Beranda / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab PLAYBOY KENA BATUNYA: Bab 91 - Bab 100

118 Bab

Bab 91

Seketika Katon menyadari perbedaan wanita-wanita yang dikurung tadi dengan wanita-wanita Suku Urarina ketika ia memasuki pemukiman kemarin. Katon hendak mendebat Omwezi sambil meneriakkan kata “Tidak masuk akal!” tetapi rasanya bukan saat yang tepat. Dia, Ratih dan rombongannya yang berada di situasi rumit. “Yang kau bilang, kami mengesampingkan hak asasi manusia? Tidak sebenarnya. Setiap wanita yang ditawan diperbolehkan melawan prajurit yang menawannya untuk membebaskan diri. Atau, jika wanita yang ditawan tersebut memiliki pasangan dan pasangan sang wanita mengejar kemari, mereka diperbolehkan bertarung satu lawan satu dengan prajurit penawan untuk mendapatkan wanitanya kembali,” jelas Omwezi lagi. “Itu yang kau sebut membela hak asasi manusia?” cibir Katon. Omwezi alias Josephine Kay terkikik geli. “Kami bilang, kami memiliki norma sendiri yang tidak sama dengan norma di dunia modern, Katon.” “Bagaimana denganmu?” tanya Katon. “Aku?” “Ya. Bagaimana kau berakhir berpasangan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 92

Katon membeliak ke arah Ratih. Ia berusaha mengirimkan sinyal-sinyal keberatan. Tetapi Ratih malah fokus ke pintu kerangkeng yang sekarang akan dibuka oleh prajurit penjaganya yang masih sangat muda. Ratih turun dari kerangkeng tanpa dibantu dan berjalan menuju ke tengah lapangan. Dengan demikian, ia akan melewati Katon. Pria itu meraih lengan Ratih dan menarik wanitanya. Pipi kanan Ratih memar besar dan sudut bibirnya sobek. Bekas tamparan tangan Aizkora, menunjukkan betapa kuat dan sadisnya pria itu. “Enggak, Neng! Aku yang akan melawan Aizkora!” desis Katon marah. Dari sisi lapangan yang lain, Aizkora meraung marah karena Katon memegang Ratih. “Ton, lepaskan tangan Ratih atau kau akan mendapat hukum adat!” Omwezi meneriakkan peringatan ke arah Katon. Tentu saja Katon bersiap mengabaikan peringatan itu. Tetapi tidak dengan Ratih. Ia mengibaskan tangannya sekuat mungkin agar lepas dari Katon. “Gantikan posisiku untuk Sarah dan Emily, Mas. Mereka tidak bisa bertarung.” Ratih berka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 93

Ratih ambruk di lapangan dengan napas tersengal ketika korban di depannya bergetar perlahan lalu diam. Katon bisa melihat pelipis dan bibir Ratih berdarah. “Palmera!” Katon meneriaki Palmera, karena dari gerakan sesaat tadi, Katon tahu, Palmera lah yang bertindak sebagai wasit dari pertandingan ini. Palmera menjatuhkan pedang bergerigi yang dipegangnya, pertanda perkelahian usai dan para prajurit pemanah, menurunkan busurnya. Saat dua prajurit masuk untuk membawa mayat Aizkora pergi, Katon ikut melesat masuk ke dalam lapangan dan menarik tubuh Ratih ke arahnya. Gadis itu berjengit dan berusaha menjauh. “Ini aku, Ratih. Katon,” bisik Katon memaksa gadis itu tetap dekat di dadanya dan ia memeriksa luka-luka Ratih. “Brengsek itu sempat melecehkan aku ketika menindih tadi, Mas. Sialan!” geram Ratih di antara sengalnya. Katon menggeretakkan geraham dan membantu Ratih berdiri. “Bisa jalan? Perlu Mas gendong?” tanyanya pelan. Ratih tidak menjawab, tetapi ia melangkah terpincang dan Kato
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 94

Para wanita yang berhasil dibebaskan dibawa ke rumah Omwezi. Hanya para wanita yang diperbolehkan masuk ke sana. Ternyata lelaki dilarang masuk ke rumah Omwezi. Satu-satunya pria yang ikut masuk adalah Palmera, suaminya. Itu sebabnya pagi tadi hanya Palmera dan Katon, yang dijinkan oleh kepala suku itu untuk menginjakkan kaki ke halaman rumah Omwezi. Sekarang, para pria dirawat terpisah di sebuah gua yang dijadikan rumah oleh dukun adat—wanita tua yang seluruh rambutnya telah memutih. Luka-luka mereka dibalur dengan tanaman yang sudah dihancurkan terlebih dahulu. Baunya cukup menyengat seperti juga rasanya. Jadi, yang memiliki luka di seputar bibir, akan mendapatkan bonus rasa pahit! “Shit, crap! Aku kayak ditempeli rumput! Memangnya aku orang-orangan sawah!” omel Stuart perlahan karena khawatir didengar oleh dukun adat yang sedang merawat Daniel. “Aku, lebih memilih diriku mirip stallion,” ujar Morgan bangga. Mendadak saja ia bersama Daniel dan Christopher yang memiliki luka ring
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 95

“Tidak, tidak! Aku sudah punya calon istri, aku mau menemuinya,” kata Katon panik dan meluruskan lengannya ke depan, demi menghalangi dukun adat tersebut menyerbunya. {Orang-orang dari luar ini banyak mulut. Makan apa mereka di luar sana? Tutup mulutmu anak muda dan tunggu di sini!} Katon hanya melihat dukun adat tersebut mengomel dan menunjuk dirinya dan sebuah alas terbuat dari anyaman kulit pohon di atas tanah. Hati Katon menciut. Ia akan dipaksa begituan dengan nenek-nenek?! Belum sempat Katon bersuara kembali, sang dukun adat keluar dari rumah tersebut sambil menyemburkan kalimat-kalimat yang tidak dipahami Katon sama sekali. Pria itu panik dan berusaha keluar, entah mencari Ratih atau melarikan diri sekalian. {Aku bilang tunggu di dalam! Katanya mau ketemu Ratih!} Dukun adat itu mulai mengomel dengan nada tinggi. Kedua tangannya bergerak-gerak penuh semangat, menunjuk Katon, menunjuk dadanya, lalu mengelus pinggangnya, menunjuk Katon lagi lalu melayangkan tangannya ke arah la
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 96

Keesokan paginya, kembali Ratih yang membuka mata terlebih dahulu. Ia mendapati kalau Katon tidur dengan mendesak dan melingkupi tanpa memeluknya. Mungkin Katon bermaksud melindungi dari udara dingin maupun bahaya yang lain. “Mas, bangun.” Ratih bergerak pelan, terhalang rusuknya yang cedera dan sempitnya area yang ditiduri karena terdesak tubuh tunangannya. Ia mendorong dada Katon untuk membangunkan. Tetapi pria itu bergeming. “Mas,” panggilnya lagi setelah berdehem untuk suara lebih jelas. Namun, setelah beberapa kali percobaan Katon tak kunjung bangun, Ratih menjadi sebal. “Paklik!” teriaknya sambil memukul dada Katon. “Ah!” Katon terkejut dan membuka matanya separuh. “Sudah pagi, Paklik! Minggir!” desis Ratih sewot. “Uhm?” Katon membuka satu mata lebih lebar lalu memeriksa sekitarnya. Menyadari kalau dirinya mendesak Ratih dan segera bergeser minggir, menguap dan mengeliat. Ratih bangun perlahan dan membenahi pakaian maupun rambutnya. Lalu memeriksa sudut mata dan bersamaan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 97

Rumah Josephine tidak menampakkan kehidupan sama sekali. Ratih yang mengingat aturan rumah ini, meminta Katon menunggu di luar halaman sementara ia masuk sendiri, melewati halaman rumah Josephine dan kemudian masuk. Katon gelisah menunggu di luar. Namun, menyadari pilihan Ratih memang tepat. Tak lama kemudian, Ratih keluar bersama dengan Emily dan Sarah. Mereka tampak bercakap dengan nada rendah kemudian melintasi halaman untuk bergabung bersama Katon. “Sungainya cukup bersih dan ada tempat berlindung yang memadai, kok,” kata Ratih terlihat jika ia berusaha memelankan suara. Katon segera paham. Sarah dan Emily juga butuh membuang hajat. Katon berlaku menjadi pengawal tiga wanita. Ketiga wanita tersebut berjalan menuju sungai dengan mengikuti langkah Ratih, tanpa bicara. Terpatri jelas di ingatan mereka, setiap Katon atau Morgan bersuara, selalu mendapt pukulan. Maka, ketika berada di tempat terbuka dan di antara suku Kuno Urarina, mereka memilih berjalan tanpa bersuara. Keteganga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Bab 98

Ketika sampai di depan rumah Omwezi, sudah otomatis Katon berhenti di bagian luar halaman sementara Ratih melanjutkan masuk ke dalam rumah. Terbukti langkah tepat, karena kali ini ada pria suku Urarina yang menatap tajam ke arah Katon dan segera mengalihkan pandangan setelah memastikan Katon tidak melangkahi batasan. Katon harus menunggu beberapa lama sampai dengan Omwezi keluar bersama Ratih, di belakangnya Palmera juga muncul. Bersih, tanpa cat. Omwezi dan Ratih berbicara berdua dengan suara rendah sedangkan Palmera tampak bersiap untuk dirinya sendiri. “Ratih bilang kau akan kembali ke tempat kalian disergap untuk mengambil barang-barang yang tersisa?” Tanya Josephine pada Katon. “Ya.” “Yang lain, apa? Senjata? Apakah kau akan membalas dendam pada kami, Ton?” tanya Josephine yang tampaknya berperan sebagai Omwezi. Bahkan Ratih juga terkejut mendapati kalimat Josephine. “Tidak. Sayang, apakah kau sudah mengatakan pada Josephine, tujuan utamamu kemari?” Katon menjawab Josephine
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Bab 99

Stuart menahan tawa melihat Katon dan Morgan didandani bak anggota prajurit Suku Kuno Urarina. Mereka juga memakai pakaian minim, hanya kain lusuh yang sedikit lebih lebar dari prajurit lain untuk menutupi area terpenting saja. Sedangkan di beberapa bagian lengan dan kaki dibungkus dengan kulit kayu yang keras permukannya tapi cukup lentur untuk ditempelkan ke tubuh. Jika Palmera dilumuri cat biru dan prajuritnya dilumuri cat merah. Maka, Katon dan Morgan dilumuri cat hitam. “Itu karena kuliat kalian terlalu terang,” jelas Omwezi. Di belakang mantan wartana BBC ini ada Ratih yang merona wajahnya dan menolak menatap Katon dan Morgan yang minim pakaian. “Palmera, yang punya urusan dengan sukumu adalah Ratih. Dan dia tunangan Katon. Kenapa aku terseret kewajiban ikut berburu juga?” keluh Morgan, berkali-kali menggaruk kulitnya yang tertempel kulit kayu. “Kurasa Palmera hanya ingin bersenang-senang dengan sahabatnya,” gelak Omwezi. Ia berkata seperti itu sambil menatap Palmera dan menc
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Bab 100

Badan Katon terdorong maju bersama Morgan. Mereka melaju bertiga dan mulai melewati batang pohon yang roboh, semak tinggi dan muncul di area tempat mereka disergap. Suara mistis hutan kembali menyambut mereka. Perpaduan antara suara burung dan suara jeritan atau suara khas monyet. Katon melihat tas dan ransel mereka sebagian masih berserakan dan dia bergerak cepat mendatanginya. Ia bisa melihat beberapa pakaian-pakaian mereka masih bisa diselamatkan. “Ini, Ton!“ Morgan memanggil Katon dan ketika pria itu menoleh, Morgan melemparkan desert eagle milik Katon yang ia tangkap dengan tangkas. Sesaat kemudian dia mengeluh sebal kembali. Bagaimana ia akan meletakkan senjatanya saat ia memakai kostum sedemikian minim. “Sialan! Ini tidak lucu!” makinya sebal. Saat Katon kebingungan menyimpan senjatanya, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh di dekatnya. Bugh! Katon kaget bukan kepalang. Bukan benda jatuh. Tetapi Kino melompat dari atas pohon tepat di belakang Katon. “Itu bendamu, Sir?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status