ulurkan tangan kanannya dan sedikit merunduk. Ia bermaksud menenangkan Palmera dan meminta ijin meletakkan tempayan air untuk kemudian menjelaskan posisinya. Baru saja Katon meletakkan tempayan ke tanah, Kaki Ekitala menghajar dadanya dan membuatnya terpental ke belakang sejauh satu setengah meter. Tempayannya terbanting dan pecah, menumpahkan isinya kemana-mana. Katon terbatuk karena udara dipaksa keluar dari paru-parunya secara mendadak. Belum sempat ia bergerak lebih jauh, prajurit pe

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 111

    Pagi menjelang. Udara terasa sangat dingin. Kabut bahkan menjalar masuk melalui bagian bawah pintu yang tidak tertutup sempurna, maupun jendela yang tak berpenutup. Tetapi Ratih yang membuka matanya terbangun dengan rasa nyaman. Selain kakinya tidak lagi sakit, iapun merasa hangat dan terlindungi. Sesaat kemudian barulah ia sadar kalau dirinya ada di dalam pelukan Katon dan mereka memakai satu selimut bersama. Ia memakai lengan Katon sebagai bantal, tangan Katon yang lain memeluknya. Kaki Katon melibat dan membungkus kakinya di dalam selimut. Wajah mereka sedemikian dekat. Ratih tidak ingat, kapan ia jatuh tertidur. Yang pasti, tunangannya masih sibuk memijit kakinya. Maka sekarang melihat Katon masih tertidur lelap, Ratih tidak tega langsung bergerak bangun dan berpotensi menganggu Katon. Ratih menatap wajah lelaki yang memaksakan diri menjadi tunangannya. Lelaki ini bernapas teratur. Dengkurnya halus bukan termasuk dengkur yang menganggu. Malah seperti musik yang menenangkan kar

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 110

    Ratih berderap di depan Katon dan menyeret pria itu bersamanya. Katon tersenyum, melihat kuatnya cengkeraman Ratih di pergelangan dan jalannya yang cepat dan menghentak-hentak, sepertinya tunangan cantiknya ini memang baik-baik saja. Katon pasrah diseret oleh Ratih. Asal tangannya masih digandeng kekasihnya itu. Sepertinya obrolan sebelum perkelahian akhirnya menenangkan Ratih. Kemarahannya sekarang mungkin manifestasi dari rasa cemburu bercampur tersinggung atas perbuatan dua prajurit Palmera. Katon yang mengenal banyak wanita, bisa memperkirakan segala tindakan Ratih. Mereka masuk ke pemukiman dan hanya disambut sepi. Seluruh warga Urarina yang berusia dewasa mungkin masih di lapangan sementara wanita yang memiliki bayi dan anak-anak maupun remaja mungkin sudah masuk ke rumah masing-masing. Katon membayangkan Palmera sedang beraktifitas dengan Omwezi membuatnya menarik Ratih dan gadis itu mental ke belakang dan dipeluk Katon. “Kita pulang aja, yuk? Aduh!!” Ratih tidak tinggal

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status