Home / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of PLAYBOY KENA BATUNYA: Chapter 101 - Chapter 110

118 Chapters

Bab 101

Di pemukiman Suku Kuno Urarina, hal yang jauh berbeda dengan situasi di tengah hutan sedang terjadi. Ratih, Emily dan Sarah malah akrab dengan Josephine dan sekarang berada di rumah tinggalnya. Tanpa ada Palmera, Josephine bebas kembali menjadi orang modern. Mereka berempat membicarakan segala sesuatu yang aktual terjadi di luar sana. Ratih cukup heran karena Covid-19 tidak pernah tiba di sini. “Tapi katamu bahkan flu pun bisa membunuh,” kata Ratih. “Tepat sekali. Dan memang benar, bukan? Bukahkan Covid-19 juga sejenis flu?” kata Josephine geli. “Ya, iya sih ....” Ratih jadi bingung sendiri. Josephine tertawa. “Di sini kami memiliki tanaman obat yang luar biasa manjur. Tentu saja kematian terjadi di beberapa kasus bahkan untuk penyakit yang ringan sekalipun. Tetapi sebagian besar karena terlambatnya penanganan,” kata Josephine. “Aku tidak bisa membayangkan, tinggal di sini saat hamil dan melahirkan di sini, Omwezi. Sepertinya bakalan kurang steril?” kata Sarah, memanggil nama ju
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 102

Mereka kembali ke pemukiman Suku Kuno Urarina saat matahari mulai turun. Sepanjang kembali mereka lebih banyak berlari. Saat mendekati pemukiman, Omwezi dan tiga wanita lain menunggu di gerbang, sepertinya mereka bermaksud menyambut pasangannya. Saat Omwezi melihat kedatangan mereka, ia membisikkan kepada salah satu wanita yang berbalik dan meneriakkan nyanyian. Terdengar sambutan dari pemukiman. Pria, wanita, anak-anak keluar dari rumah mereka dan menyambut para pemburu. Palmera yang berlari paling depan langsung disambut Omwezi dan dipeluk. Di belakangnya Kino menyusul dan ikut masuk dalam pelukan Omwezi. Demikian juga dua prajurit Palmera, yang membawa bangkai babi hutan di punggungnya. Spit, disambut oleh seorang bocah pria berusia sekitar 12 tahun. Pria baya itu memberikan bangkai babi hutan ketiga dari punggungnya yang diterima oleh si bocah dengan bersorak senang. Katon, Morgan dan Stuart masuk ke pemukiman tanpa disambut siapapun. “Setidaknya aku dan Morgan memang tidak pun
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 103

Katon tidak mengetahui kalau dirinya demam tinggi. Yang ia tahu dan rasakan hanyalah seluruh tubuhnya terasa kaku. Ratih membantu memakaikan kaus dengan lemah lembut. Matanya menatap khawatir pada Katon yang bersuhu tinggi. “Aku ke pemukiman dulu, Mas. Aku akan coba cari Kino dan dukun adat untuk memberitahu kalau dirimu demam. Mungkin mereka punya obatnya,” kata Ratih sambil memeriksa dahi dan leher Katon, berusaha memperkirakan seberapa tinggi suhu pria itu. “Oh. Kalau itu, aku sudah makan obat tadi,” kata Katon mengingat biji buah yang dipaksakan ke kerongkongannya. “Apapun, lebih baik aku pastikan dulu. Tunggu ya, Mas?” pinta Ratih dengan suaranya yang lembut. Hati Katon bergetar. Baru kali ini Ratih bicara selembut itu. Katon tidak bisa menghalangi. Lebih tepatnya tidak sanggup. Yang ia bisa lakukan hanya menunggu hingga Ratih kembali. Kali ini wanita itu kembali bersama Morgan yang berwajah khawatir. Ratih kembali sambil membawa gelas dan piring kayu berisi setumpuk daging b
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 104

“Belum. Sepertinya keluargaku juga tidak mengatakan padanya, maupun keluarganya.” “Kenapa? Bukankah penyakit genetis itu diturunkan dan bisa saja menurun ke anakmu?” tanya Morgan. “Bukan penyakit berbahaya.” “Bukan penyakit berbahaya, matamu! Kau bisa mati, Ton!” “CIPA disebabkan oleh mutasi pada gen NTRK1, Morg. Sangat langka. Jadi, CIPA hanya bisa diturunkan apabila kedua orang tua membawa gen tersebut kepada anaknya,” ujar Katon di sela-sela menikmati sarapannya yang sebentar lagi selesai. “Sepertinya kau sangat bangga dengan kelangkaan penyakitmu!” gerutu Morgan. “Sudah telanjur ada di badanku, bisa apa selain membanggakannya. Lagipula aku ingin menikahi Ratih bukan untuk berkembang biak. Tapi memiliki partner, pasangan yang menemani sampai tua.” “Idiot! Cacat mental! Terserah kau lah! Ini hidupmu, bukan hidupku!” omel Morgan sebal. “Omong-omong, kamu tahu tidak? Kenapa Ratih judes lagi padaku?” tanya Katon. Ia sudah menyelesaikan sarapan dan sekarang menepikan piringnya.
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 105

Katon tertegun. Otak cerdasnya mulai menganalisa, keanehan yang sudah ia rasakan semenjak semalam. Ada sesuatu yang istimewa berpusar di sekitar Suku Kuno Urarina. Membuat mereka sanggup bertahan hidup di tempat seperti ini dan tidak punah meski populasinya sangat kecil. Yang pertama menarik perhatian Katon tentu saja bubur tanaman yang dioleskan ke luka-lukanya. Tanaman obat itu mengobati lukanya dan luka Stuart yang parah dalam satu hari saja. Ia bahkan membuktikan dua kali. Bocor di kepalanya sembuh dengan cepat. Demikian juga cakaran dan gigitan golden lion tamarin, semua lukanya sudah mengering hari ini. Sekarang ia dihadapkan pada fenomena baru. Suku kuno Urarina punya umbi-umbian yang cukup mereka makan sekali dan mengenyangkan seharian? Saat Ratih puas dengan penjelasan Kino dan meminta kembali ke pemukiman. Katon mengikuti langkah mereka sambil merenung. Berbeda dengan Ratih dan Kino yang terus berceloteh saling bertukar informasi. Katon jadi ingin memastikan dengan Palmer
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 106

Katon tersadar dan segera mengejar Ratih kembali. Ia kembali meraih siku Ratih. Namun, wanita itu sekarang sigap menepis dan menangkis tangan Katon dengan keras. Jika pria itu memaksa, bisa dipastikan mereka akan bertarung di tempat. “Dari mana kamu tahu tentang masa laluku?” tanya Katon berusaha meredam emosi. Pikiran pertamanya tertuju pada Stuart. Namun, Stuart bahkan tidak tahu tentang wanita-wanita yang disebutkan Ratih, karena Stuart sudah lama kembali ke Yorkshire jauh sebelum dia mengenal Ratih. Tinggal Morgan satu-satunya tersangka, tetapi mustahil Morgan yang membocorkan kecuali dia dalam keadaan mabuk berat. Dan sedetik kemudian Katon pun tersadar, Morgan juga tidak tahu tentang Zena Maryam dan Fafafe. Lagipula, ia tidak tidur dengan Zena, mengapa nama wanita yang sudah tiada itu ikut muncul di kalimat Ratih? “Dari mana lagi? Langsung pelakunya yang membocorkan padaku! Sungguh terlalu, katanya kau mencintaiku dan ingin menghabiskan seumur hidupmu denganku. Tapi tak sekal
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 107

“Sialan, Ratih! Minuman itu berisi obat perangsang!” teriaknya. Mata Ratih melotot ke arah Katon sesaat kemudian beralih ke gelasnya yang kosong. “Tidak!” keluhnya dan ia berusaha mengendus bagian dalam gelasnya. “Kenapa, sih? Bukannya Katon Sir dan Miss Ratih pasangan?” tanya Kino heran dengan paniknya dua orang tersebut. “Ya iya! Tapi kami belum menikah!” omel Katon dan menggeser Kino agar dia bisa duduk di dekat Ratih. “Ya sudah, menikah saja sekarang. Habis ini para pengantin menikah lagi di sini,” kata Kino enteng. “Apa?!” Hanya Katon yang berteriak. Sedangkan Ratih masih bingung dengan kondisinya. Lagipula Ratih tidak tahu tentang live show tidak senonoh yang terjadi di lapangan ini. Setidaknya tidak melihat secara langsung, mungkin hanya berdasar cerita dari Josephine Kay. “Ratih, kita harus segera kembali ke rumah. Ajak juga tim-mu,” kata Katon makin panik. “Y-ya, tentu saja,” kata Ratih linglung. Katon berdiri dan berusaha menarik Ratih juga, tetapi wanita itu masih li
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 108

“Apakah kamu sudah baik-baik saja?” tanya Katon lembut. Ratih menoleh dan mendongak ke arah Katon. Sekali melihat mata indah tunangannya, Katon tahu kalau Ratih sudah sadar 100%. “Ayo, kita kembali ke perkampungan,” katanya kemudian. Ratih hampir saja nyolot. Dia sudah menoleh dan mendongak lagi untuk menyembur Katon. Tetapi batal karena melihat pria itu meloloskan kausnya melewati kepala. Ratih menelan ludah melihat tubuh bagian atas Katon yang indah. Sesuatu menggeliat di dalam perut dan mengaliri inti tubuhnya, berdenyut dan kembali hangat. Dengan cepat ia membuang muka. “Pake kausku, Neng.” Ia mendengar suara tunangannya yang bicara biasa tapi malah menimbulkan gejolak aneh di dada. Ratih kembali menelan ludah dan bicara hati-hati agar suaranya tidak mendayu, merayu kelelakian Katon. “Sebentar, Mas. Sebentar lagi.” Rasanya ia butuh mendinginkan diri lagi karena melihat Katon topless. Pikirannya jadi membawa ingatan ke malam kemarin, ia bahkan melihat Katon tanpa memakai apa-apa
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 109

Ratih bergerak sedikit saat Empewo semakin dekat mengarah ke tunangannya, ia mengirimkan tendangan berputar ke perut Empewo hingga pria itu terbanting ke tanah karena tidak mengira Ratih akan menyerangnya. Sedangkan Katon memundurkan satu kaki dan meluruskan tangannya, menangkap bahu dan leher Ekitala yang meluruknya sekaligus menghindari tinju pria barbar itu. Lalu Katon melempar Ekitala ke belakang. Pria itu meluncur dan menghantam tanah bersamaan dengan Empewo. Ratih dan Katon bergerak menyamping berlawanan arah mengawasi musuhnya yang berkalang tanah. Mereka tahu, serangan tadi hanya pembuka. Yang lebih menantang akan segera dihadapi. Kedua pria barbar kembali berdiri dan menyerang lagi. Ekitala penuh napsu amarah, Empewo sambil tertawa-tawa menghina Ratih yang menjadi lawannya. Tetapi Ratih bukanlah lawan mudah untuk Empewo. Walaupun tubuhnya jauh lebih kecil dari pria barbar itu. Saat di sisi lain Katon baku hantam tangan kosong dengan Ekitala. Ratih menghindari pukulan-pukul
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 110

Ratih berderap di depan Katon dan menyeret pria itu bersamanya. Katon tersenyum, melihat kuatnya cengkeraman Ratih di pergelangan dan jalannya yang cepat dan menghentak-hentak, sepertinya tunangan cantiknya ini memang baik-baik saja. Katon pasrah diseret oleh Ratih. Asal tangannya masih digandeng kekasihnya itu. Sepertinya obrolan sebelum perkelahian akhirnya menenangkan Ratih. Kemarahannya sekarang mungkin manifestasi dari rasa cemburu bercampur tersinggung atas perbuatan dua prajurit Palmera. Katon yang mengenal banyak wanita, bisa memperkirakan segala tindakan Ratih. Mereka masuk ke pemukiman dan hanya disambut sepi. Seluruh warga Urarina yang berusia dewasa mungkin masih di lapangan sementara wanita yang memiliki bayi dan anak-anak maupun remaja mungkin sudah masuk ke rumah masing-masing. Katon membayangkan Palmera sedang beraktifitas dengan Omwezi membuatnya menarik Ratih dan gadis itu mental ke belakang dan dipeluk Katon. “Kita pulang aja, yuk? Aduh!!” Ratih tidak tinggal
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status