Home / Rumah Tangga / Ranjang yang Bukan Milikku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Ranjang yang Bukan Milikku: Chapter 61 - Chapter 70

139 Chapters

Bab 61 : Jejak di Media Sosial

Pagi itu, Arka duduk di ruang kerjanya, mencoba menyelesaikan laporan mingguan yang sudah terlambat. Ia menyesap kopi hitamnya sambil menatap layar komputer, berharap bisa menyelesaikan semuanya sebelum jam makan siang. Namun, ketenangan itu terganggu oleh suara notifikasi ponselnya yang terus berdentang. Awalnya, Arka mengabaikannya, mengira itu hanya pesan grup kantor biasa. Tetapi ketika notifikasi itu semakin banyak, ia mengernyit, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dengan ragu, ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi pesan. Pesan dari rekan-rekan kerja membanjir: "Pak Arka, ini foto Bapak sama Bu Dina di media sosial, beneran nih?" "Wah, Pak Arka, gosipnya makin rame nih, lihat deh Medsos Bu Dina." "Pak, kok nggak cerita? Foto ini kok mesra banget?" Arka terkejut membaca pesan-pesan itu. Ia buru-buru membuka media sosial dan langsung menemukan unggahan Dina. Di sana, sebuah foto mereka berdua terpampang jelas. Foto itu diambil beberapa waktu lalu, saat merek
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 62 : Sisi Gelap Keputusan

Malam itu, di rumah Alea dan Arka, setelah makan malam selesai, Alea menyusul Arka yang tengah duduk di ruang tamu, termenung dengan secangkir teh di tangannya. "Mas, kamu yakin nggak ada yang kamu sembunyikan dari aku?" tanya Alea hati-hati, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Intuisinya berkata ada sesuatu yang salah. Arka tersentak, tapi dengan cepat menyembunyikan kegugupannya. "Nggak ada, Alea. Aku cuma stres sama kerjaan, itu aja," jawabnya dengan senyum tipis yang dipaksakan. Alea menghela napas panjang, merasa tidak sepenuhnya yakin, tapi ia memilih untuk tidak memaksa. "Kalau begitu, istirahat aja, Mas. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja," ujarnya sambil menepuk pundak Arka pelan, sebelum beranjak menuju kamar. Setelah Alea pergi, Arka memandangi cangkir tehnya yang kini sudah dingin. Di luar, angin malam berdesir pelan, membawa kesunyian yang semakin menambah berat pikiran Arka. Ia tahu, kebohongan ini tidak akan bertahan lama. Dina. Nama itu teru
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 63 : Batas yang Terlalu Dekat

Arka tiba di apartemen Dina sekitar setengah jam setelah telepon dari wanita itu. Begitu pintu dibuka, Dina menyambutnya dengan wajah yang tampak pucat, meskipun ia berusaha memberikan senyum yang tampaknya dipaksakan. Ia mengenakan piyama sederhana, dan tampak lemah, seperti ada beban besar yang membuatnya terhuyung-huyung untuk berdiri. "Masuklah, Arka. Maaf merepotkan kamu," ucap Dina pelan sambil berjalan perlahan menuju sofa, menunduk, dan memegang perutnya seolah itu adalah satu-satunya hal yang bisa ia andalkan untuk berdiri. Arka mengikutinya dengan langkah berat. Ia menutup pintu di belakangnya dan segera mendekati Dina. "Kamu sakit apa? Sudah minum obat?" tanyanya khawatir sambil mengamati sekitar, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya dipenuhi perasaan tak menentu. Dina duduk di sofa, memegangi perutnya dengan satu tangan. "Aku nggak tahu, pulang dari kafe tadi. Aku ngerasa pusing, mual … mungkin maagku kambuh. Aku belum sempat makan apa-apa hari ini," jawabnya,
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 64 : Alasan di Balik Pesan

Malam itu, Alea duduk di ruang tamu, matanya terpaku pada layar ponsel yang sudah lama tidak bergetar. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Arka belum juga pulang. Kecemasan mulai merayapi hatinya, ditambah dengan rasa curiga yang perlahan muncul, karena ini bukan pertama kalinya Arka pulang terlambat tanpa memberi kabar. Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Alea segera meraihnya, berharap itu kabar dari suaminya. Dan memang benar, sebuah pesan masuk dari Arka. Arka: "Maaf ya, Alea. Aku nggak bisa pulang malam ini. Ada kerjaan mendadak yang harus aku selesaikan, jadi aku putusin nginep di kantor biar nggak terlalu capek bolak-balik. Tadi aku udah sampe gerbang kompleks, tapi tiba-tiba aku dapet telepon dari kantor. Kamu istirahat aja, ya. Jangan tungguin aku." Alea membaca pesan itu berulang kali. Kata-kata Arka tampak sederhana, tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak yakin. Ia tahu betul Arka adalah orang yang pekerja keras, tapi alasan ini terasa aneh. Kenapa harus ngin
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 65 : Menghadapi Pilihan

Hari itu, Arka pulang ke rumah setelah semalam tidak kembali, karena menginap di rumah Dina. Perasaan bersalah yang mulai meresap semakin mendalam, terutama setiap kali ia melihat wajah Alea. Sejak beberapa hari terakhir, cemas dan rasa bersalah itu terus mengganggunya. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan semua ini kepada istrinya. Meskipun ia masih mencintainya, ia tahu bahwa setiap keputusan yang ia buat semakin mengarah pada kehancuran hubungan mereka. Setibanya di rumah, Arka memasukkan mobil ke halaman dengan langkah berat. Beban yang ia rasakan terasa lebih berat dari sebelumnya. Ia merasa terjebak, tidak tahu bagaimana harus menghadapi Alea. Meskipun Alea tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Arka bisa merasakan bahwa istrinya pasti sudah merasakan perbedaan dalam diri suaminya. Sejak beberapa kejadian terakhir, suasana di rumah terasa semakin tegang dan penuh kecanggungan. Seperti ada dinding yang memisahkan mereka, meskipun mereka tinggal satu atap. Alea sedang
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 66 : Janji yang Tersabotase

Jam menunjukkan pukul 11, dan Alea mulai bersiap untuk pergi. Sejak pagi, ia merasa cemas ada perasaan aneh yang menyelimuti dirinya. Meskipun Arka telah mengajaknya makan siang bersama, ia tahu bahwa perasaan mereka tidak lagi seperti sebelumnya. Tapi, meskipun hati kecilnya merasakan adanya keraguan, ia memilih untuk tetap pergi. Ini adalah kesempatan untuk kembali terhubung, meski ia tahu jalan yang mereka tempuh tak akan mudah. Dengan langkah pelan, Alea melangkah ke kamar mandi untuk bersiap. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru muda yang sudah lama ia simpan di lemari. Tidak ada yang spesial, hanya pakaian yang membuatnya merasa nyaman dan sedikit percaya diri. Sesekali ia melirik ke jam dinding, memastikan waktu agar tidak terlambat. Sesuatu dalam dirinya berkata bahwa ini mungkin bisa menjadi langkah kecil menuju perbaikan. Setelah selesai berpakaian, Alea keluar dari kamar dan berjalan ke ruang tamu. Matanya sempat berkeliling mencari tas tangan kesayangannya, s
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 67 : Di Tengah Hujan, Aku Melepaskanmu

Randy tertegun saat melihat sosok yang begitu familiar berdiri di bawah kanopi. Apakah dia sedang menunggu hujan reda, atau mungkin menanti seseorang? Wajah Alea tampak pucat, dan tubuhnya terlihat rapuh, seolah anginpun bisa membuatnya jatuh. Di antara genangan air yang perlahan mengisi jalanan, Randy melangkah mendekat, ragu-ragu untuk menyapa, namun hatinya terasa tersentak begitu melihat Alea berdiri di sana, seolah menunggu sesuatu yang tak kunjung datang. “Alea?” Suara Randy terdengar pelan, hampir seperti bisikan, namun ada kepastian dalam nada itu. Ia ingin memastikan bahwa ini benar-benar Alea yang ia kenal. Alea mengangguk perlahan, matanya yang basah berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang terucap. Ia berusaha keras menahan air mata, tapi tidak bisa. Perasaan yang begitu berat dalam dadanya akhirnya meledak. Ia merasa malu, tapi perasaan itu terlalu besar untuk disembunyikan lebih lama. Randy menatapnya dengan kebingungannya yang dalam, seolah mencari jawa
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 68 : Perasaan yang Tertahan

Alea masuk ke dalam mobilnya dengan tubuh basah kuyup, namun yang membuatnya terhenti bukanlah hujan yang deras, melainkan hampa yang menguar di dadanya. Ponselnya terjatuh di kursi sampingnya, dan ia meraihnya dengan terburu-buru, seakan berharap ada kabar dari Arka yang bisa memberi sedikit pelipur lara. Namun layar ponselnya kosong. Hanya keheningan yang memenuhi ruang di dalam mobil, sepi yang terasa lebih pekat daripada hujan yang baru saja reda. Alea menangis, perasaan yang selama ini terkunci dalam dada, kini meledak. Randy, dengan pernyataan cinta yang ia dengar tadi, kini membuatnya berada di persimpangan yang tak bisa ia hindari. Apa yang harus ia lakukan dengan perasaan ini? Mengapa semuanya terasa begitu sulit? Mengapa, setelah semua yang terjadi, ia masih merasa begitu terhubung dengan seseorang yang kini bukan miliknya? Dengan gemetar, Alea menghidupkan mesin mobil. Ia ingin pergi jauh, melarikan diri dari rasa sakit, dari kenyataan yang ia tidak tahu harus bagaima
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 69 : Kehilangan yang Terasa

Sore itu, Alea terbangun dengan perasaan hampa yang masih membebani dadanya. Hujan yang reda tadi seakan meninggalkan jejak kesendirian yang dalam. Langit di luar jendela mulai memerah, menandakan senja datang menghampiri, namun keindahan langit yang memudar itu tidak bisa menghilangkan kekosongan yang menghinggap di hati Alea. Ia memandang ke luar jendela, seakan berharap angin atau hujan akan membawa jawab atas kegundahannya, namun tak ada yang datang. Hanya senja yang perlahan memudar, seperti perasaan yang semakin suram di dalam dirinya. Alea tahu, sekarang adalah waktunya untuk menjemput Raka di rumah ibunya, tempat di mana ia merasa bisa sedikit menghela napas dan mencoba melupakan beban yang ada. Namun, langkahnya terasa berat, seolah-olah setiap detik yang berlalu menambah beban dalam pikirannya. Pikirannya terputar-putar, terjebak antara perasaan kecewa kepada Arka yang terus menghantui, dan kata-kata Randy yang masih terngiang jelas di telinganya. Ia mencoba untuk tida
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 70 : Kekosongan yang Menyiksa

Alea menatap layar ponselnya yang terus bergetar di meja. Nama Arka muncul di sana, terang benderang, seolah memanggil-manggilnya untuk menjawab. Tetapi tangannya enggan bergerak. Ia hanya memandang layar itu, seperti menunggu sesuatu. Apa? Ia bahkan tidak tahu. Ada rasa bingung yang begitu dalam, seakan semua pilihan yang ada terasa salah. Perasaan itu begitu menguasai dirinya, hingga tubuhnya terasa berat, tak mampu untuk bergerak. "Haruskah aku menjawabnya? Apa yang akan ia katakan?" pikirnya. "Permintaan maaf? Janji-janji yang entah akan ia tepati atau tidak? Atau mungkin hanya pembicaraan basa-basi untuk memastikan aku baik-baik saja?" Alea menghela napas panjang, tangannya melingkar di sekeliling tubuhnya, mencoba memberikan kehangatan pada dirinya sendiri. "Apa ia benar-benar peduli? Apa ia menyadari betapa hancurnya aku setiap kali ia mengabaikan kebutuhanku? Tidak, Alea. Jangan jawab. Dia hanya akan membuat semuanya terasa semakin sulit. Dia akan berkata sesuatu yang me
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status