Share

Bab 89

Penulis: Lara Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 10:47:11

Mata Katon berkedip berusaha mengenali pria di depannya. Sepanjang ingatannya, Palmera tidak segagah ini. Delapan tahun lalu, saat itu ia menyelamatkan prajurit yang kurus dan ketakutan. Bukan lelaki kekar dan berwibawa. Tetapi lelaki biru ini membawa benda pertukarannya.

Jika dulu Palmera memberinya taring jaguar sebagai hadiah persahabatan. Katon membalasnya dengan memberi peluru desert eagle-nya. Satu-satunya benda yang terpikir saat itu karena benda itu seunik hadiah Palmera, bagi Palmera sendiri. Tentu prajurit suku kuno itu sangat senang karena ia tidak pernah melihat besi ditempa dan dibentuk sedemikian kecil tetapi presisi.

“Ton, kalo kamu sudah selesai terpesona, bisa bilang ke temanmu supaya melepas ikatan kita? Tanganku kesemutan dan pantatku tidak lebih baik,” omel Stuart.

“Palmera?” tanya Katon mengabaikan omelan konyol Stuart.

{Palmera, Keton, Mogen. Senang bertemu dengan kalian lagi. Maafkan kondisinya, aku akan segera membebaskan kalian} Kata Palmera dalam bahasa k
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 90

    “Anda ... warganegara Inggris?” tanya Katon takjub. Wanita itu tertawa pada Katon tetapi meluruk ke arah Palmera, memeluk dan mencium pipinya penuh cinta. Palmera menerima dengan penuh wibawa. Tidak membalas, hanya menahan punggung wanita itu dengan lengannya, agar dia tidak meluncur jatuh ke kakinya. {Palmera memberiku teman dari dunia luar?} tanyanya dalam bahasa kuno. Katon sekali lagi takjub sampai lupa mengendalikan mulutnya dan membiarkan menganga. Wanita Inggris ini begitu fasih bicara bahasa kuno. {Dia kawanku. Bukan hadiahmu, Bulan} jawab Palmera datar. {Oh. Kukira dia untukku} kata Bulan atau Omwezi dalam bahasa kuno. Ia turun dari pelukan Palmera sambil sedikit cemberut. {Lalu, apa yang harus aku lakukan?} Selama Bulan alias Omwezi berbicara dalam bahasa kuno, Katon yang cerdas segera menyimpulkan, Palmera bermaksud membantunya dan akan memakai Omwezi sebagai penerjemah di antara mereka. Katon sudah gelisah ingin meneriakkan permintaan tolong agar Ratih, Sarah dan Emily

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 91

    Seketika Katon menyadari perbedaan wanita-wanita yang dikurung tadi dengan wanita-wanita Suku Urarina ketika ia memasuki pemukiman kemarin. Katon hendak mendebat Omwezi sambil meneriakkan kata “Tidak masuk akal!” tetapi rasanya bukan saat yang tepat. Dia, Ratih dan rombongannya yang berada di situasi rumit. “Yang kau bilang, kami mengesampingkan hak asasi manusia? Tidak sebenarnya. Setiap wanita yang ditawan diperbolehkan melawan prajurit yang menawannya untuk membebaskan diri. Atau, jika wanita yang ditawan tersebut memiliki pasangan dan pasangan sang wanita mengejar kemari, mereka diperbolehkan bertarung satu lawan satu dengan prajurit penawan untuk mendapatkan wanitanya kembali,” jelas Omwezi lagi. “Itu yang kau sebut membela hak asasi manusia?” cibir Katon. Omwezi alias Josephine Kay terkikik geli. “Kami bilang, kami memiliki norma sendiri yang tidak sama dengan norma di dunia modern, Katon.” “Bagaimana denganmu?” tanya Katon. “Aku?” “Ya. Bagaimana kau berakhir berpasangan d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 92

    Katon membeliak ke arah Ratih. Ia berusaha mengirimkan sinyal-sinyal keberatan. Tetapi Ratih malah fokus ke pintu kerangkeng yang sekarang akan dibuka oleh prajurit penjaganya yang masih sangat muda. Ratih turun dari kerangkeng tanpa dibantu dan berjalan menuju ke tengah lapangan. Dengan demikian, ia akan melewati Katon. Pria itu meraih lengan Ratih dan menarik wanitanya. Pipi kanan Ratih memar besar dan sudut bibirnya sobek. Bekas tamparan tangan Aizkora, menunjukkan betapa kuat dan sadisnya pria itu. “Enggak, Neng! Aku yang akan melawan Aizkora!” desis Katon marah. Dari sisi lapangan yang lain, Aizkora meraung marah karena Katon memegang Ratih. “Ton, lepaskan tangan Ratih atau kau akan mendapat hukum adat!” Omwezi meneriakkan peringatan ke arah Katon. Tentu saja Katon bersiap mengabaikan peringatan itu. Tetapi tidak dengan Ratih. Ia mengibaskan tangannya sekuat mungkin agar lepas dari Katon. “Gantikan posisiku untuk Sarah dan Emily, Mas. Mereka tidak bisa bertarung.” Ratih berka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 93

    Ratih ambruk di lapangan dengan napas tersengal ketika korban di depannya bergetar perlahan lalu diam. Katon bisa melihat pelipis dan bibir Ratih berdarah. “Palmera!” Katon meneriaki Palmera, karena dari gerakan sesaat tadi, Katon tahu, Palmera lah yang bertindak sebagai wasit dari pertandingan ini. Palmera menjatuhkan pedang bergerigi yang dipegangnya, pertanda perkelahian usai dan para prajurit pemanah, menurunkan busurnya. Saat dua prajurit masuk untuk membawa mayat Aizkora pergi, Katon ikut melesat masuk ke dalam lapangan dan menarik tubuh Ratih ke arahnya. Gadis itu berjengit dan berusaha menjauh. “Ini aku, Ratih. Katon,” bisik Katon memaksa gadis itu tetap dekat di dadanya dan ia memeriksa luka-luka Ratih. “Brengsek itu sempat melecehkan aku ketika menindih tadi, Mas. Sialan!” geram Ratih di antara sengalnya. Katon menggeretakkan geraham dan membantu Ratih berdiri. “Bisa jalan? Perlu Mas gendong?” tanyanya pelan. Ratih tidak menjawab, tetapi ia melangkah terpincang dan Kato

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 94

    Para wanita yang berhasil dibebaskan dibawa ke rumah Omwezi. Hanya para wanita yang diperbolehkan masuk ke sana. Ternyata lelaki dilarang masuk ke rumah Omwezi. Satu-satunya pria yang ikut masuk adalah Palmera, suaminya. Itu sebabnya pagi tadi hanya Palmera dan Katon, yang dijinkan oleh kepala suku itu untuk menginjakkan kaki ke halaman rumah Omwezi. Sekarang, para pria dirawat terpisah di sebuah gua yang dijadikan rumah oleh dukun adat—wanita tua yang seluruh rambutnya telah memutih. Luka-luka mereka dibalur dengan tanaman yang sudah dihancurkan terlebih dahulu. Baunya cukup menyengat seperti juga rasanya. Jadi, yang memiliki luka di seputar bibir, akan mendapatkan bonus rasa pahit! “Shit, crap! Aku kayak ditempeli rumput! Memangnya aku orang-orangan sawah!” omel Stuart perlahan karena khawatir didengar oleh dukun adat yang sedang merawat Daniel. “Aku, lebih memilih diriku mirip stallion,” ujar Morgan bangga. Mendadak saja ia bersama Daniel dan Christopher yang memiliki luka ring

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 95

    “Tidak, tidak! Aku sudah punya calon istri, aku mau menemuinya,” kata Katon panik dan meluruskan lengannya ke depan, demi menghalangi dukun adat tersebut menyerbunya. {Orang-orang dari luar ini banyak mulut. Makan apa mereka di luar sana? Tutup mulutmu anak muda dan tunggu di sini!} Katon hanya melihat dukun adat tersebut mengomel dan menunjuk dirinya dan sebuah alas terbuat dari anyaman kulit pohon di atas tanah. Hati Katon menciut. Ia akan dipaksa begituan dengan nenek-nenek?! Belum sempat Katon bersuara kembali, sang dukun adat keluar dari rumah tersebut sambil menyemburkan kalimat-kalimat yang tidak dipahami Katon sama sekali. Pria itu panik dan berusaha keluar, entah mencari Ratih atau melarikan diri sekalian. {Aku bilang tunggu di dalam! Katanya mau ketemu Ratih!} Dukun adat itu mulai mengomel dengan nada tinggi. Kedua tangannya bergerak-gerak penuh semangat, menunjuk Katon, menunjuk dadanya, lalu mengelus pinggangnya, menunjuk Katon lagi lalu melayangkan tangannya ke arah la

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 96

    Keesokan paginya, kembali Ratih yang membuka mata terlebih dahulu. Ia mendapati kalau Katon tidur dengan mendesak dan melingkupi tanpa memeluknya. Mungkin Katon bermaksud melindungi dari udara dingin maupun bahaya yang lain. “Mas, bangun.” Ratih bergerak pelan, terhalang rusuknya yang cedera dan sempitnya area yang ditiduri karena terdesak tubuh tunangannya. Ia mendorong dada Katon untuk membangunkan. Tetapi pria itu bergeming. “Mas,” panggilnya lagi setelah berdehem untuk suara lebih jelas. Namun, setelah beberapa kali percobaan Katon tak kunjung bangun, Ratih menjadi sebal. “Paklik!” teriaknya sambil memukul dada Katon. “Ah!” Katon terkejut dan membuka matanya separuh. “Sudah pagi, Paklik! Minggir!” desis Ratih sewot. “Uhm?” Katon membuka satu mata lebih lebar lalu memeriksa sekitarnya. Menyadari kalau dirinya mendesak Ratih dan segera bergeser minggir, menguap dan mengeliat. Ratih bangun perlahan dan membenahi pakaian maupun rambutnya. Lalu memeriksa sudut mata dan bersamaan d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 97

    Rumah Josephine tidak menampakkan kehidupan sama sekali. Ratih yang mengingat aturan rumah ini, meminta Katon menunggu di luar halaman sementara ia masuk sendiri, melewati halaman rumah Josephine dan kemudian masuk. Katon gelisah menunggu di luar. Namun, menyadari pilihan Ratih memang tepat. Tak lama kemudian, Ratih keluar bersama dengan Emily dan Sarah. Mereka tampak bercakap dengan nada rendah kemudian melintasi halaman untuk bergabung bersama Katon. “Sungainya cukup bersih dan ada tempat berlindung yang memadai, kok,” kata Ratih terlihat jika ia berusaha memelankan suara. Katon segera paham. Sarah dan Emily juga butuh membuang hajat. Katon berlaku menjadi pengawal tiga wanita. Ketiga wanita tersebut berjalan menuju sungai dengan mengikuti langkah Ratih, tanpa bicara. Terpatri jelas di ingatan mereka, setiap Katon atau Morgan bersuara, selalu mendapt pukulan. Maka, ketika berada di tempat terbuka dan di antara suku Kuno Urarina, mereka memilih berjalan tanpa bersuara. Keteganga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 244

    Acara pertunangan malam itu berlangsung meriah, penuh kehangatan dan kemewahan. Alunan musik jazz yang dimainkan secara live mengiringi setiap percakapan dan tawa yang bergaung di sepanjang taman villa. Di tengah-tengah taman, Rosalind dan Morgan berdiri sebagai pusat perhatian. Mereka berdua tampak bahagia. Bersama menyambut tamu-tamu yang datang dari berbagai belahan dunia. Saling memperkenalkan anggota keluarga, dan sesekali berbagi canda bersama para tamu yang mendekati mereka. Sebuah panggung kecil dengan latar belakang laut dan langit yang berhiaskan bintang menambah kesan romantis malam itu. Di atas panggung, band jazz memainkan lagu-lagu klasik yang mengiringi tamu-tamu saat mereka berdansa di lantai dansa yang dibentuk dari marmer putih berkilau. Para pelayan dengan seragam hitam-putih elegan bergerak luwes membawa nampan-nampan berisi minuman anggur terbaik, koktail tropis, dan mocktail segar untuk dinikmati oleh tamu. Hidangan yang disajikan sangat bervariasi, mulai d

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 243

    Suasana berbeda tampak di sebuah villa megah di Riviera Maya yang berdiri anggun di atas tebing, langsung menghadap Laut Karibia. Dikelilingi oleh pohon-pohon palem tinggi dan taman tropis yang rimbun, villa bergaya arsitektur kolonial modern dengan dinding putih bertekstur, pilar-pilar marmer, dan balkon-balkon melengkung yang langsung menghadap pemandangan laut tak terbatas. Tambahan tampak mencolok dengan lampu-lampu pesta, untaian bunga dan hiasan khas sebuah pertunangan mewah, dilengkapi dengan karpet merah yang menyambut setiap tamu yang hadir. Katon, yang belakangan ini sibuk dengan tanggung jawabnya di New York, tidak ikut mengurus pesta pertunangan adik dan sahabatnya dan hanya hadir bersama Ratih sebagai tamu undangan. Ia baru saja turun dari limousine, mengancingkan jas sambil mengedarkan pandangan ke atas, tempat villa menjulang dengan indah, sesaat kemudian, ia ulurkan tangan ke arah limousine yang terbuka dan membimbing sang istri keluar dari sana. Bersama, dalam ke

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 242

    Ratih menelengkan kepala, balas menatap suaminya, “Tujuan orang menikah memang biasanya untuk memiliki keturunan, Mas. Kecuali dari awal sudah bersepakat untuk child free.” Wanita itu diam sejenak untuk mengenali ekspresi suaminya. Saat Katon juga diam, Ratih melanjutkan kalimatnya. “Aku, tidak mau hamil selama ini karena enggan kuliah dengan perut besar. Aktifitas kampus tidak cocok untukku yang berbadan dua walau untuk sebagian orang lain mungkin tidak masalah. Sekarang, saat tidak ada lagi tuntutan kuliah, aku siap saja jika harus hamil. Mas Katon tidak ingin memiliki anak?” “Bagaimana kalau anak kita membawa genku, Ratih?” tanya Katon galau. Ratih menatap wajah suaminya yang tampan, jarang sekali wajah ini terlihat kalut. Tetapi sekarang Ratih melihat, Katon juga bisa rapuh. Ia merengkuh wajah suaminya, memberikan senyum paling tulus untuk menguatkan. “Maka anak kita akan seperti papanya. Kuat, ganteng, dan mampu menghadapi apapun.” Katon mendesah sebal, memutar matanya ke at

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 241

    Columbia University of New York sedang menunjukkan kesibukan luar biasa. Saat ini mereka sedang dalam masa Commencement week. Yaitu, minggu-minggu menjelang wisuda dilangsungkan. Upacara wisuda di Columbia University berlangsung dengan berbagai acara selama Commencement Week. Dimulai dengan setiap sekolah di bawah Columbia university menyelenggarakan upacara Class Day masing-masing, di mana nama setiap lulusan dipanggil, memberi kesempatan untuk momen yang lebih personal. Beberapa acara lain juga diselenggarakan, seperti Baccalaureate Service—upacara lintas agama yang melibatkan musik, doa, dan refleksi multikultural untuk merayakan pencapaian lulusan sarjana dari Columbia College dan Barnard College, serta sekolah-sekolah lainnya di bidang teknik dan sains. Tradisi unik lainnya adalah penyanyian lagu Alma Mater Columbia oleh seluruh komunitas, sebagai simbol kebersamaan dan perpisahan. Columbia juga memberikan University Medals for Excellence kepada individu yang berprestasi dan m

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 240

    Sebagai bisnis fashion yang menyasar level menengah ke bawah, Starlight Threads berlokasi strategis di Harlem, 214 West 125th Street, Suite 2A. Ke sanalah Katon membawa istrinya. Pagi Sabtu yang cerah menyelimuti Harlem. Matahari menyorot dari celah-celah gedung perkantoran yang sederhana tetapi berkarakter di kawasan ini. Katon membimbingnya dengan tangan yang mantap menuju bangunan tiga lantai di ujung jalan, sebuah gedung dengan dinding bata merah yang terlihat kokoh namun tidak berlebihan. Di balik kaca jendela yang lebar di lantai dua, papan nama kecil berwarna emas dengan tulisan elegan “Starlight Threads” menggantung, menandakan kegunaan bangunan ini. Ratih memperhatikan detail itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Meskipun sederhana, bangunan itu memiliki daya tarik tersendiri. Tangga menuju lantai atas diselimuti perabot industrial yang chic, dekorasi modern berpadu dengan sisa-sisa gaya klasik yang membuat tempat itu berkesan unik. Studio ini bukan hanya sekadar toko

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 239

    Katon sangat terkejut dan spontan melepaskan pelukan wanita tersebut. Katon menangkap kedua bahu wanita berbaju merah dan mendorongnya menjauh. Ia tidak memiliki keinginan melihat, siapa gerangan wanita itu. Ia lebih khawatir kepada istrinya, Katon menoleh ke arah Ratih dan mendapati wajah istrinya berubah menjadi penuh amarah dan kekecewaan. “Katon, apa kabar?” tanya Alice manis, ia tak mengindahkan Katon yang berusaha lepas dari pelukannya, mendorongnya menjauh. Bagi Alice, bertemu Katon adalah keberuntungan luar biasa. Pria ini pernah dekat dengannya, menolongnya, memberikan uang perlindungan yang tidak sedikit dan berkat Katon pula, ia selamat bahkan sekarang menjadi bagian dari wanita sukses di Manhattan. Alice Wellington. Dari bukan siapa-siapa menjadi bintang berkat Katon. Uang pemberian Katon ia manfaatkan untuk kuliah dan membuka usaha. Kini, Alice Wellington adalah pemilik Starlight Threads sebuah startup fashion yang memadukan gaya modern dengan sentuhan klasik, mengkh

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 238

    Ratih dan Katon telah kembali ke New York. Segera, mereka disibukkan oleh kegiatan masing-masing. Katon segera memimpin Growth Earth Company yang berada di Park Avenue. Pertikaiannya dengan Satria entah bagaimana menjadi perang dingin. Mungkin campur tangan Arini yang membuat Satria tidak datang menghukum langsung putera sulungnya. Yang Katon tahu, beberapa bulan ini papanya sibuk dengan kantor Growth Earth Company yang ada di Canada. Membuat Rosalind sibuk dengan Growth Earth Company yang berpusat di Jakarta. Hampir keteteran dengan bisnis skincare-nya sendiri. “Gak pengen pulang, Mas? Pegang GEC Jakarta dan kendalikan New York dari sini.” Rosalind saat menghubungi Katon melalui panggilan telepon sekedar bertukar kabar. “Tidak, terima kasih. Ratih sedang menyelesaikan tugas akhir. Dia harus fokus di sini. Masa kutinggal. Enak saja!” Rosalind menghela napas. “Kenapa , sih? Glowing Beauty-mu kan sudah jalan?” Katon memastikan kepada adiknya. Glowing Beauty ada di bawah Growth E

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 237

    Pagi pertama mereka di Maldives dimulai dengan keajaiban pemandangan matahari terbit dari bungalow di atas air yang langsung menghadap laut. Katon, yang sudah bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan di teras pribadi mereka. Hidangan lokal seperti mas huni, campuran tuna segar dengan kelapa yang wangi, tersaji di meja bersama kopi hangat yang mengepul. Angin laut meniup lembut, menyelimuti mereka dalam suasana pagi yang sejuk dan menyegarkan. Ratih tersenyum sambil menatap jauh ke horizon, di mana matahari mulai naik perlahan, mewarnai langit dengan semburat oranye keemasan. Ia telah duduk di teras, emnikmati layanan Katon, sebagai ganti layanannya semalam. "Mas," katanya sambil mengambil seteguk kopi, "aku pengen seperti ini bisa kita bagi bersama semua keluarga, suatu hari nanti." Katon menoleh, menatapnya dengan mata bertanya. "Maksudmu, liburan besar bersama mereka di tempat seperti ini?" Ratih mengangguk. "Ya, bukankah indah rasanya kalau semua orang bisa berkumpul di sini? Mam

  • PLAYBOY KENA BATUNYA   Bab 236

    Di dalam kamar tidur mereka, di bungalow mewah yang mengapung di atas perairan Maldives, Katon dan Ratih tengah menikmati malam pertama bulan madu yang tertunda. Malam itu, kamar tidur mereka terisi oleh suasana yang sempurna. Dinding kaca besar di depan tempat tidur menampakkan hamparan laut lepas berwarna biru pekat, dihiasi kilauan bintang dan rembulan yang menggantung anggun di langit. Suara ombak yang lembut menjadi irama pengantar yang menenangkan, membawa mereka ke dalam dunia penuh keintiman dan keheningan yang hanya mereka berdua miliki. Di lantai kamar, lilin-lilin aromaterapi tersebar. Masing-masing memiliki pendar kecil yang hangat, mengisi ruangan dengan aroma melati dan kayu manis lembut. Cahaya lilin yang berpendar-pendar membuat bayangan hangat di sekitarnya, mempertegas lantai kayu di sekitar lilin dengan kilaunya. Semilir angin laut masuk melalui celah balkon, membelai lembut rambut Ratih yang tergerai di pundak hingga punggung. Wanita itu sedang berada di atas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status