All Chapters of Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Chapter 241 - Chapter 250

264 Chapters

241. Aku Yang Tak Bisa Menujumu Lagi

*** Satu Minggu yang lalu. *** Di halaman kafe yang dinaungi oleh mending kelam pagi hari itu, William dengan berat hati mengatakan, "Sampai jumpa, Lilia," dengan senyum yang terasa sangat pahit. "Jika kamu berubah pikiran dan ingin bertemu denganku, kamu bisa menghubungiku." Ia dengan gegas masuk ke dalam mobilnya dan mengendarainya pergi dari sana. Hatinya terlalu sesak, jelaga tumbuh di dalam sana secara masif setiap kali ia membaca nama kafe yang didatanginya itu adalah nama yang sama yang ia berikan pada Lilia di kontak yang disimpannya hingga hari ini. Yang pintasannya ia letakkan di layar paling depan dan pesan dari Lilia berulang kali ia baca meski gadis itu telah memiliki nomor barunya. L'amour de ma vie—yang berarti Cinta Dalam Hidupku. William memberinya nama seperti itu sejak malam di mana puluhan—atau bahkan ratusan—hari yang lalu ia menyerahkan ponsel pada Lilia sebelum akhirnya ponsel itu ikut terbakar dan lebur dalam panasnya bara api. Pertemuannya dengan Lilia p
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

242. Nanti Di Kehidupan Yang Lain, Aku Akan Menemukanmu Lebih Awal

William katakan itu dalam hatinya sebab rasanya ia tak sanggup lagi untuk terus membuka mata. Ia katakan pada dirinya sendiri, 'Tetap bertahan ... tetaplah hidup ....' tetapi sepertinya takdir berkuasa lebih hebat. Matanya tertutup. Satu hal yang tak pernah William sesali hari itu, ia telah membuktikan pada Lilia bahwa ia tak akan pernah berhenti mencintainya, dan jika ia berhenti maka yang menghentikannya adalah kematian. 'Mungkin di kehidupan selanjutnya, kita akan bertemu lagi.' Ia sudah berpasrah kala itu. 'Nanti di kehidupan yang lain, aku akan mencari dan menemukanmu lebih awal. Sehingga jika akhirnya kita berpisah dengan cara yang paling tragis, aku sempat merasakan bahagia bahwa kita pernah saling memiliki sebelum semuanya benar-benar sirna.' Baginya waktu berhenti dan William pikir ia akan mati. Tapi satu hal yang nanti akan ia lakukan saat dirinya masih diberi kesempatan untuk bangun. Menanyakan pada Lilia, masihkah berlaku gadisnya itu bersedia untuk menikah dengann
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

243. Padahal Belum 100%

Lilia menganggukkan kepalanya, “Iya, tentu saja aku bersedia,” jawabnya. William tampak tak bisa menahan senyumnya. Senyum paling manis yang pernah dilihat oleh Lilia meski bibirnya masih terlihat pucat. “Terima kasih,” balas William seraya meraih tangan Lilia dan saling mengaitkan jemari mereka. “Aku akan cepat sembuh setelah mendengar jawaban darimu, Lilia.” Lilia mendengar perawat dan dokter yang ada di sekitar mereka berada tertawa. Seolah itu adalah bentuk bahwa mereka turut merasakan kebahagiaan yang didapatkan oleh keduanya setelah waktu-waktu yang menyakitkan. ‘Ah … bagaimana sekarang?’ gumam Lilia dalam hati. Ia sangat malu, terlalu senang melihat William membuka matanya membuatnya lupa bahwa di sekitar ia berada masih ada perawat serta dokter yang tadi melakukan pemeriksaan pada William. Lilia perlahan turun dari tepi ranjang, ia hendak bertanya pada dokter bagaimana perkembangan kondisi William tetapi pria itu tak membiarkannya pergi terlalu jauh sebab tangan Lilia
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

244. Kala Kita Kembali Bersua

Bocah kecil itu berlari menuju pada William, mendekat dan Lilia segera mengangkatnya untuk bisa duduk di pangkuan William dengan hati-hati. Keano menangis saat memeluk William. Isaknya kala memanggil ‘Papa’ dengan tersengal-sengal telah menunjukkan seberapa besar rindu dan kesesakan hati yang ia tahan. Lilia menunduk, menjaga air matanya agar tak luruh melihat pemandangan yang mengharukan itu. “Keano,” sebut William dengan lirih. Meraih kedua bahu Keano setelah anak lelakinya itu menghentikan tangisnya terlebih dahulu. “Keano kangen Papa,” kata Keano dengan mata yang masih mengembun dan pucuk hidung yang memerah. “Sama, Keano. Papa juga kangen dengan Keano.” William kembali memeluknya, dan seperti tahu William baru menahan rasa sakit yang hebat, Keano berhati-hati saat melingkarkan kedua tangannya di pinggang William. “Terima kasih sudah menjaga Mama Lilia,” bisik William. “Jika dipikir-pikir lagi … sepertinya Keano menjaga Mama lebih banyak daripada yang Papa lakukan.” Kean
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

245. Aku Juga Ingin Kau Memelukku

“Iya, kita akan memiliki keluarga kita yang sempurna, Sayang,” jawab William. “Sungguh, Papa?” “Iya … Mama sudah menjawab bersedia untuk sekali lagi menikah dengan Papa.” Keano mengedipkan matanya lebih dari satu kali, memandang Lilia dan William bergantian sebelum berhenti pada si Papa dan mempertegasnya sekali lagi. “Apakah benar begitu, Papa?” Suaranya sarat akan keraguan, seakan ia ragu dengan ucapan William mungkin karena banyaknya peristiwa yang terjadi pada mereka. Bahagia yang berulang kali hampir tergapai tapi berubah menjadi luka akibat dipermainkan oleh takdir. “Benar, Sayang,” jawab William sekali lagi kala Lilia hanya bergeming, menahan haru dan berharap seperti Keano. Bahwa kali ini mereka benar-benar ada di tahap bahagia tanpa perlu lagi ada air mata. Keano memeluk William dan Lilia mengusap punggung kecilnya seraya mengingatkannya agar tetap berhati-hati. Bu Alya—yang semula berdiri dengan tetap menjaga jarak—membiarkan kebahagiaan tercipta untuk Lilia, Willi
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

246. Sebuah Kecupan Misalkan

Lilia menghela dalam napasnya mendengar itu. Setelah meminta Lilia menikah dengannya padahal nyawanya belum seratus persen kembali, hal susulan lain yang dilakukan oleh William adalah melayangkan kalimat yang lebih pantas disebut sebagai sebuah godaan. “Tidak bisakah beristirahat sebentar, Tuan William Quist?” tanya Lilia, hampir terdengar geram. “Jangan mulai menggoda karena kamu baru saja membuka mata.” Lilia mengedikkan dagunya pada Keano, “Keano sudah mengantuk, jadi sebaiknya kamu tidur juga.” “Dan kamu akan pergi begitu saja?” “Lalu apa?” “Tidak ada kecupan atau—“ Lilia tak menjawab William. Ia berlari meninggalkan ruangan itu sebelum kalimat-kalimat William berubah menjadi rayuan yang lebih liar. ‘Ini masih siang,’ batin Lilia setibanya ia di luar dan menutup pintu berdaun dua itu. ‘Setidaknya kalau mau, kita bisa melakukannya nanti malam saja—EH?!’ Lilia terkejut, kesal dengan batinnya yang melantur. ‘Apa maksudnya itu? Aku juga menginginkan berciuman dengannya
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

247. Terurainya Sebuah Kesalahpahaman

Kebekuan sesaat terjadi, enam puluh detik berlalu tanpa kata hingga Lilia berdiri dan menundukkan kepalanya. "Selamat malam, Kak Nicholas," sapanya. "Selamat malam, Lilia," balas Nicholas, urung untuk mendekat ke arah mereka berada. William masih terdiam, tapi dari sudut mata Lilia, ia melihat pria itu menatap pada kakak lelakinya. "K-kalian bicaralah," ucap Lilia, menoleh pada William dan Nicholas bergantian. Ia tersenyum pada William yang mengedipkan matanya dengan pelan, sebagai sebuah bentuk persetujuan. Lilia membalasnya dengan senyum penuh terima kasih karena William mau membuka hatinya. Lilia berpamitan pergi dari sana, sehingga ruangan itu hanya berisikan William dan Nicholas. Pintu tertutup dari luar, mengiringi langkah Nicholas yang mendekat pada William. "Apa kabar, William?" tanyanya sembari duduk di kursi yang ada di samping ranjang. "Baik, sudah jauh lebih baik," jawabnya. "Terima kasih karena kamu masih hidup. Karena jika tidak ... aku benar-benar akan kehilan
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

248. Sudah Selesai Kesalahpahaman Kita

"Kamu tidak perlu berterima kasih, William," ucap Nicholas akhirnya. "Aku sangat terpukul juga dan merasa bersalah saat itu. Apa yang kamu lakukan pada Madeline, caramu menjaganya saat orang tua kita hanya memandangnya sebelah mata dan menganggapnya sebagai kegagalan, semua ketulusan yang kamu berikan aku hancurkan dalam sesaat. Dan menyebabkan adik kita yang malang itu lepas dari genggaman tanganmu." "Aku tahu maksudmu dengan memalsukan kematian Madeline," jawab William. "Kak Nic hanya tidak ingin aku membenci Madeline yang bunuh diri sehingga kamu memalsukan kematiannya dan menimpakan kesalahan itu pada dirimu sendiri." Nicholas tersenyum saat William menghela dalam napasnya. Wajahnya menunjukkan sebuah kelegaan yang besar, seolah ia menunggu akan datangnya hari ini agar kesalahpahaman antara mereka usai. "Aku khawatir saat tidak melihatmu di Velox kapan hari," ucap Nicholas setelah ia menggosok matanya sekali lagi. "Saat aku tanyakan pada Giff, awalnya dia menolak memberi tahu, t
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

249. Kamu Suka Bentuk Tubuhku?

"M-mau," jawab Lilia dengan gugup. Perawat pria yang berdiri di dekat William mendekat padanya dan menyerahkan pakaian pasien untuknya. "Terima kasih bantuannya, Nona," ucapnya kemudian menundukkan kepala begitu juga dengan Lilia dan menutup pintu dari luar. Lilia membawa atasan pasien yang ada di tangannya itu mendekat pada William yang duduk di tepi ranjang rawatnya dan menyambutnya dengan mata yang berbinar. "Katakan saja kalau ada yang sakit," kata Lilia saat ia sudah berdiri di hadapan William. "Jadi aku bisa lebih berhati-hati." "Tidak ada yang sakit selama kamu yang menyentuhku, Lilia." Kedua bahu Lilia jatuh mendengar jawaban itu. Ia perlahan membuka kancing baju pasien yang dikenakan oleh William dari bagian yang paling atas. Satu demi satu turun ke bawah sehingga dadanya yang bidang dan perban di bagian perutnya yang tadi dikatakan oleh perawat pria itu terlihat. Lilia dengan hati-hati melepas atasan miliknya karena tangan kiri William masih bertautan dengan selang in
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

250. Ciuman Darimu Membuatku Berantakan

Matanya masih terbuka saat Lilia menciumnya. Lebih dari sepuluh detik sebelum William akhirnya turut memejamkan matanya dan membalas ciuman yang sangat manis ini. Bibir mereka saling memagut, Lilia melingkarkan kedua tangannya ke belakang leher William saat ia memeluk Lilia dan tak membiarkan gadisnya ini mengakhirinya begitu saja. Debar-debar kasmaran yang pernah dirasakan oleh William itu kembali lagi. Lilia membangkitkan gairah akan hidupnya menjadi membara. Sebuah hal yang mendorongnya untuk bisa sembuh lebih cepat, agar tak ada penundaan lagi pada pernikahan mereka. Lilia menarik wajahnya dari William, menegakkan kembali tubuhnya mengingat ia berdiri di hadapan William sehingga posisinya sedikit lebih tinggi dari pria itu. Sedang William menatapnya dengan tidak rela. Iris gelapnya bertanya lebih banyak, 'Kenapa cepat-cepat selesai?' "Apakah itu belum cukup?" tanya Lilia padanya. "Kamu akan meragukan apakah aku mencintaimu atau tidak?" "Kalau aku menjawab dengan 'belum cukup
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more
PREV
1
...
222324252627
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status