Sulistyo pulang ke rumah dengan langkah berat. Pikirannya kalut, dadanya sesak oleh rasa marah dan kecewa yang bercampur aduk. Sesampainya di ruang tamu, ia langsung menemui kedua orang tuanya. Matanya yang merah dan berkaca-kaca membuat Ratri, ibunya, panik. "Ayah... Ibu..." Sulistyo memanggil dengan suara bergetar. Ratri segera mendekat, memeluk putranya erat. "Ada apa, Nak? Kenapa menangis? Siapa yang menyakitimu?" tanyanya cemas, matanya memindai wajah putranya, mencari tanda-tanda luka. Dari arah ruang kerja, Jatmiko, ayahnya, muncul dengan ekspresi datar. "Ada apa? Laki-laki tidak boleh menangis, ingat? Kau sudah besar!" ucapnya dengan nada tegas, mencoba mengintimidasi. Sulistyo menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. "Ayah... Ibu... Ainun..." katanya akhirnya, dengan suara parau. Ratri memiringkan kepala, bingung. "Ainun? Teman sek
Last Updated : 2024-12-15 Read more