All Chapters of Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Chapter 221 - Chapter 230

264 Chapters

221. Tak Semua Yang Hancur Itu Terlihat

Lilia membeku hingga tanpa sadar payung yang ada di tangannya jatuh ke tepi jalan. Dinginnya gerimis yang menerpa kepalanya itu seperti tak dirasanya. "Apa maksudnya ini?" tanya Lilia seorang diri. "Gretha hamil? Dan mereka bilang ... itu adalah tanggung jawab William?" Di hari seharusnya ia bertemu dengan William ia malah mendapat berita seperti ini? Tubuhnya meremang saat Lilia membaca isi berita tersebut yang mengatakan sesuatu seperti … William mengusir Gretha yang tengah hamil agar pergi meninggalkan lobi miliknya. [Dalam keadaan hamil besar, ia diusir pergi dan tak diizinkan masuk. Saksi di lokasi mengatakan bahwa William menyebut bahwa anak yang dikandungnya itu bukanlah anaknya. Sampai berita ini meluas, rekan media masih melakukan penelusuran kebenaran terhadap skandal tersebut.] Hatinya terasa sangat sakit … Lilia menghela napasnya yang terasa sangat sesak. “Kenapa aku tidak pernah diberi tahu soal ini?” tanya Lilia seorang diri. Bibirnya gemetar saat ia menunduk untu
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

222. Dia Tidak Pantas Menyakitimu

“Keano ….” Lilia memanggilnya dengan suara yang terasa serak. “Keano sudah membuat Mama terharu, terima kasih sudah peduli.” Lilia memeluk Keano saat itu juga. “Terima kasih,” bisiknya. “Terima kasih Keano sudah menghibur Mama dengan kalimat yang hangat, Sayang ….” “Sama-sama, Mama,” jawab bocah kecil itu. Saat Lilia menarik dirinya dari Keano, jari kecil Keano kembali menghapus air mata yang meleleh di pipi Lilia. “Jadi kenapa Mama bersedih?” tanyanya, kembali memperdengarkan suara manisnya. “Tadi Keano dengar Oma telepon Opa dan bilang kalau Mama ada di dalam kamar terus, makanya Keano ke sini.” “Ada sedikit masalah,” aku Lilia. “Tapi Keano tidak perlu khawatir karena nanti semuanya pasti akan membaik.” “Sungguh?” Lilia menganggukkan kepalanya dengan penuh keyakinan, “Iya, sungguh, Sayang ….” “Keano tidak mau kalau Mama bersedih. Keano sudah melihat Mama Iva sering bersedih dulu, jadi Keano tidak mau melihat Mama bersedih juga.” “Baik, Mama tidak akan bersedih,” tanggap Lili
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

223. Pembuat Skandal Liar

“Papa menduga Gretha mendengar percakapan Papa dengan Zain,” imbuh Tuan Alaric saat Lilia menegang di tempat ia duduk. “Papa berfirasat buruk sehingga pergi ke vila itu dan menemukan kamu serta Keano ada di pinggir jalan dalam keadaan yang menyedihkan. Papa dan Zain menduga bahwa Gretha meminta seseorang untuk membakar vila itu.” Lilia tidak pernah mendengar hal itu sebelumnya. Satu-satunya hal yang ia ingat dengan jelas itu adalah saat ia terbangun di rumah sakit dan bertanya pada Tuan Alaric tentang apa yang terjadi padanya sehingga ia berada di sana tetapi ayahnya itu mengatakan bahwa—untuk saat itu—Lilia tidak perlu tahu. Sepertinya Lilia akan menemui kebenarannya sekarang …. “Karena Dokter mengatakan kehilangan ingatanmu akibat cedera serta bisa juga dipicu trauma akibat peristiwa kebakaran itu, maka Papa memutuskan untuk tidak mengatakannya. Apalagi soal kehamilan Gretha itu.” Tuan Alaric mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia tersenyum pada Lilia yang kedua tangannya meraih can
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

224. Cinta Dan Luka Samar Bedanya

Benar … Gretha sendiri lah yang menyebarkan berita tentang dirinya itu. Bahwa setelah ia bertemu dengan Henry malam itu, ia menghubungi pria itu kembali saat sudah tiba di rumah. ‘Ini adalah permintaanku yang terakhir padamu, Henry.’ Gretha ingat ia mengatakan itu pada Henry. ‘Aku ingin kamu besok datang ke Velox dan memotret apapun yang akan aku lakukan pada William.’ Henry yang bodoh—pikir Gretha—dan terbutakan oleh cintanya tentu saja menyanggupi apa yang ia minta. Maka keesokan paginya, Gretha datang ke Velox dan memeluk William di lobi. Tapi hal itu gagal ia lakukan gara-gara si tangan kanan William bernama Giff yang siaga. Reflek pemuda itu ia rasa lebih cekatan dari kecepatan cahaya dan berhasil menepisnya. Namun Gretha tak menyangka bahwa foto yang didapatkan oleh Henry saat memotretnya dari kejauhan itu justru memberi hasil yang lebih baik—jauh lebih baik daripada yang ia harapkan. Giff yang menepis dirinya dan William yang tampak tak peduli dengan keberadaannya itu t
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

225. Di Tempat Kecil Itu Kita Bertemu

Lilia terjaga begitu mendengar panggilan William. Ia menunduk dan membalas sapaan itu dengan mengatakan, “Selamat pagi.” “Selamat pagi, Lilia,” balasnya. “Duduklah.” Mereka kemudian duduk di tempat di mana di atas meja itu ada satu buket bunga mawar merah berukuran besar. “Kamu mau memesan apa?” tanya William setelah mereka berhadapan dengan dipisahkan oleh meja bundar. “Apa saja yang Anda pesan,” balas Lilia, sekilas mencuri pandang pada William yang samar menganggukkan kepalanya. “Apa Anda datang sendiri, biasanya Anda bersama dengan Pak Giff.” “Iya,” jawab William atas tanya Lilia. “Aku datang sendiri. Tadi Giff mengatakan padaku kalau dia bisa mengantarku tapi aku ingin pergi menemuimu sendiri.” Lilia turut mengangguk sebagai isyarat bahwa ia memahami ucapannya. “Maaf sudah memaksamu ke sini, Lilia.” “Tidak apa-apa, jadi apa yang ingin Anda katakan?” “Kamu sudah pasti tahu soal berita yang muncul itu,” jawab pria itu. “Melihatmu terasa sangat jauh seperti ini membuatku
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

226. Yang Menghentikanku Hanyalah Kematian

“Aku bisa menyingkirkan apapun penghalang yang ada di hadapanku yang menghambat caraku menujumu, Lilia. Tapi jika kamu ragu seperti ini, lalu bagaimana aku harus melanjutkannya?” Lilia mendapati gundah yang kentara dari cara William berucap. Meski Lilia telah mengatakan bahwa ia tidak ragu, tapi ucapannya tentang ‘ketakutannya akan orang-orang yang akan memandang sebelah mata William’ telah berbicara lebih banyak bahwa ia sebenarnya juga ragu melanjutkan hubungan mereka. “Aku sudah pernah kehilanganmu,” imbuh pria itu. “Apa aku harus kehilanganmu lagi sekarang?” “Tidak akan ada yang kehilangan,” tanggap Lilia dengan cepat, agar William tak merasakan kekecewaan yang lebih besar. “Saya hanya ingin Anda memberi waktu untuk saya menenangkan diri. Mungkin sampai situasinya kembali membaik, kita bisa membicarakan tentang Anda yang ingin kembali melamar saya.” William menghela dalam napasnya dan memberi anggukan, “Baiklah,” katanya. “Aku tidak akan memaksamu karena memang kamu ti
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

227. L'amour De Ma Vie Telah Membawa Semua Tentangmu Kembali

Gambar yang muncul di dalam kepalanya itu satu demi satu seperti mencari tempat, dari yang semula tumpang tindih, kusut tak berbentuk dan berserakan menjadi tersusun pada alur mereka masing-masing. Lilia tak bisa membendung air matanya saat hal-hal yang semula abu-abu itu telah menjadi menjadi jelas. Dari awal … ‘Sayang Mama selama-lamanya’ yang pernah diingatnya dikatakan oleh Keano saat tangan bocah kecil itu diinfus di dalam sebuah kamar adalah hari di mana Lilia kembali ke rumah besar milik William setelah pria itu membawanya pergi dari tempat Madam Savannah. Di dalam kamar yang sama yang ia ingat saat William mengatakan ‘Aku mencintaimu, Lilia’ atau saat pria itu memintanya memanggil namanya berulang kali. William yang berlutut dan dengan matanya yang berbinar mengucap ‘Menikahlah denganku, Lilia’ dapat ditemukan di dalam ingatannya. Persis seperti yang dikatakan oleh Keano, atau seperti foto yang dilihatnya di ponsel milik William, pria itu benar melamarnya. Saat Lilia menye
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

228. Lacuna—Sesuatu Yang Hilang, Dan Itu Dirimu

Jalanan dipenuhi oleh serpihan kaca mobil William yang hancur berkeping-keping. Berhamburan seperti kelopak-kelopak mawar merah yang tak lagi berwujud dalam kuntum. Entah apa yang dipikirkan oleh William di sepanjang jalan itu sehingga mobilnya menabrak truk besar pengangkut barang yang tampaknya berhenti dan dihantamnya dari belakang hingga mobilnya nyaris berbalik arah seperti itu. Bagian depannya mengalami kerusakan parah, pada kursi yang ada di balik kemudi atau bahkan di sampingnya. Tubuh Lilia meremang, panggilannya terhadap William yang tak mendapat balas itu seperti kidung pemanggil hujan, karena setelah itu … gerimis jatuh menimpa kepalanya. Hatinya sangat sakit saat ia mendekat pada William. Pria itu belum sepenuhnya menutup mata meski kepalanya bersimbah darah. Lehernya disangga c-collar oleh petugas medis yang turun ke lokasi kejadian. “William,” panggil Lilia dengan suara yang gemetar setelah menyadari bahwa firasatnya benar. Akhir pertemuan mereka pagi hari it
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

229. Yang Seharusnya Menjadi Milikmu Pasti Akan Kembali

Air mata Lilia tak mampu lagi dibendungnya. Kepalanya jatuh dengan layu dan itu membuat Tuan Alaric segera memeluknya. “Tapi bukankah masih ada hal baik lain yang masih bisa kamu syukuri?” tanya beliau. Tuan Alaric menghapus air mata di pipi Lilia dan mencoba menghibur hatinya yang tenggelam dalam gundah. “Syukurlah kamu sudah bisa mengingat semuanya. Tapi satu hal juga yang harus kamu ketahui, Leo—“ Begitulah Tuan Alaric kadang memanggil anak perempuannya. “Bahwa kita tidak mengatur seperti apa kehidupan ini berjalan,” tambahnya. “Ini bukan salahmu. Kamu meminta William untuk memberimu waktu karena keadaanmu memang sedang tidak baik, dan William tahu itu. Sayangnya … William harus berhadapan dengan situasi yang kurang beruntung. Itu bukan karena kamu meminta untuk tak menemuimu lalu semuanya menjadi seperti ini, tidak seperti itu, Nak ….” Lilia masih menunduk, pipinya telah berubah menjadi muara air mata mengingat kembali nahasnya kondisi William saat ia melihatnya di tepi
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

230. Ditempa Keadaan Dan Dewasa Lebih Cepat

Keano terlihat datang bersama dengan ibunya—Agni—dari luar. Lilia tak tahu dari mana. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah ... bagaimana ia nanti menjelaskan pada Keano bahwa ‘Papa’ yang ditanyakannya sejak kemarin itu tidak bisa datang? Sesal kembali memenuhi benak Lilia. Seandainya ia tak melarang William, apakah sekarang pria itu tidak akan terbaring tak berdaya seperti itu? Tetapi sebelum semua itu berlarut di dalam angannya, ada satu hal yang membuatnya semakin sedih. Yaitu saat Keano mengusap air matanya dan bertanya mengapa ia bersedih. “Jangan di sini, Mama,” ucap bocah kecil itu kembali. “Nanti Mama terkena hujan dan sakit.” ‘Maka dari itu kah kamu menggunakan punggung kecilmu itu untuk melindungi Mama?’ sahut Lilia dalam hati. “Ayo berdiri, Lia,” pinta sang Ibu seraya membantu Lilia bangun. Beliau kemudian menggandeng tangan Keano dan meminta anak serta cucunya itu untuk masuk karena kilat berubah mengerikan di luar. “Ada apa?” tanya Alya saat Lilia duduk di ruang k
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status