Semua Bab Ranjang yang Bukan Milikku: Bab 51 - Bab 60

138 Bab

Bab 51: Kenangan yang Tertinggal

Alea menatap sejenak, terdiam, mencoba meresapi kenyataan bahwa pria itu sedang berada di restoran yang sama. Arka, yang merasakan perubahan sikap Alea, mengikuti pandangan matanya. Begitu melihat siapa yang dimaksud Alea, ia langsung bisa menebak siapa sosok itu. Sesaat, suasana menjadi sedikit tegang. Randy, yang terlihat sedang berbicara dengan pelayan, akhirnya mengalihkan pandangan dan melihat Alea. Wajahnya menampilkan ekspresi terkejut, namun dengan cepat ia menyapa mereka. "Alea?" Randy menyapa, dengan nada yang cukup ramah, namun ada kesan canggung yang tak bisa disembunyikan. Alea tersenyum, meskipun sedikit kikuk. "Randy, lagi apa di sini?" tanyanya, berusaha menjaga suasana tetap santai. Randy kemudian berjalan mendekat, lalu menjawab, “Aku habis ada janji sama klien, Al.” Lalu mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Arka. "Halo, Arka, kan?" kata Randy, mencoba bersikap sopan. "Senang akhirnya bisa ketemu." Arka mengangguk dan berjabat tangan dengan Randy. "Iya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Bab 52 : Kejujuran yang Terungkap

Setelah makan malam yang hangat dan penuh tawa, mereka melanjutkan perjalanan pulang. Suasana di dalam mobil terasa lebih santai sekarang, jauh dari kecanggungan yang sempat terjadi saat bertemu Randy. Namun, di balik ketenangan itu, ada sebuah pertanyaan yang menggelayuti hati Alea. Alea duduk di samping Arka, matanya memandang ke luar jendela, melihat lampu-lampu kota yang mulai pudar satu per satu. Meski hatinya terasa lebih ringan setelah beberapa hari bersama, ada perasaan yang tak terungkapkan, sebuah keraguan yang belum sepenuhnya hilang. Arka menyetir dengan tenang, namun ia bisa merasakan adanya ketegangan di udara. "Ada yang mengganggu pikiranmu, Al?" tanya Arka, suaranya lembut, mencoba membuka percakapan. Alea terdiam sejenak. Ia menatap tangan Arka yang memegang setir dengan mantap, merasakan kenyamanan yang datang dari sentuhan halus itu. Namun, perasaan cemas tentang Dina yang belum sepenuhnya hilang membuat hatinya masih bertanya-tanya. "Mas, maaf aku mau tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 53 : Malam yang Hangat dan Penuh Cinta

Malam itu terasa berbeda, udara di kamar mereka terasa lebih hangat, meski di luar angin malam bertiup pelan. Alea duduk di tepi tempat tidur, matanya sedikit letih setelah seharian, namun ada kilauan yang tak bisa disembunyikan di wajahnya. Arka memperhatikannya dengan seksama, matanya yang penuh dengan kasih sayang, seolah ingin menyelami setiap detail tentang wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya ini. Alea mengenakan gaun tidur tipis berwarna lembut yang membalut tubuhnya dengan sempurna, mengalir ringan di kulitnya yang halus. Kain itu begitu sederhana, tapi Arka merasa itu lebih indah dari apa pun yang pernah ia lihat. Setiap lekuk tubuh Alea seolah memanggilnya, menimbulkan rasa ingin yang menggelora dalam dirinya. Arka duduk di hadapannya, menatap Alea dengan tatapan yang begitu intens hingga membuat Alea merasa seperti satu-satunya hal yang ada di dunia ini. Semua kata-kata dan kekhawatirannya menguap begitu saja, tergantikan dengan perasaan yang lebih dalam, lebih kua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 54 : Cinta yang Makin Intens

Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Arka dan Alea semakin terasa kuat, seperti dua jiwa yang semakin menyatu dalam ikatan tak terpisahkan. Setiap hari, mereka semakin terbuka satu sama lain, berbicara tentang hal-hal kecil yang mungkin sebelumnya tidak mereka bicarakan. Percakapan yang ringan, tawa bersama, hingga sentuhan kecil yang mengingatkan mereka akan kedekatan yang semakin tumbuh. Pagi itu, seperti pagi-pagi sebelumnya, Alea bangun lebih awal dari Arka. Di dapur, ia menyiapkan sarapan sambil mendengarkan suara langkah kaki Arka yang baru saja terbangun. Tanpa berkata apa-apa, Arka datang mendekat, melingkarkan tangannya di pinggang Alea dari belakang, dan membelai rambutnya yang panjang. “Selamat pagi, sayang,” Arka berbisik, suaranya dalam dan hangat. Rasanya, setiap kata yang keluar dari bibirnya seolah menyatu dengan udara pagi yang lembut, membawa kenyamanan yang hanya bisa mereka rasakan berdua. Alea tersenyum dan menoleh, merasakan hatinya berbunga-bunga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 55 : Gangguan itu

Malam harinya, setelah Raka tidur, Arka mengajak Alea untuk berjalan-jalan di sekitar taman rumah mereka. Udara malam yang sejuk dan bintang yang bersinar menambah suasana romantis. Mereka berjalan berdampingan, tangan mereka sering bersentuhan, hingga akhirnya Arka dengan lembut meraih tangan Alea dan menggenggamnya. “Alea,” suara Arka terdengar lembut, penuh perasaan, “Aku merasa sangat bahagia setiap kali aku bersama kamu. Bahkan ketika kita nggak banyak bicara, aku merasa tenang.” Alea memandang Arka, mata mereka bertemu, dan dalam tatapan itu, ada begitu banyak yang tak perlu diucapkan. “Aku juga merasa begitu, Arka. Rasanya seperti kita mulai menemukan kembali kebahagiaan yang pernah hilang.” Arka tersenyum, memperlambat langkah mereka, membiarkan malam itu menjadi milik mereka berdua. “Aku akan terus berusaha, Alea. Agar kamu tahu betapa berharganya kamu bagi aku. Kamu sudah sangat sabar dengan aku, dan aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.” Alea merasa matanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 56 : Keputusan yang Terlambat

Sore itu, sebelum pulang, Arka mengirim pesan singkat kepada Alea. Arka: “Sayang, malam ini aku akan pulang tepat waktu. Aku kangen Raka, dan aku kangen kamu.” Pesan itu dibalas dengan cepat oleh Alea: Alea: “Kami juga kangen kamu, Mas. Hati-hati nyetirnya ya Mas. Dalam perjalanan pulang, meskipun lelah, Arka merasa lebih tenang. Ia tahu bahwa di rumah, ada dua orang yang selalu menunggunya dengan cinta dan kehangatan yang tulus. Di tengah semua kerumitan hidupnya, keluarga adalah alasan yang membuatnya terus bertahan. Sore itu, Arka menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari biasanya. Hatinya ringan membayangkan waktu yang akan dihabiskan bersama Alea dan Raka malam ini. Ia bahkan sempat mampir ke toko roti di dekat kantor untuk membeli kue kesukaan Raka, sebagai kejutan kecil. Namun, saat ia berjalan menuju mobilnya di area parkir, langkahnya terhenti ketika seseorang berdiri di depannya. Dina. --- “Arka, aku butuh bicara,” ucap Dina dengan nada yang terdengar putus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 57 : Kembali ke Rumah

Arka menutup pintu mobil dengan pelan, berusaha menenangkan dirinya setelah percakapan yang berat dengan Dina. Jantungnya masih berdetak kencang, pikirannya terasa penuh dengan tumpukan kekhawatiran dan penyesalan. Tetapi ketika ia melihat rumah kecilnya yang penuh dengan kenangan, segala kecemasan itu sedikit mereda. Ia tahu, apa yang telah dilakukannya, walaupun sulit, adalah langkah yang benar untuk keluarganya. Langkahnya terasa lebih ringan ketika ia mendekati pintu rumah. Sebelum mengetuk pintu, ia mengirim pesan singkat kepada Alea. Arka: “Aku sudah sampai di depan, Sayang. Cuma butuh beberapa menit lagi.” Pesan itu langsung dibalas dengan cepat. Alea: “Aku dan Raka udah nunggu. Mas cepat masuk ya.” Tersenyum melihat balasan itu, Arka membuka pintu dan memasuki rumah. Wangi masakan dan kebersihan rumah langsung menyambutnya. Di ruang tamu, Alea sedang duduk di sofa, dengan Raka yang sedang bermain mobil-mobilan di lantai. Melihat mereka, hati Arka langsung terasa lebi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 58 : Seminar dan Wawasan Baru

Pagi itu, Alea bangun lebih awal dari biasanya, jauh sebelum suara alarm pertama kali terdengar. Jam menunjukkan pukul lima pagi, dan meski tubuhnya masih terasa lelah, hatinya penuh semangat. Hari ini adalah seminar penting yang sudah ia tunggu-tunggu tentang penerapan terapi seni dalam penyembuhan psikologis. Alea bergegas menuju dapur, memulai rutinitas pagi dengan menyiapkan sarapan dan bekal sekolah untuk Raka. Ia memang bukan tipe yang bisa meninggalkan rumah begitu saja tanpa memastikan semuanya teratur. Ia menyiapkan dua porsi sarapan sederhana. Roti bakar dengan selai, serta segelas susu hangat untuk Raka. Di sampingnya, ia menyiapkan bekal makan siang untuk Raka, lengkap dengan nasi, ayam panggang, dan sayuran. Semuanya disusun rapi dalam kotak makan dan diletakkan di atas meja. Setelah semua selesai, Alea melihat jam di ponselnya. Ia masih punya cukup waktu untuk membereskan semuanya dan meninggalkan pesan untuk Arka. Alea berjalan ke dapur dan mulai memeriksa segala
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 59 : Pertemuan tak terduga

Alea terkejut melihat Randy di sana, tetapi segera tersenyum dan melambai. “Randy! Kita ketemu lagi.” sapa Alea sambil mendekat. Randy tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Alea. "Hai Alea. Aku baru saja selesai dengan beberapa urusan di sini. Tapi ... kenapa kamu di sini, kamu ikut seminar?" Alea sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tetapi senyumnya tak hilang. "Iya, baru selesai seminar. Tadi tentang penerapan terapi seni dalam penyembuhan psikologis." “Oh, seminar seni ya? Wah, menarik juga, kayaknya aku belum pernah denger soal itu sebelumnya,” jawab Randy, nada suaranya menunjukkan ketertarikan. Beberapa saat setelah percakapan singkat itu, Randy memandang jam tangannya dan sepertinya memikirkan sesuatu. “Al, kamu udah selesai seminar kan? Gimana kalau kita minum teh dulu sebelum kamu pulang? Aku tahu tempat yang enak buat santai sebentar. Nggak jauh dari sini, kok.” Alea terkejut dengan tawaran itu, tapi ia merasa cukup nyaman berbincang dengan Randy setelah pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 60 : Perasaan yang Terungkap

Setelah percakapan yang mendalam dengan Randy, Alea merasa emosinya sedikit terombang-ambing. Di satu sisi, ia merasa lega telah mengungkapkan batasan dan kejujurannya, namun di sisi lain, perasaan campur aduk itu tidak bisa begitu saja ia buang. Saat mobilnya melaju menuju rumah, pikirannya terputar-putar antara rasa bersyukur atas percakapan yang jujur itu dan kesadaran bahwa ia harus kembali ke kenyataan. Hidupnya sudah penuh dengan komitmen pada keluarga. Sampai akhirnya, ia tiba di rumah. Suasana yang tenang dan familiar menyambutnya. Raka dan Arka sudah ada di rumah, dan keduanya sedang menghabiskan waktu bersama di ruang tamu. Arka melihat ke arah Alea dan memberikan senyuman hangat, sedangkan Raka yang sedang bermain dengan mainan kesukaannya, hanya melirik sesaat. Alea masuk dan segera meletakkan tasnya di meja. Arka bangkit dari tempat duduknya dan mendekat. “Seminar seru, kan?” tanya Arka sambil menatap Alea dengan penasaran. Alea tersenyum dan mengangguk. “Iya, ser
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status