Home / Romansa / Dekapan Dingin Suami Panas / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dekapan Dingin Suami Panas: Chapter 31 - Chapter 40

80 Chapters

31. Haiden yang Galau

"Ko-kok bisa? Kamu kan dekatnya dengan Ziea." Lea menggaruk alis, sedikit kikuk dan tak percaya oleh perkataan Parhan. "Aku mendekatinya karena hanya dengan cara itu aku bisa berada satu tempat denganmu. Aku selalu melihat dan memperhatikanmu, tapi aku tidak pernah berani mengutarakan perasaanku padamu karena kamu sering mengatakan akan menikah dengan Kakak laki-laki Ziea." Deg' Mata Lea membelalak, cukup terkejut oleh pengakuan Parhan. Pria ini suka padanya tetapi tak berani terus terang karena sejak dulu Lea sudah koar-koar hanya akan menikah dengan abang dari sahabatnya. "Aku sangat senang setiap kali kita berpapasan, setiap kali kita duduk di meja yang sama dan setiap kali kita di kelas yang sama. Aku bahkan tersenyum setiap kali mendengarmu menceritakan crush-mu yang tak lain adalah kakak Ziea. Aku cemburu tapi aku senang, yang terpenting aku bisa mendengar suaramu meski bukan aku yang kamu ceritakan pada teman-teman kita," ucap Parhan, tersenyum lembut pada Lea yang su
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

32. Arti Kehilangan

Lea baru saja duduk di sofa, sudah di rumah, akan tetapi deringan ponselnya langsung menyita perhatiannya. Lea sebenarnya malas untuk mengangkat telepon, akan tetapi dia takut yang menelponnya ingin memberikan hal penting. Di sisi lain, melihat nyonya-nya pulang, maid langsung menghubungi sang tuan untuk memberi tahu jika nyonya-nya telah pulang ke rumah. Lea mengernyit karena mendapat telepon dari pamannya. Tumben! Karena biasanya tantenya yang menelpon, maksud Lea–meskipun pamannya yang ingin mengobrol dengannya, pasti menelpon dari HP tantenya. Ini tak biasanya. Lea mengangkat telpon, perasaannya campur aduk. Dia senang karena dia memang merindukan orangtua angkatnya, akan tetapi dia juga deg degkan–takut jika Haiden telah mengadu pada orangtua angkatnya tentang masalah keduanya. Orangtua angkatnya selalu berpihak padanya, tetapi Lea hanya tak mau membebani. Pasti mereka akan cemas pada Lea jika semisal Haiden memang mengatakan pertengkaran antara keduanya. "Halo, Pah. Ada a
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

33. Aku Tidak Akan Melepasmu Azalea!

Besoknya, setelah pemakaman paman dan tantenya–orang baik yang bersedia dipanggil papa dan mama oleh Lea, kini Lea hanya diam di dalam kamarnya, di rumah paman dan tantenya. Lea duduk di lantai sembari menyender pada body samping ranjang. Dia menekuk kaki, menatap lurus ke arah depan. Pandangan Lea kosong dan wajahnya pucat pias. Tes' Air mata Lea kembali jatuh, terasa panas ketika melintasi kulit pipi. Rasa sakit itu kembali datang, menyerang dan menggerogoti hati Lea. Isakan pelan tetapi pilu keluar dari bibirnya. Sungguh! Lea tak bisa menahan semua ini. Sebesar apapun dia menolak rasa sakit ini, lama akan tetap kalah. 'Aku kira aku akan sangat kuat menghadapi apapun, selama ada kalian bersamaku. Seandainya cinta pertama Mas Haiden datang, lalu aku dibuang olehnya. Aku yakin aku akan merasa fine-fine saja karena aku punya kalian. Dulu-- aku melewati masa sulitku berkat bantuan kalian. Sekarang … aku dilanda masalah sulit, tetapi kalian pergi. Baru empat bulan aku menjadi anak
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

34. Perasaan Ingin Pergi

Satu bulan berlalu dan Lea masih stay dengan perasaan duka yang melanda dirinya. Dia lebih banyak diam dan sering menghindar dari Haiden, dia tak ingin berinteraksi banyak dengan suaminya. Ziea sudah melahirkan, bayi kembar yang sangat menggemaskan. Si kakak bernama Zira Dominik Azam, lalu di adek bernama Razie Dominik Azam. Yah, si kembar Ziea tak identik, perempuan dan laki-laki. Sahabatnya tersebut sangat bahagia, tentunya Lea juga bahagia. Selama berkunjung–melihat keponakannya yang baru lahir, Lea tak hentinya memperlihatkan ekspresi senang. Meskipun sejujurnya Lea masih diselimuti perasaan kehilangan yang begitu dalam. Akan tetapi, dia tidak akan merusak kebahagian sahabatnya dengan memperlihatkan kesedihan pada hari bahagia sahabatnya. Keluarga besar Azam dan Mahendra berbahagia karena kelahiran anak kembar Ziea dan Reigha. Sang pewaris selanjutnya untuk keluarga Azam telah lahir, dan cucu pertama bagi keluarga Mahendra (bagi mertua Lea). Melihat kebahagiaan itu, Lea seben
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

35. Kenapa Sikapmu Dingin Kak?

Setelah menemui Lea, Haiden beranjak dari rumahnya. Dia pulang khusus memeriksa kondisi istrinya. Semenjak Lea kehilangan orangtua angkatnya, Lea menjadi pendiam dan Haiden sangat khawatir pada istrinya. "Bos, kau yakin ingin kembali ke kantor?" tanya Nanda, di mana saat ini dia dan Haiden sudah dalam mobil. "Tidak ke kantor. Tapi ke restoran di hotel milik Daddy," jawab Haiden datar. "Wow! Tobat, Brother. Kau sudah punya istri." Haiden menatap malas pada Nanda. "Isi kepalamu terlalu negatif!" "Memangnya kau ke sana ingin bertemu siapa?" tanya Nanda, menatap sejenak pada Haiden lewat kaca depan mobil. "Jema Airina Patro," jawab Haiden tenang. Ngigggg! Nada mendadak me-rem, membuat Haiden menjorok ke depan. "NANDA!" Marah Haiden, melayangkan tatapan murka pada tangan kanannya tersebut. Nanda menoleh ke belakang, menatap Haiden dengan muka konyol. Dia sejujurnya takut melihat wajah marah Haiden, tetapi Nanda mengabaikannya. "Kau ingin menemui perempuan? U-untuk apa?
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

36. Kabur yang Menyenangkan

"Ck." Haiden menatap kakinya yang diinjak kuat oleh Lea, setelah itu buru-buru menghampiri Lea untuk mencegahnya pergi. Namun-- Brak' Pintu ditutup dengan kuat, sebelum Haiden sempat keluar dari kamar. Haiden langsung membuka pintu, akan tetapi sialnya pintu terkunci dari luar. "Azalea, buka pintunya!" marah Haiden dari dalam, sembari mendobrak pintu. Sayangnya, tak ada jawaban sama sekali dari luar. Lea sendiri, setelah mengunci pintu kamar, dia segera pergi. Para maid menahan Lea, tetapi Lea memegang pisau–mengancam akan mengakhiri hidupnya jika ada yang berani menghalanginya untuk keluar dari rumah ini. Maid tak bisa berbuat apa-apa, membiarkan sang nyonya pergi dari rumah ini. Haiden berhasil keluar dari kamar, tetapi Lea sudah pergi. Brak' Prang' Haiden menendang guci besar, hiasan di ruangan tersebut. Suara dari guci besar tersebut menggema, pecahannya berserak. Para maid begitu takut, menunduk dan menjauh dari sang tuan yang sudah seperti iblis mengamuk.
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

37. Suami yang Menyedihkan

Haiden menatap rumah di depannya, di mana rumah tersebut adalah tempat yang Lea rencanakan sebagai persembunyiannya. Haiden menaikkan sebelah alis, menyunggingkan smirk tipis karena geli pada makhluk mungil di sebelahnya. "Jadi kau ingin bersembunyi di sini-- di rumah Orangtua angkatmu?" tanya Haiden pelan, menarik koper Lea ke arah rumah. Saat dia akan masuk, Lea menghalangi dan mendorongnya supaya menjauh dari pintu. "Ya, mulai sekarang aku akan tinggal di sini. Dan aku bukan istrimu lagi," ucap Lea penuh keyakinan, meraih sebuah surat dari dalam tas kemudian menyerahkannya pada Haiden. Surat perceraian! Haiden mengepalkan tangan, mengatupkan rahang dengan kuat dan menatap Lea murka. "Azalea, kau--" Haiden berniat memarahi Lea, akan tetapi perempuan itu lebih dulu bersuara. "Aku sudah lelah denganmu, Mas. Sekarang aku ingin bebas darimu," ucap Lea dingin, "selama menjadi istrimu, aku sangat-sangat tersiksa. Aku tidak merasakan kebahagiaan apapun. Yang kurasakan
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

38. Tak Ingin Luluh

Lea sudah selesai merapikan kamar dan pakaiannya. Pekerjaannya selesai setengah delapan malam. "Anginnya kencang banget. Sepertinya bakal turun hujan," monolog Lea, berjalan ke arah jendela untuk menutupnya. Namun, niatan tersebut Lea urungkan, terpaku pada sosok Haiden yang masih di sana. Pria itu sudah bangun dan kini menatap lesu ke arah jendela kamar Lea–lebih tepatnya pada Lea. "Azalea," panggil pria itu dari bawah. Nadanya rendah dan lemah, membuat Lea yang mendengarnya prihatin dan tak kuat. Brak' Namun, Lea tak ingin luluh. Dia segera menutup jendela kamar dan segera menjauh dari sana. Demi Tuhan! Lea sangat kasihan pada Haiden, semenjak pagi dan sekarang sudah malam, pria itu masih di sana. Pakaiannya belum diganti dan Lea yakin Haiden belum makan apapun semenjak tadi pagi. Syurrr' Hujan turun dengan lebat, Lea sedikitnya merasa lega. Dia yakin sekali Haiden akan pergi, Haiden tak akan bertahan karena hujan yang lebat dan dingin. Lea memutuskan untuk memasa
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

39. Buku Pink Istriku

"CEPAT KE SINI!!" teriak Lea, setengah marah dan kesal. Dia berkacak pinggang, melayangkan tatapan gusar pada Haiden. Pria itu sangat konsisten untuk tetap duduk di bawah pohon mangga. Tak peduli apakah akan turun hujan atau meteor sekalipun. Dia kira dengan begitu Lea akan luluh?! Cih, benar lagi! Lea luluh. Demi Tuhan! Sebesar apapun Lea menanam kebencian pada suaminya, agar dia tegaan melihat Haiden kehujanan, tetapi tetap saja dia berujung tak sanggup. Apalagi pria ini pewaris Mahendra. Jika terjadi sesuatu pada Haiden, Lea yang akan diserang keluarga pria ini. Haiden berdiri tetapi tak beranjak dari bawah pohon. "Kau belum memaafkan ku, Azalea." "Jangan keras kepala! Nanti kalau kamu sakit, aku juga yang repot. Kalau keluargamu tahu, aku yang akan disalahkan," ucap Lea, setengah kesal dan geram pada Haiden. Pria itu tetap berdiri di sana, membuat Lea semakin geram. Lea masuk ke dalam rumah, dia mengambil payung kemudian menyusul Haiden ke bawah pohon. Dia mena
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

40. Perempuan Stupid Milik Haiden

"Supaya bulan madu kita selama dua bulan di desa impianmu terlaksa," ucap Haiden lembut, mendaratkan kecupan khidmat pada kening istrinya. Kecupan tersebut cukup lama menempel di kening Lea, mengartikan sebuah perasaan yang mendalam. Setelah Haiden melepas kecupan itu, Lea mendongak pada Haiden. Tatapannya sayu, dia lelah tetapi banyak pertanyaan dalam benaknya. Namun, meski begitu, keindahan maniknya sama sekali tak pudar, membuat Haiden betah menatap mata Lea. "Apa aku bisa mempercayai Mas Haiden?" tanya Lea. Dia tersentuh dengan semua penjelasan Haiden. Akan tetapi dia takut ini semua hanya jebakan. Dulu, Haiden sering melontarkan perkataan sarkas padanya kemudian tiba-tiba pria ini mendadak manis setelah melamar Lea. Sekarang Lea takut jika fase ini sama dengan fase dahulu. Bisa saja Haiden lelah menyakitinya dan ingin beralih ke fase baik. Haiden mengusap penuh kasih sayang pucuk kepala istrinya. "Kesalahanku membuatmu meragukanku," ucapnya dengan nada serak dan berat, "te
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status