Home / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of PLAYBOY KENA BATUNYA: Chapter 81 - Chapter 90

118 Chapters

Bab 81

“Ikutan terjun ke pertempuran, dong. Hebat!” seru Stuart gembira. “Masalahnya kami baru tahu kalau suku yang lebih banyak adalah Suku Warao. Dan suku ini kanibal. Mereka menyerang suku yang lebih kecil, belakangan kami tahu adalah suku kuno Urarina, untuk mereka konsumsi,” lanjut Morgan. Ratih mendelik. “Berarti bukan pertempuran. Itu perburuan?” tanya Stuart. “Tepat sekali. Kami tahunya setelah terjun ke lapangan. Bagaimana menurutmu?” tanya Morgan. Stuart terkekeh geli. “Kok kalian bisa selamat? Harusnya kalian sudah jadi sate!” gelaknya penuh keceriaan. “Katon bawa pistol!” “Oh.” Stuart langsung menutup mulutnya. Sementara Ratih semakin mendengar perbincangan para pria ini wajahnya semakin takjub, bukan takut. Ternyata Katon dan Morgan pernah kontak, tidak hanya satu suku kuno. Tetapi dua?! “Oleh karena itu, Neng Ayu. Ketika Ibu bilang kalau kamu sedang ada proyek dengan tribe kuno di Hutan Amazon. Aku segera memaksa mempercepat pertunangan kita dengan demikian aku punya hak
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 82

Entah apa yang dilakukan oleh Katon, Morgan dan Stuart kepada jajaran dosen pembimbing di Universite Paris Pantheon Sorbonne maupun Lembaga Funai, karena ketiganya bisa bergabung dengan mudah pada kelompok belajar Ratih. Dan bersama-sama berangkat ke Brazil. Rombongan mereka berangkat dari Bandara Internasional Charles De Gaule, Perancis. Pada saat melakukan check-in, Katon dan kedua sahabatnya melalui pintu yang berbeda dan dikawal petugas keamanan bandara. Membuat heran Ratih dan kelompoknya. “Tunanganmu orang penting atau kriminal?” tanya Devon kepada Ratih. Wanita Jawa itu hanya mengendikkan bahu. Iapun tidak paham mengapa ketiga orang tersebut mendapat perlakukan berbeda. Yang Ratih dan kawan-kawannya tidak ketahui. Katon dan para sahabatnya harus check-in melalui jalur khusus karena pada saat pembelian tiket pesawat, mereka mendaftarkan diri secara legal kalau akan membawa senjata api dan amunisinya. Itu sebabnya ketika check-in, mereka dikawal petugas keamanan dan dibawa k
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 83

Lelaki itu menatap pergelangan tangan yang dihiasi jam. Katon tahu, mode jam tangan Morgan menunjukkan kompas dan kalender bulan selain jam normal. Lalu, Morgan menatap ke langit. Christopher bergantian melihat ke arah Katon dan Morgan, seketika memahami dia orang ini bergerak saling melengkapi. Satu memiliki kelebihan yang lain menyempurnakan dengan keahlian berbeda. “Tidak usah pake penerangan. Malam ini bulan purnama sempurna. Tetapkan perahu di bagian tengah sungai dan kita manfaatkan cahaya bulan. Beri penerangan kecil pada kompas saja, supaya kita tetap bisa mempertahankan arah.” Morgan berkata dalam satu tarikan napas kepada Christopher lalu kembali turun menuju haluan dan melakukan pengawasan. “O-oke ....” Christopher menyahut gugup pada punggung Morgan yang berlalu cepat. Ia kembali menatap ke arah Katon dan menyadari, Katon membagi pandangannya ke haluan perahu dan Ratih yang sedang berbincang masalah tugas bersama Devon, Daniel dan Sarah. “Sejauh apa kalian mengenal Suku
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 84

“Chris, matikan mesin!” Stuart tergopoh menuju kebelakang Christopher, yang masih belum menyadari apapun dan menoleh bingung ke arahnya. Stuart bergerak cepat melewati Christopher. Menurunkan tuas kendali dan memutar kunci ke posisi off. Suara mesin mendadak hilang dan perahu berjalan dengan sisa energi yang ada ditambah aliran sungai. Tidak mungkin menghentikan perahu, tidak ada rem bukan? Stuart menatap tajam ke sungai di depannya. Sama halnya dengan Morgan di ujung haluan. Moises Kampe yang sudah curiga semenjak Morgan memanggil Katon, sekarang bersiaga di tepian perahu sisi kiri. Tiba-tiba tubuh Morgan menegang dan meraih pagar haluan. Moises Kampe dengan sigap berpindah ke haluan dan memperingatkan sisa anggota. Sejurus kemudian Morgan berteriak nyaris bersamaan dengan makian Stuart di dalam gubuk. “Pegangan!” “Holyshit!” Terdengar suara berderak dan perahu terasa menabrak sesuatu. Segalanya goyang. Meja yang dipakai meletakkan laporan oleh Ratih terseret kedepan, membuat Ra
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 85

Saat subuh, perahu merapat ke tepian sungai yang berbentuk seperti pantai. Christopher dan Morgan menambatkan perahu agar tidak terseret arus ketika yang lain mulai menurunkan barang dan logistik setenang mungkin. Rombongan menyempatkan sarapan di sekitar kapal sebelum melanjutkan perjalanan. Memanfaatkan satu-satunya kesempatan yang mungkin mereka dapatkan selama di hutan ini. Menyalakan api. Menggunakan persediaan parafin mereka, Christopher menyalakan beberapa parafin yang ditumpuk dan membntuk beberapa tungku buatan di tanah. Setelah puas menikmati sarapan yang mengenyangkan, sekarang saatnya mereka berjalan menembus hutan langsung ke tempat tinggal Suku Kuno Urarina berdasar petunjuk peta dan kompas. Sebelum benar-benar memasuki hutan, Moise Kampe mengumpulkan semua anggota rombongan di tengah dan mulai berbicara, “Pertama-tama, kami bisa sangat berbahaya bagi orang-orang asli pedalaman, ketika berada dekat dengan mereka," ujarnya. Semua mata menatap dan fokus kepada Kampe. H
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 86

Thwack!! Thwack!! Thwack!! Anak panah menembus angin, mengikuti tekad pemanah dan menghajar tanah di sekitar mereka. Anak panah yang menancap menyebarkan teror ke sekitarnya. Peringatan, agar mereka tidak melangkahkan kaki seincipun. Itu yang ditangkap Katon dan Morgan. “Morg, Stu, lindungi para wanita. Kampe, umumkan kedatangan kita!” desis Katon, berdiri tegak menutupi Ratih dan mengangkat kedua tangannya. Desert eagle, tergantung tak berguna di ibu jari tangan kiri, tepat di mana saputangan Lembaga Funai terikat di pergelangannya. Tanda menyerah sekaligus memamerkan atribut lembaga Funai. Morgan dan Stuart mengikuti gerakan Katon dan meletakkan badan mereka di depan Sarah dan Emily. Angota rombongan yang lain mengikuti gerakan mereka dengan wajah ketakutan saat Kampe beranjak ke arah Katon. Terdengar gemerisik dedaunan dan desir udara. Kampe yang terkejut, menghentikan langkahnya. Sesaat kemudian mereka telah dikepung oleh sekelompok pria dewasa yang hanya menutupi bagian pri
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 87

Mereka dibawa dengan tangan terikat akar kayu pohon yang kasar dan kaku. Dililitkan dari bahu, sepanjang lengan atas, melewati siku dan menyatukan pergelangan tangan di punggung. Sangat tidak nyaman dan menyakitkan. Karena akar kayu yang kasar menggesek dan melukai kulit mereka. Sarah dan Emily menangis ketakutan karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri kematian Devon. Apalagi sekarang jenazah Devon dibawa bak membawa bangkai binatang. Ratih terus menundukkan kepala. Tetapi ia tidak menangis. Katon tahu itu. Meskipun ia tidak bisa melihat dengan jelas karena mereka terpisah, tetapi Katon tahu wanitanya tidak menangis. Setelah perjalanan yang melelahkan dan menyakitkan menembus hutan belantara. Pepohonan semakin jarang dan mereka tiba di ruang terbuka yang dikelilingi oleh banyak pohon-pohon besar. Ruang terbuka ini memiliki tanah yang lembab dan dingin. Ada setidaknya 10 rumah tersebar merata di ruang terbuka. Rumah-rumah sederhana yang terbuat dari balok kayu, akar tanaman
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 88

Matahari mulai muncul di ufuk timur dan sebentar lagi cahayanya akan menyentuh mereka. Katon bersyukur, setidaknya mereka memperoleh sedikit kehangatan. “Ratih baik-baik saja?” bisiknya pelan menatap ke belakang kepala Ratih. Gadis itu menoleh dan mengangguk. “Apa yang akan mereka lakukan, Mas? Membiarkan kita mati sendiri atau dibunuh seperti Devon?” Suara Ratih tergetar ketika mengatakan kalimat itu. “Tidak. Kita akan baik-baik saja. Kita sudah di tempat yang tepat, suku kuno Urarina. Kita hanya perlu bersabar menunggu. Kampe mungkin sedang bernegoisasi dengan mereka,” bisik Katon. “Ton, menurutmu Palmera masih hidup?” tanya Morgan yang telah beringsut mendekati Katon. “Masih. Karena jika tidak, kita sudah dibantai sekarang,” jawab Katon. “Palmera? Siapa?” tanya Ratih perlahan. “Prajurit yang kami selamatkan dari Suku Warao.” Ketika mereka berharap penderitaan mereka segera berakhir. Ternyata teror yang lebih mengerikan justru menerjang. Saat sinar matahari yang berwarna keem
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 89

Mata Katon berkedip berusaha mengenali pria di depannya. Sepanjang ingatannya, Palmera tidak segagah ini. Delapan tahun lalu, saat itu ia menyelamatkan prajurit yang kurus dan ketakutan. Bukan lelaki kekar dan berwibawa. Tetapi lelaki biru ini membawa benda pertukarannya. Jika dulu Palmera memberinya taring jaguar sebagai hadiah persahabatan. Katon membalasnya dengan memberi peluru desert eagle-nya. Satu-satunya benda yang terpikir saat itu karena benda itu seunik hadiah Palmera, bagi Palmera sendiri. Tentu prajurit suku kuno itu sangat senang karena ia tidak pernah melihat besi ditempa dan dibentuk sedemikian kecil tetapi presisi. “Ton, kalo kamu sudah selesai terpesona, bisa bilang ke temanmu supaya melepas ikatan kita? Tanganku kesemutan dan pantatku tidak lebih baik,” omel Stuart. “Palmera?” tanya Katon mengabaikan omelan konyol Stuart. {Palmera, Keton, Mogen. Senang bertemu dengan kalian lagi. Maafkan kondisinya, aku akan segera membebaskan kalian} Kata Palmera dalam bahasa k
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 90

“Anda ... warganegara Inggris?” tanya Katon takjub. Wanita itu tertawa pada Katon tetapi meluruk ke arah Palmera, memeluk dan mencium pipinya penuh cinta. Palmera menerima dengan penuh wibawa. Tidak membalas, hanya menahan punggung wanita itu dengan lengannya, agar dia tidak meluncur jatuh ke kakinya. {Palmera memberiku teman dari dunia luar?} tanyanya dalam bahasa kuno. Katon sekali lagi takjub sampai lupa mengendalikan mulutnya dan membiarkan menganga. Wanita Inggris ini begitu fasih bicara bahasa kuno. {Dia kawanku. Bukan hadiahmu, Bulan} jawab Palmera datar. {Oh. Kukira dia untukku} kata Bulan atau Omwezi dalam bahasa kuno. Ia turun dari pelukan Palmera sambil sedikit cemberut. {Lalu, apa yang harus aku lakukan?} Selama Bulan alias Omwezi berbicara dalam bahasa kuno, Katon yang cerdas segera menyimpulkan, Palmera bermaksud membantunya dan akan memakai Omwezi sebagai penerjemah di antara mereka. Katon sudah gelisah ingin meneriakkan permintaan tolong agar Ratih, Sarah dan Emily
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status