All Chapters of Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Chapter 191 - Chapter 200

266 Chapters

191. Hal Yang Pupus Itu Ada Di Sini Bersamaku

“Kenapa kamu bangun?” tanya William setelah Lilia menyebutkan namanya. “Bukannya saya yang harus bertanya?” tanya Lilia balik seraya bangun, duduk dan merapikan rambutnya. “Kenapa Anda tidak tidur?” “Tidak apa-apa, senang saja melihatmu dan Keano bisa bersamaku, Lilia,” jawabnya. “Hal yang sebelumnya sepertinya sudah pupus dari harapanku kita akan bisa seperti ini lagi. Terima kasih karena kamu mau menginap denganku di sini.” “Bukankah saya sudah pernah bilang, jika itu bertujuan untuk membuat Keano senang, saya pasti akan setuju.” Di bawah temaramnya lampu kamar hotel itu, Lilia bisa melihat senyum manis William saat pria itu mengangguk sebagai tanggapan atas ungkapannya. Mata Lilia berpindah dari iris kelamnya ke atas meja. Pada sekotak rokok yang ada di atas asbak keramik yang mencuri perhatiannya. “Apa Anda merokok juga?” tanya Lilia memberanikan diri. “Itu milik Giff.” “Pak Giff masih muda, kenapa dia merokok?” gumam Lilia yang jelas bisa didengar oleh William. “Hanya se
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

192. Tak Ada Yang Bisa Melarangku Jatuh Cinta

Lilia berdeham, kemudian menunduk agar tak bertemu pandang dengan William. “Sepertinya sangat aneh,” kata Lilia. “Aneh kenapa?” “Karena Anda mencintai saya. Bagaimana Anda bisa jatuh cinta pada anak pelayan?” “Kamu ‘kan bukan anak pelayan?” tanya William balik. “I-itu ‘kan sekarang. Tapi dulu saat Anda mengatakan itu … bukankah Anda tahunya saya adalah anak angkat seorang pelayan?” “Memangnya ada peraturan yang mengatakan dengan siapa seseorang boleh atau tidak boleh jatuh cinta?” sanggah William. “Jika yang diatur itu adalah aku, akan aku hancurkan peraturannya, orang yang membuat aturan itu sekalian.” “T-tidak seperti itu maksud saya.” Lilia akhirnya menatap pria itu lagi, kalimatnya yang baru saja ia katakan itu terdengar tak bisa dibantah—dan sepertinya ia sungguh-sungguh saat mengatakan akan menghancurkan peraturan yang melarangnya jatuh cinta pada siapa. “Jadi?” “Saya hanya merasa aneh, itu saja,” kata Lilia. “Jika aku yang jatuh cinta padamu kamu anggap aneh, mungkin j
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

193. Terperangkap, Tak Bisa Bergerak!

“Masuklah, Lilia!” kata William dari ambang pintu. “Kalau kamu berdiam diri di sana kamu akan tertular si Giffran Alfrond yang cerewet itu!” Lilia kemudian masuk ke dalam rumah, menyusul William yang menunggunya mendekat kemudian mereka menuju ke ruang makan. Lilia membantu Alya untuk menyiapkan makanan sebelum akhirnya mereka semua duduk di sana untuk santap sore—karena William lapar. Giff yang duduk di samping Keano terlihat memeriksa ponselnya dengan serius hingga William berdeham dan pemuda itu dengan cepat meletakkan benda pipih berwarna hitam itu ke atas meja—yang bagi Lilia suara William yang baru terdengar itu ia artikan sebagai sebuah teguran. Yang jika William bicara barangkali ia akan mengatakan, ‘Taruh ponselmu! Tidak sopan!’ “Maaf,” kata Giff akhirnya. “Saya baru saja menerima pesan, setelah ini kita harus meeting online dengan orang dari Sada Construction dan desainer dari luar negeri yang akan mengerjakan interior ruangan di dalam sekolah itu, Tuan William,” te
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

194. Nona Tak Bisa Turun?

Lilia memejamkan matanya dengan frustrasi, sebuah hal yang berbanding terbalik dengan William yang terlihat sangat senang. “Kamu ingin aku melakukan apa, Lilia?” tanya pria itu dari bawah sana yang membuat Lilia kembali menatapnya. “T-tolong betulkan tangganya saja biar saya bisa turun,” jawabnya. William tak serta merta menjawab Lilia. Ia lebih dulu memandang tangga itu sebelum mengatakan, “Hm … sepertinya tangganya tidak bisa dipakai.” “Kenapa?!” “Karena aku tidak akan menegakkannya.” Lilia sangat kesal mendengar betapa mudahnya kalimat itu dikatakan oleh William. “Apa memang Anda suka menggoda orang seperti ini?” tanya Lilia. Belum sempat William menjawab, mereka memandang kedatangan orang lain dari belakangnya. Giff yang memanggil tuannya itu. “Tuan William, saya—“ Giff berhenti bicara saat tiba di samping William dan melihat ke atas sebelum memalingkan wajahnya. “T-tidak jadi,” katanya. “Selesaikan dulu!” Pemuda itu pergi, bergegas meninggalkan halaman belakang
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

195. Mendarat Di Pelukanmu

Jantungnya seakan lepas. Lilia menelan ludahnya dengan pelan saat ia berpegangan pada leher William dan melingkarkan kedua tangannya di sana. William tersenyum saat ia menarik wajahnya dan bertanya, “Apakah kamu masih meragukanku sekarang, Nona Leonora?” “T-tidak,” jawab Lilia dengan gugup, mencoba menghindari manik gelapnya yang memikat dengan menyembunyikan netranya di bawah bulu mata. Lilia merasakan kedua lengan berotot William mengendur saat ia melepas dan menurunkannya pelan-pelan sehingga ia bisa menginjak halaman berumput sekarang. “T-terima kasih,” kata Lilia dengan masih sama gugupnya. Suaranya pasti terdengar gemetar di indera pendengar William. “Sama-sama,” balas William dengan nada bicaranya yang tenang, yang berbanding terbalik dengan detak jantung Lilia yang memburu, seolah akan membuatnya pingsan. “Saya baru saja berpikir Anda akan sengaja menjatuhkan saya tadi,” kata Lilia. “Jika itu aku lakukan, bukankah aku tidak akan mendapat restu dari Papa Alaric karena ak
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

196. Ingin Aku Perbaiki, Tapi Sia-sia

Gretha sedang berada di salah satu kafe yang tak jauh dari Seans Holdings. Ia duduk seorang diri di dekat jendela dengan kedua tangannya yang menggenggam erat gelas minuman yang beberapa saat lalu ia pesan. Meratapi dengan penuh kebencian atas kondisi dirinya yang sedang hamil. Sebuah hal yang mencolok karena orang-orang di sekitarnya datang bersama dengan teman mereka atau bahkan pasangan—sesuatu yang Gretha tak miliki sekarang ini. Di saat orang lain menikmati hidup mereka, ia malah memiliki beban yang besar karena membawa kehidupan lain di dalam dirinya akibat kesalahan satu malam dengan pria yang tak ia harapkan sama sekali. ‘Kenapa dia tidak mati saja sih?’ batin Gretha dengan kesal, sekilas menunduk memandang perutnya yang telah tak bisa disembunyikan lagi. ‘Kalau dia mati aku tidak akan membawanya ke sana ke mari seperti ini!’ ‘Dia’ yang dimaksudkannya adalah anak di dalam kandungannya itu. Anak yang tak pernah ia harapkan akan lahir ke dunia ini! Ia menghela dalam napasn
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

197. Bahkan Setelah Dia Mati, Aku Masih Tak Dianggap

Secara biologis, Henry lah ayah dari anak yang tengah ia kandung ini. Tapi sampai mati pun ia tak akan pernah mengakui itu. “Gretha?” panggil Reynold setelah Gretha hanya terus terdiam. Gretha kembali memandangnya dan tersenyum sinis. “Kenapa kamu sangat ingin tahu, Rey?” tanyanya. “Berapa kali harus aku katakan bahwa apa yang terjadi padaku ini bukan urusanmu, jadi berhentilah ingin tahu!” Dagunya sedikit terangkat, gigi-giginya menggertak dengan geram sebelum ia menjadikan pria yang ada di hadapannya itu sebagai akar masalah. “Satu hal yang perlu kamu ketahui, semua ini terjadi karena dirimu, Reynold Aarav!” “Kenapa aku?” balas Reynold dengan suara yang gemetar seolah ia juga sama geramnya. “Kenapa aku, Gretha? Sementara kamu lah yang memutuskan hubungan ini. Jika memang kamu bahagia dengan keluarga barumu, aku hanya ingin mengucapkan selamat dan meminta pria itu untuk menjagamu, itu saja!” Reynold seakan tak peduli setinggi apa nada bicaranya sekarang ini. Hatinya masygul mend
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

198. Memalsukan Hasilnya

“Yang Anda katakan itu adalah sebuah kesalahan, Bu,” jawab Dokter tersebut begitu Gretha selesai bicara. “Anda tidak boleh melakukan hal seperti itu. Anak harus jelas asal-usulnya, keturunan siapa dan—“ “Aku tidak peduli dengan itu, Dokter,” potong Gretha tak mau tahu. “Aku hanya ingin anakku memiliki ayah seorang William Quist! Aku akan berikan berapapun yang Anda mau asalkan Dokter melakukan permintaanku!” Tapi, Dokter menggeleng, sebuah tanda penolakan yang sangat kentara. “Tes DNA janin itu bukan SpOG atau dokter kandungan yang melakukannya,” kata beliau. “Melainkan dilakukan oleh dokter kehakiman, dokter forensik. Itu pun harus memenuhi syarat-syarat yang ketat, alasan yang jelas dan bisa diterima mengapa janin di tes DNA-nya.” Pupus sudah harapan Gretha saat mendengar semua itu. Tapi rupanya ia masih belum mau menyerah dan berusaha membujuk Dokter, sekali lagi. “Anda menolak karena Anda masih belum melihat uangnya, ‘kan?” tanya Gretha. “Akan aku bawakan tunai ke sini, berap
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

199. Berpisah Lagi

Lilia hendak membuka bibirnya sebelum William lebih dulu mengatakan, “Aku cemburu.” Ia menatap Lilia dengan sepasang iris gelapnya yang tak berpaling, sedang Keano suka-suka saja melihat interaksi mereka berdua dengan berdiri menjadi penonton. “Aku cemburu pada siapapun pria yang dekat denganmu.” Lilia tersenyum saat membalas, “Jangan suka cemburu … nanti cepat tua.” “Apa hubungannya? Aku rasa tidak ada hubungannya.” “Begitu juga dengan saya dan Pak Zavian, sesuatu yang tidak sepatutnya Anda cemburui karena kami tidak memiliki hubungan,” kata Lilia. William memandang Lilia, sorot matanya menelisik. “Benarkah?” sangsinya. “Tentu saja.” Lilia menjumpai kedua sudut bibir pria itu terangkat selama sepersekian detik sebelum sirna saat ia berdeham. Ia sekali lagi memandang Keano dan mengatakan, “Sekolah yang baik, Keano ... dengar apa kata Mama dan Oma ya?” “Siap, Papa.” Mereka melakukan tos sebelum William memeluk bocah kecil itu dan sekali lagi mengarahkan pandangannya pada Lil
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

200. Rencana Mengambil Segalanya

“Tidak mungkin,” jawab Gretha dengan cepat. “Itu adalah kartu dari Seans Holdings, kamu tahu Seans Holdings, ‘kan? Aku putri tunggal pemiliknya. Tidak mungkin kartunya ditolak! Coba sekali lagi.” Staf tersebut pun melakukan sebagaimana permintaan Gretha kemudian menunjukkan kepadanya bahwa memang kartu tersebut ditolak. “Maaf, Nona,” kata staf wanita berseragam itu. Gretha mendengus, moodnya seketika hancur dan ketimbang ia mengalami pengusiran seperti yang terjadi di rumah sakit karena ia melakukan keributan, ia segera mengambil kartu miliknya yang lain, yang bukan dari Seans Holdings. Setelah itu, ia bergegas keluar dari sana seraya berpikir, ‘Aneh sekali ….’ katanya dalam hati. Padahal setengah jam yang lalu ia baru saja menggunakan kartu itu untuk membeli perhiasan. ‘Tapi kenapa sekarang tiba-tiba tidak bisa?’ Ia tadinya ingin menghabiskan waktu yang lebih banyak di sana. Tetapi karena peristiwa barusan, Gretha akhirnya lebih memilih untuk pulang. Sopir yang mengemudikan
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status