All Chapters of Hamil Anak Calon Wakil Presiden: Chapter 71 - Chapter 80

99 Chapters

Bab 71

Anindya terbaring di ranjangnya, menatap langit-langit kamar dengan mata yang terbuka lebar. Pikirannya penuh dengan kekacauan, berputar seperti badai yang tak kunjung reda. Adegan-adegan dari pertemuan di taman tadi terus menghantui pikirannya, memunculkan rasa takut yang bercampur dengan kebingungan."Apa-apaan ini?!" gumamnya pelan, namun suaranya menggema di keheningan kamar. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menenangkan diri. "Aku hanya ingin menikah dengan pria kaya... Tapi kenapa setiap kali aku hampir mendapatkannya, selalu saja ada halangan?!"Ia menghela napas panjang, lalu melepaskan tangannya dari wajah. Tatapannya kosong, terarah pada lampu kamar di atasnya. Kilasan masa lalu muncul dalam pikirannya. "Saat itu, aku gagal menikah karena ternyata pria itu sudah punya istri..." Anindya berbicara pada dirinya sendiri, mencoba merangkai logika di tengah pusaran emosinya. "Dan yang lain... dia gagal juga, karena pria itu ingin punya istri lebi
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 72

Keesokan paginya, Anindya menaiki mobil mewah yang telah disiapkan untuk membawanya ke istana negara. Pikirannya dipenuhi dengan kebimbangan dan tekanan. Meski wajahnya tersenyum, hatinya terasa berat. Ia memandang keluar jendela, memperhatikan gedung-gedung tinggi yang berjejer di sepanjang perjalanan, tetapi tak satu pun pemandangan itu benar-benar ia nikmati.Setibanya di istana, Ratri sudah menunggunya di ruang tamu utama. Wanita itu menyambut Anindya dengan senyuman ramah yang terasa dingin, seperti topeng yang dirancang untuk menutupi niat sebenarnya."Selamat datang, Anindya," sapa Ratri lembut. "Ayo, kita mulai. Ini hari penting untukmu."Anindya mengangguk dan mengikuti langkah Ratri menuju ruang pertemuan besar yang telah disulap menjadi galeri pribadi. Di tengah ruangan itu, sebuah meja besar dipenuhi buku-buku tebal berisi desain gaun pengantin tradisional yang mewah. Sulistyo dan Jatmiko, ayahnya, sudah duduk di sana, keduanya tampak datar tan
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 73

Malam itu, kegelapan pekat menyelimuti istana negara. Lampu-lampu kota yang gemerlap tampak seperti bintang yang tersebar di bawah langit malam, namun keindahan itu tak mampu mengusir hawa mencekam yang mengelilingi kamar Wakil Presiden Sulistyo.Di balkon kamar megahnya, Sulistyo berdiri diam. Tatapannya menembus kegelapan, memandang kota yang padat dengan ekspresi dingin dan penuh ambisi. Angin malam menerpa wajahnya, namun rasa dingin itu tak mampu menembus dinginnya hati pria itu. Di matanya, kota itu adalah sesuatu yang harus ditaklukkan, dipeluk dalam genggamannya, seperti seorang raja yang tak ingin ada satu pun rakyat yang luput dari kendalinya.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari belakang, diikuti suara seorang pria yang berbicara dengan nada dalam dan penuh penghormatan. "Tuan ..."Sulistyo tak berbalik. Tubuhnya tetap kaku, memancarkan wibawa yang menekan siapa pun yang ada di sekitarnya. "Bagaimana?" tanyanya dengan suara rendah namun
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 74

Pagi itu, suasana istana negara terasa berbeda. Langit biru cerah seakan bertolak belakang dengan ketegangan yang memenuhi ruang tamu megah. Anindya tiba dengan anggun, mengenakan pakaian tradisional yang dipadukan dengan gaya modern. Gaunnya yang berwarna pastel mengalir lembut, mempertegas pesona elegannya. Setiap langkahnya diiringi oleh tatapan kagum para staf istana yang kebetulan melihatnya.Saat memasuki ruang tamu, Ratri, ibu Sulistyo, menyambutnya dengan senyum ramah. "Nak Anindya ... Silakan duduk!" Suaranya lembut, penuh kehangatan yang membuat siapa pun merasa nyaman.Anindya menuruti arahan itu dengan sikap penuh keanggunan. Ia duduk di sofa, kakinya dirapatkan dan sedikit dimiringkan, tangannya terlipat di pangkuan. Namun, sebelum suasana bisa menjadi lebih santai, Sulistyo masuk dengan langkah cepat, tatapannya tajam seperti elang yang mengincar mangsanya.Tanpa basa-basi, Sulistyo langsung bertanya. "Anindya, apa yang kau rencanakan dengan
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 75

Malam itu, suasana di istana negara terasa mencekam meski tidak ada satu pun tanda bahaya yang nyata. Sulistyo melangkah masuk ke kamarnya dengan raut wajah gelap, kemarahan dan kekhawatiran bercampur dalam pikirannya. Lampu di kamar itu hanya menyala remang, membuat bayangan tubuhnya tampak besar di dinding. Dengan gerakan cepat, ia meraih ponselnya, menekan tombol panggilan yang sudah tersimpan. "Rayhan! Bagaimana dengan Aisyah? Ada tanda-tanda gadis itu membuat ulah?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi. Nada suaranya tajam, penuh tekanan, seolah setiap kata adalah perintah mutlak yang harus segera dipatuhi. Dari seberang telepon, suara Rayhan terdengar tegas tetapi tetap hormat. "Tidak ada, Tuan. Nona Aisyah saat ini sedang sibuk dengan syuting iklan yang dibintanginya. Sejauh ini, tidak ada gerak-gerik mencurigakan darinya. Tuan tidak perlu khawatir." Sulistyo diam sesaat, mendengarkan laporan itu dengan alis berkerut. Namun, rasa tid
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 76

Istana negara hari itu berubah menjadi pusat perhatian dunia. Sebuah pernikahan megah yang jauh lebih mewah dari pada sebelumnya digelar di sana. Para tamu undangan, termasuk pejabat tinggi, tokoh masyarakat, dan wartawan dari berbagai media, memenuhi aula utama yang dihiasi gemerlap lampu kristal dan rangkaian bunga segar yang membentuk lorong megah menuju pelaminan.Sulistyo, dengan pakaian tradisional Javanagara yang memancarkan wibawa, berdiri di tengah aula. Wajahnya tampak bersinar, penuh percaya diri, seolah pernikahan ini adalah puncak dari kesuksesannya. Kilatan kamera terus menyorotnya, memotret setiap sudut keanggunannya.Tak lama, perhatian para tamu beralih. Dari ujung aula, Anindya muncul dengan elegan, mengenakan gaun pengantin putih yang berkilauan di bawah cahaya lampu. Di belakangnya, Aisyah, sebagai bridesmaid, memegangi ujung kain batik panjang yang menjuntai dari gaun Anindya. Langkah mereka perlahan, tetapi setiap langkah membawa ketegangan ya
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 77

"Kalian tidak bisa melakukan ini padaku! Aku wakil presiden! Kalian tidak punya hak menangkapku!" Sulistyo meraung, suaranya menggema di aula megah yang kini berubah menjadi arena pengadilan publik. Tubuhnya meronta-ronta saat aparat keamanan dengan sigap membawanya pergi. Namun, jeritannya hanya terdengar seperti bunyi rantai yang terputus—sia-sia, tanpa daya.Para tamu yang masih berada di tempat hanya bisa menyaksikan kejadian itu dengan bisu. Wajah-wajah mereka dipenuhi kebingungan, kecemasan, dan sedikit rasa puas. Bisikan-bisikan pelan mulai menggema di antara mereka, dan kamera para wartawan dengan gencar mengabadikan setiap gerakan Sulistyo yang dipaksa keluar aula.Di sisi lain kota, suasana di kantor Nursyid jauh dari tenang. Puluhan wartawan mengepung gedung itu, menunggu setiap pernyataan dari pria yang selama ini dikenal dengan kepiawaiannya dalam bermain di belakang layar. Namun, saat Nursyid keluar untuk menemui mereka, ia hanya memberikan senyum tip
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 78

Di aula istana negara, suasana yang biasanya serius mendadak dipenuhi tawa dan canda. Namun, di tengah keramaian itu, Nursyid tampak berseri-seri, senyum lebarnya membuat beberapa orang di ruangan mengangkat alis heran. Ia mengangkat gelas jus jeruknya dan berbicara dengan nada penuh kepuasan."Kalian sudah lihat hukuman yang akan dijatuhkan kepada Sulistyo? Aku puas sekali melihatnya! Dia akan dihukum mati! Yeay!" serunya dengan semangat yang berlebihan, bahkan menambahkan, "Sekalian adiknya juga dihukum mati ..."Mahendra, yang duduk di seberang meja, hanya memandang Nursyid dengan tatapan bingung sekaligus geli. "Kalau begitu, kenapa kau tidak laporkan ulang saja kasus hukuman mati adikmu yang tidak masuk akal itu?" tanyanya dengan nada serius namun penuh rasa ingin tahu.Nursyid mendengus kesal, lalu meletakkan gelasnya dengan keras di meja. "Boleh saja ... Tapi sayangnya, surat penangkapan bahkan surat hukuman tidak ada padaku. Keluarga sialan itu sud
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 79

Aisyah tersenyum kecil, mengangguk penuh keyakinan. "Boleh saja. Tapi, setelah Sulistyo benar-benar sudah dieksekusi, ya."Jawaban itu membuat Mahendra merasa lega, seolah beban berat yang selama ini menekan dadanya mulai menguap. Namun, di balik senyumannya, hatinya masih menyimpan tanda tanya yang tak terjawab. Setelah beberapa saat terdiam, ia memberanikan diri untuk bertanya. "Kalau boleh tahu ... Kenapa kau menerima pertanyaan asal-asalanku tadi dengan begitu mudah?"Aisyah menatapnya, sejenak terdiam, lalu terkekeh pelan. "Harusnya aku yang bertanya pada Kak Mahendra. Apa yang membuat Kak Mahendra nekat ingin memiliki hubungan seperti itu denganku? Kak Mahendra tahu sendiri, kan? Jika Sulistyo mati, aku akan jadi janda. Di Dwipantara, masih banyak orang yang memandang rendah seorang janda. Apalagi janda dari wakil presiden yang terkenal karena korupsi. Wah ... Aku tidak tahu serendah apa harga diriku di mata dunia."Nada suaranya penuh kepahitan. Sen
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 80

Mahendra tersenyum kecut mendengar jawaban Aisyah. Ada nada kecewa di wajahnya, namun ia mencoba menyembunyikannya dengan sikap yang tenang. "Baiklah, kalau itu keputusanmu, aku tidak akan memaksa. Tapi ingat, aku di sini jika kau butuh bantuan."Aisyah mengangguk kecil, namun perhatian mereka segera teralihkan oleh bunyi ponsel Aisyah yang bergetar di atas meja. Ia mengambilnya, membuka notifikasi yang ternyata berasal dari akun-akun penggemarnya. Semua akun itu menandai namanya di unggahan video yang kini tengah viral di berbagai media sosial.Wajah Aisyah sedikit memucat, namun ia tetap tenang. Video yang menunjukkan tragedi kelam saat ia menjadi korban Sulistyo kini tersebar luas, meskipun wajah dan tubuhnya sudah di-blur untuk unggahan ulang. Mahendra, yang melihat perubahan ekspresi Aisyah, segera mendekat dengan wajah khawatir. "Apa kau baik-baik saja? Video itu ... bukankah seharusnya wajah dan tubuhmu tidak terlihat jelas?" tanyanya, nada suaranya penuh kegelisahan.Aisyah m
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status