Semua Bab Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Bab 201 - Bab 210

266 Bab

201. Sedang Menebus Kegagalan

“Baik,” jawab Zain dengan patuh. Kepala pemuda itu menunduk dengan sopan di depan Alaric yang tersenyum mengiringi mundur langkahnya sebelum ia tak terlihat lagi. Alaric menghela dalam napasnya sebelum ia duduk di tepi ranjang hotel dan bergumam sendirian dalam hati, ‘Sepertinya aku jeda dulu alasan ke luar kota beberapa hari ke depan,’ batinnya. ‘Aku ingin melihat seperti apa Zain membuat Bertha kalang kabut karena kejahatannya pelan-pelan diangkat ke permukaan.’ Matanya sejenak terpejam, rasanya berubah dari panas hingga perih menyadari bahwa selama ini ia hidup bersama dengan wanita yang membuat keluarganya porak-poranda. Bayangan wajah Agatha berkelebat di matanya dan itu membuatnya sesak. ‘Maaf, Agatha,’ ucapnya dalam diam. ‘Aku sedang menebus kegagalanku di masa lalu yang tak bisa melindungimu serta Ivana dengan mencurahkan semua hidupku untuk putri kita Leonora.’ Mata Alaric terbuka saat ia mendengar ponselnya yang ada di atas meja bergetar. Ia menggapainya dan memerik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

202. Agatha Countess Kembali Hidup?

Bertha bergegas bangun dari duduknya setelah membaca itu. Ia menyisih pergi dari meja tempat ia duduk bersama dengan teman-teman sosialitanya, menyingkir untuk menghubungi si pengirim itu. Tetapi saat hal itu ia lakukan, ia tidak mendapat jawaban. Panggilannya ditolak. Dadanya sesak oleh rasa berdebar kala si pengirim pesan itu kembali menyusulkan pesan lainnya. [Tak perlu menghubungiku. Cukup satu hal saja yang perlu kau tahu, akan aku katakan pada semua orang apa yang telah kau lakukan.] Dengan jemari yang gemetar dan seolah mati rasa, ia memberanikan diri untuk membalas. [Dari mana kamu tahu semua itu?] [Seseorang memberi tahuku.] ‘Seseorang?!’ ulang Bertha dalam hati. Jantungnya berdebar-debar diburu rasa takut saat sekali lagi ia menghubungi si pengirim itu. Ia ingin bicara secara langsung, sehingga semuanya akan menjadi jelas. Tetapi tak peduli berapa kali pun ia lakukan itu, ia akan ditolak. ‘Siapa yang tahu tentang apa yang terjadi dua puluh empat tahun yang lalu?’ bat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

203. Perlahan Menyeruak, Dusta Dan Kebenaran

Bertha dengan tangan yang mati rasa menutup kembali kotak tersebut. Tubuhnya meremang, ketakutan yang tak bisa dijelaskan timbul dari dalam lubuk hatinya. Membayangkan kalimat itu benar dikatakan oleh Agatha membuatnya seperti akan kehilangan akal sehat. Bagaimana jika benar Agatha yang menulis ini? Bagaimana jika ia belum mati? ‘Tidak!’ tepis Bertha dalam hati. ‘Aku melihatnya dimasukkan pusara hari itu. Dia tidak mungkin masih hidup!’ “Apa isinya?” tanya Alaric yang membuatnya tersadar dari ketegangan mencekam yang memeluknya seorang diri ini. Bertha menggeleng, “Bukan apa-apa,” jawabnya. “Hanya dari orang yang tidak suka padaku dan melakukan teror. Akan aku buang nanti, jangan khawatir!” Bertha kemudian membawa paket itu menjauh dari Alaric yang wajahnya dilanda rasa penasaran. Ia berjalan melewati Gretha yang dengan bingung bertanya ‘Ada apa?’ tetapi Bertha lebih memilih untuk membisu. Ia masuk ke dalam kamar, duduk di tepi ranjang dan membuka sekali lagi kotak itu. Rupan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

204. Yang Menyabotase Kematian Nyonya Keluarga Roseanne

“Jangan membual!” jawab Bertha kemudian mendenguskan napasnya dengan kasar. “Aku tidak membual, kamu memang benar istriku, ‘kan?” jawab pria itu. “Kita tidak pernah menikah jadi kamu tidak bisa menyebutku sebagai istrimu.” “Ya, ya ….” balas pria itu, mengalah. “Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertemu denganku? Di mana anak kita yang cantik itu? Apa dia baik-baik saja?” Bertha tampak tak senang dengan banyaknya tanya dari pria berkaos hitam di hadapannya itu tetapi tetap menjawabnya meski wajahnya berpaling. “Dia baik,” jawabnya. “Tapi aku tidak datang untuk membicarakan itu, Gana!” “Jadi kenapa? Aku terkejut karena semalam mendapatkan pesan darimu,” tanggapnya. “Sudah berapa lama kita tidak bertemu, Bertha? Terakhir kali saat aku meminta uang padamu, ‘kan?” Bertha terlihat mengibaskan tangan kanannya, isyarat bahwa ia tak ingin mempedulikan celotehannya itu. “Apa kamu mengatakan apa yang kita lakukan lebih dari dua puluh tahun yang lalu pada seseorang?” tanyanya. “Apa it
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

205. Umpannya Telah Dimakan

Pemuda yang baru masuk itu adalah anak buah Tuan Alaric juga. Namanya Niel. Ia sudah bekerja cukup lama menjadi bagian dari Seans Holdings dan pagi hari ini diminta oleh Zain diam-diam mengikuti ke mana Nyonya Bertha pergi. Pesan yang kemarin diterima oleh Nyonya Bertha itu Zain lah yang mengirimnya beserta dengan paket berisi teror untuknya. Tadi, Zain menerima pesan dari Tuan Alaric yang mengatakan bahwa Nyonya Bertha keluar seorang diri dan meminta Zain untuk mengikutinya. Tidak mungkin bagi Zain berkeliaran dan mencegah Nyonya Bertha tahu bahwa ia diikuti olehnya, maka Zain—atas izin Tuan Alaric—membawa serta Niel. Rupanya, pancingan Zain lewat pesan dan paket itu membawa mereka ke sini untuk mendapatkan bukti siapa aktor dari tewasnya Nyonya Agatha. Umpannya telah dimakan. Dan yang lebih mengejutkan lagi, pria yang ditemui oleh wanita itu adalah ayahnya Gretha yang kini ia ketahui bernama Ganata Flad. Yang jika didengar dari video yang didapatkan oleh Niel, artinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

206. Pertemuan Di Bawah Lampion-lampion

William pun menemukan keberadaan Lilia yang berdiri di antara hingar-bingar itu. Memangnya siapa yang tak bisa melihat betapa cantik gadis itu bahkan dengan hanya berdiam diri di bawah pohon dan mengamati Keano serta ibunya yang melihat lampion-lampion milik orang sekitar? Seharusnya William sudah tiba di sini sejak tadi pagi atau bahkan semalam. Hanya saja … ada meeting mendadak dengan partner bisnisnya yang baru datang dari luar negeri sehingga ia harus bekerja pada akhir pekan. Hal itulah yang membuatnya terlambat tiba di sini dengan meminta Giff bergegas. Saat mereka tiba, ia disambut oleh lampion-lampion itu. Tapi yang mencuri perhatian William bukanlah pada langit yang penuh dengan warna, tetapi seorang gadis yang keberadaannya membuat semua hal yang berdiri di sekitarnya menjadi abu-abu. Hanya dirinya seorang yang penuh rona, apalagi matanya yang terlihat berbinar seperti permata amethyst. Tempat ini benar-benar tak bisa menyembunyikan pesona Lilia. William yang tadinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

207. Bukan Janda Cantik

Keadaan di sekitar menjadi hening saat suara Zavian membumbung tinggi di udara. Ungkapan itu didengar oleh semua orang yang ada di sana. Tua, muda, anak-anak hingga orang dewasa yang Sabtu malam itu ada di halaman kantor kelurahan. Yang satu demi satu dari mereka mulai ikut bersuara agar Lilia memberikan jawabannya untuk Zavian, pegawai kelurahan yang masih muda yang—Lilia dengar—banyak disukai oleh gadis-gadis di sana tetapi ia malah menjatuhkan pilihannya pada Lilia. Ungkapan tersebut juga sampai di telinga Giff. Pemuda itu tadinya mengikuti William yang memintanya pergi ke kantor kelurahan setelah memarkirkan mobilnya di rumah Lilia. Ia senang melihat lampion-lampion yang beterbangan di udara dan membiarkan William mencari Lilia serta Keano. Senyumnya yang tadi terukir kala melihat cahaya yang berpendar di langit itu sirna begitu ia mendengar ada yang menyatakan perasaannya pada Lilia. ‘Sial! Siapa itu yang beraninya mengatakan dia menyukai Nona Lilia?!’ gerutu Giff dalam ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

208. Saat Jarak Di Antara Kita Terkikis

“Astaga itu papanya Keano?!” celetuk salah seorang warga. “Kenapa dia tampan sekali?” Bibir orang-orang yang ada di sana dibuat terbuka begitu menjumpai William yang seolah lepas dari pengawasan mereka sebelumnya. Sedangkan Zavian yang mendengar Keano sesaat terlihat bingung. Pupilnya bergerak ke kiri dan ke kanan sebelum bertanya, “B-benarkah?” Lilia melihatnya menoleh, kedua alisnya terangkat meminta persetujuan sehingga ia mengangguk sebagai sebuah jawaban. Lilia menunduk, mengintip pada Keano yang menatap sengit pada Zavian. Pemuda itu tampak memejamkan matanya—barangkali menahan malu. Karena sebelum Lilia menolak—dan ia memang akan menolak—Keano malah lebih dulu memberi jawaban. Lilia melihat William yang tadinya berhenti kembali berjalan kepadanya. Pria itu meraih Keano dan menggendongnya dengan sebelah tangan kekarnya sementara tangannya yang lain meraih tangan Lilia dan menariknya untuk pergi dari sana. “Ayo,” ajaknya kemudian mereka pergi diikuti oleh Gi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

209. Pesona Papa Dan Anak Posesif

“T-tidak perlu,” jawab Lilia dengan cepat seraya menggelengkan kepalanya. “Kenapa Anda menanyakan hal seperti itu?” “Aku hanya bertanya,” jawab William. “Tidak bolehkah?” Lilia tak menjawab, debar jantungnya yang baru saja berangsur reda kembali kencang saat sekali lagi William menunduk. Hanya beberapa milimeter sebelum bibir mereka bersentuhan. Tetapi …. Drrrt! Getar ponsel William yang ada di atas meja telah mengakhiri ketegangan akibat debaran itu. William menarik wajahnya dan menoleh ke arah meja, tempat di mana ia meletakkan ponselnya dengan sepasang matanya yang terpejam kesal. “Giffran Alfrond ….” desisnya seolah sudah tahu siapa si pemanggil tanpa harus melihatnya. “Si cerewet itu akan aku bunuh sebentar lagi!” William mengayunkan kakinya dengan sedikit menghentak menjauh dari Lilia, meraih ponselnya dan kembali padanya seraya berujar, “Istirahatlah. Aku akan bertemu dengan Giff sebentar.” Lilia mengangguk, mengiringi kepergian pria itu yang punggung bidang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

210. William Dan Keano—Double Trouble

Mata Giff terpejam tak berdaya mendengar hal itu. ‘Double trouble,’ pikirnya dalam hati. ‘Mengatasi Papanya saja kesulitan setengah mati, ini ditambah dengan anaknya pula ….’ Lilia yang berada di belakang William dan Keano terkejut dengan kompaknya mereka bicara. Tapi lupakan itu, ia meminta ayah dan anak itu untuk menyisih agar ia bisa membawa masuk belanjaan. Tapi alih-alih didengar, mereka malah mematung di sana tak mengizinkan Lilia lewat. “Anda ada perlu apa ke sini?” tanya Giff yang lebih dulu menghampiri Zavian. “Saya hanya ingin bicara sedikit dengan Pak William dan Lilia,” jawabnya. Giff tampak menoleh pada William yang sepertinya enggan memberi tanggapan. Tapi, Alya yang berjalan melewati Giff meminta agar Zavian masuk. “Masuk dulu, Pak Zavian,” katanya mempersilakan. “Masalah orang dewasa, apalagi kesalahpahaman tidak bisa diselesaikan dengan berdiri. Harus duduk dan dibicarakan dengan kepala yang dingin.” Alya tampak mengamati mereka semua bergantian. Pandangannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
27
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status