Home / Rumah Tangga / Ranjang yang Bukan Milikku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Ranjang yang Bukan Milikku: Chapter 41 - Chapter 50

138 Chapters

Bab 41 : Dibalik Topeng

Alea merasakan ada yang janggal. Kenapa Dina bisa ada di sini, bersama anaknya? Apakah ada yang tidak ia ketahui? Raka tampak ceria, menggenggam kantong plastik berisi makanan ringan, sementara Dina terlihat sedang berbicara dengan santai, seakan tidak ada yang aneh. Tapi wajah Alea mulai terasa cemas. Apa yang sedang terjadi? Dengan hati-hati, Alea melangkah lebih dekat, mencoba tetap tenang meski ada seribu pertanyaan yang berputar di kepalanya. Ketika Dina melihatnya, senyuman di wajahnya terlihat sangat berbeda, lebih misterius, lebih tajam. Alea menghela napas, langkahnya semakin mendekat, namun ada perasaan tidak nyaman yang mengendap di dada. Begitu sampai di depan mereka, Alea memanggil Raka. "Sayang, ayo pulang." Raka menoleh, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Bunda, ini Tante Dina, teman baru Raka. Tadi dia ngajak Raka ngobrol." Alea menatap Dina dengan tatapan tajam. "Dina?" suaranya lebih dingin daripada yang ia harapkan. Dina tersenyum tipis, seolah tidak ad
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 42 : Jejak yang Terselubung

Pagi itu, setelah mengantar Raka ke sekolah, Alea merasa ada yang perlu dia selesaikan. Kepalanya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Dina. Kenapa wanita itu bisa tahu begitu banyak tentang Raka? Bagaimana mungkin ia berada di sekolah yang sama dengan anaknya, di saat yang tidak tepat? Alea berjalan menuju ruang tamu, matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 pagi. Dia menghela napas panjang, meraih ponselnya, dan mencari nomor Cinta. Teman SMA Alea dan Randy, yang sekarang bekerja di kantor yang sama dengan Arka. Sepertinya, Cinta bisa memberikan sedikit pencerahan, setidaknya untuk membantu Alea memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dengan sedikit ragu, Alea mengetik pesan singkat, mengajak Cinta untuk bertemu. Beberapa detik kemudian, pesan itu dibaca, dan balasan pun datang. Cinta: "Hai Al! Lagi sibuk banget nih, tapi makan siang bisa, deh. Tumben, mau ngomongin apa?" Alea tersenyum, merasa sedikit lega. "Makasih Cinta! Aku butuh ngobrol. Ketemu d
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 43 : Bayangan yang Mengancam

Alea merasakan jantungnya berdegup kencang. Rasa cemas yang semula dia coba buang kini kembali muncul dengan kuat. Ada sesuatu yang aneh, sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Apakah Arka sengaja berpapasan dengan Dina? Atau ada hal lain yang lebih dalam di balik pertemuan mereka? Dengan tubuh yang tiba-tiba terasa lemas, Alea menarik napas dalam-dalam. Ia berbalik perlahan, mencoba untuk tidak menarik perhatian. Rasanya, seolah-olah dunia mulai berputar begitu cepat, dan dia tidak bisa lagi mengendalikan semuanya. Namun, sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, Alea berhenti. Matanya kembali memandang Arka dan Dina dari kejauhan, seakan-akan sedang menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Hatinya penuh dengan pertanyaan yang semakin menumpuk, dan dia tahu, untuk mendapatkan jawaban, dia harus berani mengambil langkah selanjutnya. Meskipun itu berarti menghadapi kenyataan yang mungkin jauh lebih rumit dari yang dia bayangkan. Dengan langkah mantap, Alea melangka
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 44 : Mengukir Sunyi

Malampun tiba, Arka kembali ke rumah. Lalu Arka mengunci pintu dan melepaskan sepatu kerjanya. Dia menoleh ke ruang tamu, tempat di mana Alea biasanya berada. Namun, hari ini berbeda. Alea tidak terlihat seperti biasanya. Tidak ada suara tawa atau obrolan ringan seperti yang biasa mereka lakukan setelah Arka pulang kerja. Alea sedang duduk di sudut ruang tamu, di depan kanvas besar yang terletak di atas meja. Tangannya bergerak dengan pelan, menorehkan kuas di atas kanvas, membuat goresan-goresan warna yang terlihat indah, namun terkesan penuh ketegangan. Setiap gerakan terlihat lebih terfokus daripada biasanya, seolah dia sedang berusaha menenangkan sesuatu dalam dirinya yang mungkin tak terlihat. Arka berhenti sejenak di ambang pintu, mengamati. Tanpa berkata-kata, ia melepas jasnya dan mendekati Alea, berdiri di belakangnya. Meski terdengar biasa saja, langkah Arka terdengar lebih berat, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. "Alea," suara Arka terdengar lembut, namu
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 45 : Bayangan di Antara Proyek

Randy duduk di depan layar komputer, matanya bergerak cepat menggeser dokumen-dokumen yang tampak tak ada habisnya. Sebagai seorang yang baru dipindahkan ke cabang ini sebulan yang lalu, banyak hal yang masih harus ia pelajari. Meski begitu, ia tak bisa mengeluh. Ini adalah kesempatan yang tak datang dua kali, dan ia bertekad untuk memberikan yang terbaik. Pagi itu, proyek yang sedang dikerjakan oleh timnya terasa semakin menantang. Proyek besar yang melibatkan teknologi untuk memperbarui sistem dan platform digital yang digunakan oleh banyak klien mereka. Randy tahu ini adalah salah satu ujian besar untuk membuktikan kemampuannya di dunia teknologi. Namun, masih banyak hal yang belum bisa ia kendalikan. Ia belum pernah bertemu langsung dengan banyak klien besar, dan itu menjadi beban tambahan di kepalanya. Sementara itu, para seniornya di kantor tampaknya sudah sangat sibuk dengan proyek-proyek mereka masing-masing. Randy sering mendapati dirinya duduk lama di depan komputer,
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 46 : Momen yang Mengubah Segalanya

Siang itu, Alea duduk di meja makan, secangkir kopi hangat di depan matanya. Hujan di luar belum berhenti sejak semalam, tapi kali ini tidak ada perasaan yang mengikutinya. Udara di dalam rumah terasa lebih sepi, meskipun Arka sudah pergi ke kantor. Raka pun sudah berangkat sekolah, dan suasana di rumah terasa lebih tenang daripada biasanya. Ponsel Alea bergetar, memecah keheningan. Ia mengambil ponsel itu dengan sedikit enggan, melihat nama yang muncul di layar: Arka. Ia menghela napas pelan sebelum membuka pesan tersebut. Arka: “Sayang, akhir pekan ini aku sudah atur semuanya. Kita pergi liburan, ya. Aku dan kamu. Raka akan senang. Ini waktunya buat kita berdua. Aku butuh refreshing kayaknya, aku sudah atur semuanya.” Pesan yang singkat itu tiba-tiba mengaduk-aduk pikirannya. Alea terdiam sejenak, matanya terfokus pada kata-kata yang ada. Liburan? Menghabiskan waktu bersama keluarga? Itu memang terdengar seperti sesuatu yang ia butuhkan, meskipun perasaannya masih campur aduk.
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 47 : Rencana Liburan yang Makin Serius

Setelah memastikan Raka tertidur, Alea dan Arka duduk di ruang tengah. Lampu temaram membuat suasana terasa hangat. Alea membawa dua cangkir teh hangat dan meletakkannya di meja. “Jadi,” Alea memulai dengan nada ringan sambil duduk di samping Arka, “kamu beneran udah cari penginapan, Mas?” Arka mengangguk sambil meraih cangkir tehnya. “Iya, aku lihat-lihat tadi siang. Ada beberapa pilihan, tapi aku pengen tanya kamu dulu. Kamu lebih suka tempat yang dekat dengan pusat kota atau yang agak sepi?” Alea berpikir sejenak. “Aku lebih suka yang sepi sih, Mas. Kalau bisa yang bener-bener dekat sama pantai, jadi Raka bisa main pasir sepuasnya.” Arka tersenyum kecil, seolah sudah tahu jawabannya. “Aku juga mikir gitu. Aku nemu satu penginapan, kamarnya ada balkon yang langsung menghadap laut. Kayaknya cocok buat kita.” Mata Alea berbinar. “Wah, sounds perfect! Berapa hari kita di sana, Mas?” “Tiga hari, gimana? Cukup nggak menurut kamu?” tanya Arka sambil menyesap tehnya. Alea men
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 48 : Liburan yang Memiliki Makna Tersembunyi

Pagi itu, rumah Arka dan Alea terasa lebih sibuk dari biasanya. Di dapur, Alea dengan cekatan menyiapkan bekal makanan ringan yang sudah direncanakannya sejak malam sebelumnya. Dengan tangannya yang cekatan, ia memasukkan beberapa buah, roti lapis, dan snack ke dalam wadah, memastikan semuanya cukup untuk perjalanan. Di ruang tamu, Raka dengan penuh semangat memeriksa ranselnya, tak sabar ingin tahu mainan apa saja yang akan dibawa. “Bunda! Aku bawa truk pasir ini ya?” teriak Raka dari ruang tamu, wajahnya penuh semangat saat mengangkat mainan besar itu. Alea tertawa kecil. “Bawa aja, Nak. Tapi jangan lupa bawa topi pantainya juga, biar nggak kepanasan nanti,” jawabnya, sambil menata barang di meja dapur. “Iyaaa!” jawab Raka, lalu berlari ke kamarnya dengan riang untuk mengambil barang lainnya. Alea menatapnya, senyum tulus melengkung di wajahnya. Kebahagiaan Raka adalah kebahagiaan mereka semua. Meskipun hatinya sedikit terasa berat dengan berbagai pikiran yang mengganggu, ia
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 49 : Hanya Kita Berdua

Malam itu, setelah seharian menikmati pantai, Arka dan Alea duduk di teras penginapan yang menghadap langsung ke laut. Angin laut yang sejuk membelai kulit mereka, sementara lilin-lilin kecil yang menyala memberi sentuhan hangat pada suasana. Di meja depan mereka, seafood yang sudah lama mereka tunggu akhirnya datang: udang rebus, cumi bakar, kepiting saus tiram, semuanya mengundang selera. Alea menyendokkan satu piring udang besar dan menatapnya dengan mata berbinar. “Mas, ini udangnya enak banget sih! Kamu selalu bisa pilih makanan yang nggak pernah gagal, deh,” katanya sambil tersenyum penuh syukur. Arka tertawa kecil, meletakkan piringnya di meja. “Aku kan tahu kesukaan kamu, Alea. Makanan enak buat orang yang spesial.” Alea pura-pura menggulirkan matanya dengan gemas. “Aduh, kamu nih. Selalu aja gitu, sih. Nanti aku jadi malu!” “Tapi kan emang kamu yang spesial,” jawab Arka, tetap dengan senyum nakal di wajahnya. Alea terkekeh, lalu mengambil udang rebus yang sudah dise
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 50 : Perjalanan “Pulang”

Perjalanan pulang dari liburan yang menyenangkan terasa berbeda malam itu. Suasana di dalam mobil masih hangat meski angin malam sudah mulai menusuk. Raka tertidur pulas di kursi belakang, kepalanya bersandar di jendela, dengan tubuh kecilnya yang tampak nyaman dalam selimut tebal yang dipersiapkan Arka. Alea duduk di samping Arka, memandangi pemandangan yang semakin gelap di luar jendela, namun hatinya terasa lebih ringan daripada sebelumnya. Arka, yang tengah menyetir, sesekali melirik ke arah Alea, memperhatikan wajahnya yang tampak lebih tenang, meskipun ada sedikit kecemasan yang masih tampak di matanya. Ia tahu bahwa mereka belum sepenuhnya bisa melupakan semua masalah yang ada, tetapi saat ini, mereka sedang berada di momen yang penuh dengan kehangatan. "Capek, ya?" tanya Arka dengan lembut, suaranya hampir tenggelam dalam kebisuan malam. Alea menoleh, memberikan senyuman tipis. "Iya, sedikit. Tapi aku seneng bisa liburan kayak gini." Arka mengangguk, senyumannya mela
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status