Semua Bab Hamil Anak Calon Wakil Presiden: Bab 61 - Bab 70

136 Bab

Bab 61

Setelah akting yang melelahkan di acara yang diselenggarakan Nursyid untuk mempromosikan produk LighGlow cosmetics, Anindya akhirnya kembali ke kamarnya. Ia menjatuhkan diri di atas ranjang yang empuk, tetapi rasa lelah fisik tidak mampu meredam kegelisahan dan amarah yang berkecamuk di dalam hatinya. Tatapan matanya kosong menatap langit-langit, sementara suara hatinya terus bergemuruh."Anak itu benar-benar meresahkan!" gumam Anindya dengan nada geram, tangannya mengepal kuat hingga kuku-kukunya hampir menembus telapak tangannya. "Dia membantai habis-habisan peranku! Apa yang dia pikirkan, mempermalukan aku seperti itu?"Rasa frustasi membuatnya bangkit dengan kasar dari ranjang. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja samping, berharap menemukan pelipur lara di antara komentar-komentar para penggemarnya di media sosial. Dengan cepat, ia membuka aplikasi favoritnya, dan benar saja—kolom komentarnya dipenuhi pujian."Kak Anindya sangat keren! Meskipun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 62

Keesokan harinya, panggung megah yang dipenuhi dengan ornamen kerajaan kembali dihiasi oleh ketiga pemerannya—Nursyid, Aisyah, dan Anindya. Kamera siaran langsung mulai merekam, menangkap momen ketika Nursyid, dengan penuh wibawa, berdiri di tengah panggung sebagai raja yang bijaksana. Suaranya menggema dengan nada serius namun tenang, membawa suasana yang segera menyita perhatian penonton.“Baiklah, istri-istriku tercinta,” katanya dengan nada mendalam, “bagaimana hasil rencana kalian untuk melawan negara seberang? Apakah persiapan kita sudah matang?”Anindya, yang memerankan permaisuri, melangkah maju dengan anggun. Wajahnya yang dihiasi senyum tipis menyembunyikan kelelahan luar biasa yang membayang di matanya. Ia berjongkok dengan penuh hormat, menyerahkan sebuah gulungan yang terlihat kuno ke tangan Nursyid.“Ini, yang mulia,” katanya lembut, suaranya penuh kesopanan.Nursyid menerima gulungan itu dengan kedua tangannya, mengangkatnya tinggi-
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 63

Setelah syuting berakhir, malam menyelimuti studio dengan keheningan yang kontras dengan keramaian beberapa jam sebelumnya. Anindya sudah lebih dulu pulang, meninggalkan lokasi dengan wajah lelah tapi penuh semangat untuk melanjutkan usahanya mengumpulkan vote. Sementara itu, Aisyah baru saja melangkah keluar dari studio, menghirup udara malam yang sejuk. Namun, langkahnya terhenti saat melihat sosok Nursyid yang berdiri di parkiran, terkekeh kecil sambil menatap ponselnya. Cahaya layar ponsel memantulkan kilatan matre di wajah pria itu, membuat Aisyah mendekat dengan rasa penasaran.“Banyak dapat uang, ya?” tanyanya dengan nada santai, namun terselip senyum nakal yang membuat Nursyid menoleh.Nursyid menatap Aisyah dengan senyum sombong, seperti seorang raja yang baru saja menaklukkan kerajaan lain. “Tentu saja!” jawabnya, suaranya penuh kebanggaan. “Sistem vote itu benar-benar ide jenius! Rekeningku dibanjiri uang. Aku kaya, Aisyah! Semakin kaya!”Aisyah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 64

Di dalam kamar mewah dengan lampu-lampu hias yang memancarkan kehangatan, Anindya duduk di sofa empuknya, dikelilingi oleh perangkat makeup, kartu-kartu bank, dan ponsel yang tak pernah lepas dari tangannya. Suasana malam yang seharusnya menenangkan berubah menjadi ajang strategi pribadi yang penuh ketegangan. Dengan penuh semangat, jari-jarinya terus mengklik layar, memastikan setiap transaksi berjalan mulus untuk membeli produk LightGlow Cosmetics."Semuanya harus sempurna," gumamnya, wajahnya penuh tekad. Namun, di balik keanggunan geraknya, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Ia tidak sekadar membeli untuk dirinya sendiri. Beberapa penggemarnya yang setia sudah diberi uang agar turut membantu vote untuk dirinya. Anindya tahu, memenangkan hati penggemar adalah kunci kemenangan dalam kompetisi ini.Namun, tiba-tiba, tangannya terhenti. Layar ponselnya memunculkan angka yang membuat matanya membelalak. Saldo rekeningnya… mendekati nol!"Hah? Apa-apaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 65

Panggung kembali dipenuhi nuansa megah ala kerajaan, lengkap dengan pernak-pernik yang membuat suasana terasa hidup. Gemerlap lampu berwarna emas menerangi setiap sudut, menambah aura dramatis pada momen penting itu. Di tengah-tengah panggung, berdiri Nursyid dengan pakaian kebesaran seorang raja, auranya penuh wibawa. Dalam genggamannya, sebuah gulungan keputusan yang akan menentukan senjata mana yang akan digunakan untuk menghadapi negara seberang."Istri-istriku…" Nursyid membuka suaranya, tegas namun penuh karisma. Ia melayangkan pandangannya ke arah Anindya dan Aisyah, kedua wanita yang berdiri di sisinya. "Kalian berdua adalah wanita hebat. Aku bangga pada kalian. Kalian telah mempersembahkan ide-ide luar biasa untuk masa depan kerajaan ini. Di tanganku sekarang ada hasil keputusan dari rapat para petinggi dan suara rakyat. Pilihan senjata untuk perang melawan negeri seberang akan segera diumumkan."Ia mengangkat gulungan itu tinggi-tinggi, membuat semua mata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

Bab 66

Malam itu, suasana di ruang keluarga terasa sunyi meski lampu-lampu menerangi ruangan dengan hangat. Sulistyo duduk di sofa, memandang layar TV yang baru saja menayangkan acara siaran langsung produksi Nursyid. Tangannya menggenggam remote, namun tidak segera mematikannya. Napasnya terdengar berat, terhela berkali-kali, mencerminkan gejolak emosi yang tak terungkapkan. Setelah beberapa saat, Sulistyo akhirnya mematikan televisi. Ia meletakkan remote di atas meja dengan sedikit hentakan, lalu bersandar di sofa. Kepalanya menengadah, matanya menatap lampu-lampu yang tergantung di langit-langit. Hatinya terasa berat, dipenuhi perasaan yang sulit didefinisikan—campuran antara marah, kesal, dan rasa tidak percaya. Dalam keheningan itu, pikirannya berputar-putar, mencoba mencari logika di balik apa yang baru saja ia saksikan. "Nursyid... Apa-apaan orang itu? Dia berakting menjadi raja seolah-olah dunia ini miliknya. Dan lihat saja, permaisuri yang ia pilih ad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

Bab 67

Hari itu, istana negara tampak lebih ramai dari biasanya. Kedatangan mantan presiden Jatmiko bersama istrinya, Ratri, menciptakan suasana yang kental dengan keseriusan. Agenda utama mereka adalah membahas pernikahan antara Sulistyo, putra mereka, dengan Anindya, wanita yang memiliki posisi penting dalam sejarah Dwipantara. Namun, ada satu kendala besar yang menjadi bayangan di balik pertemuan ini—Aisyah, istri sah Sulistyo, yang belum tentu menerima keputusan ini dengan baik.Di ruang utama istana, Jatmiko duduk dengan tenang, tetapi tatapannya penuh pertimbangan. Ratri, di sisi lain, menunjukkan senyum tipis, meski sorot matanya memperlihatkan ketegangan yang tersembunyi. Di seberang mereka, Anindya duduk tegak, mencoba mempertahankan ketenangan meski di dalam hatinya ia sedang bergulat dengan perasaan campur aduk.“Jadi, bagaimana, Nak?” tanya Ratri, tatapannya penuh harap. “Apa Anindya sudah siap menikah dengan Sulistyo dan menjadi istri keduanya?”Pert
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 68

Aisyah merebahkan diri di ranjangnya, tubuhnya terasa lelah setelah semua drama hari itu. Ia memejamkan mata, berharap bisa segera tenggelam dalam tidur. Namun, harapan itu musnah saat ponselnya berbunyi tiba-tiba, memecah keheningan malam. Layar ponsel menampilkan nomor yang tidak dikenal. Dengan napas berat, Aisyah menggeser layar, mengangkat panggilan itu.“Halo, ini siapa?” tanyanya dengan nada kesal. Tangan kanannya sibuk mengucek matanya yang berat karena kantuk.Suara tajam langsung terdengar dari seberang, menusuk telinga Aisyah dengan kemarahan yang tak terbendung. “Hey, wanita murahan! Ini aku, Anindya!”Aisyah mengangkat alis, lalu menyeringai penuh arti. Mendapatkan telepon dari calon istri suaminya sendiri adalah hiburan malam yang tidak ia sangka-sangka. Jiwa roasting yang terpendam dalam dirinya langsung bergolak. “Aku? Murahan? Lucu sekali. Sepertinya kau sedang membicarakan dirimu sendiri. Kamu adalah cerminan dari apa yang kamu tuduhkan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 69

Di sebuah taman sepi di tengah kota, Aisyah duduk di bangku kayu, kedua tangannya terlipat di depan dada. Tatapannya tenang namun tajam, menanti kedatangan seseorang. Tak lama, langkah sepatu Anindya terdengar memecah keheningan. Wanita itu mendekat dengan wajah tegang, pandangannya penuh dengan rasa penasaran yang bercampur amarah. Aisyah menoleh, menyunggingkan senyum tipis. "Ah, akhirnya kau datang juga. Aku hampir bosan menunggumu." Anindya berdiri di depan Aisyah, memandangnya tajam tanpa basa-basi. "Aisyah! Apa kau serius? Kau benar-benar menikah dengan wakil presiden karena diperkosa?" suaranya penuh nada tidak percaya, bahkan cenderung menuduh. Aisyah mengangkat bahu, seolah pertanyaan itu tidak berarti apa-apa baginya. "Tentu saja. Untuk apa aku berbohong padamu? Tidak ada untungnya." Nada bicaranya datar, namun sarat dengan ketegasan yang membuat Anindya semakin gelisah. Anindya mengepalkan tangan, matanya menatap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 70

'Ba- bagaimana ini? Bukti-buktinya terlalu banyak...' Anindya memegangi kepalanya, jemarinya meremas rambutnya sendiri dengan panik. Wajahnya pucat pasi. 'Saksinya juga bukan orang sembarangan. Mereka... mereka orang-orang yang tidak mungkin bisa disogok. Bagaimana caranya aku menyangkal semua ini?' batinnya bergemuruh, mencoba mencari celah dalam kekalutan.Namun sebelum ia bisa berkata apa-apa, suara dingin dan tajam memotong lamunannya."Tidak perlu menyangkal." Suara itu datang dari Nursyid, yang kini berdiri dengan ekspresi penuh kebencian. Tatapannya menusuk langsung ke hati Anindya, membuat wanita itu mundur setengah langkah. "Keluarga itu... bukan manusia. Mereka tidak lebih dari binatang."Tangan Nursyid mengepal erat, jemarinya gemetar karena amarah yang ia tahan. Matanya memerah, air mata mulai menggenang di sudut matanya, namun ia tetap berdiri tegak, mencoba menjaga kendali. "Prasetya... adik Sulistyo, yang kalian kenal sebagai politisi yang b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status