Semua Bab Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Bab 261 - Bab 270

378 Bab

261. Finally, We're Here

William tak menjawab, ia hanya meraih tangan Lilia yang ada di pipinya dan memberinya remasan lembut, seolah itu adalah 'Iya' yang tak terlahirkan dalam lisan. Mereka saling pandang untuk beberapa lama hingga suara Jovan—sekretarisnya Nicholas—yang hari ini mereka jadikan sebagai pembawa acara dadakan meminta mereka agar duduk berhadapan dengan pemuka agama yang pagi hari ini akan menikahkan mereka. Dalam keheningan pagi dan khusyuk doa yang mereka lantunkan tanpa henti, akhirnya semuanya menjadi sempurna. "....dengan mas kawin uang senilai dua puluh satu ribu dolar Amerika dibayar tunai." "Bagaimana, Saksi?" "Sah." Delapan puluh hari dalam kekosongan Lilia, tentang ia yang tak mengenali orang lain selain dirinya dan ingatannya yang berhenti pada lima tahun lalu, ia telah memiliki hidupnya yang baru sekarang. Dalam penantian William yang penuh dengan luka dan kehilangan yang membelenggunya, dalam setiap angka di kalender yang ia lingkari hingga bulan demi bulan berlalu, ia telah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

262. Wine After Wedding

Malam harinya, 'setelah dipaksa' mendengar suara para sekretaris yang tak seburuk yang William tuduhkan, Lilia berjalan masuk ke dalam kamar di mana Keano beristirahat di sana. Bocah kecil itu terlelap dalam satu tempat yang sama dengan Alya yang menyambut kedatangan Lilia dengan senyumnya. Selagi di dalam ruangan tempat di mana para pemuda masih bersuka cita dan menghibur William, Tuan Alaric serta Nicholas, keheningan terjadi di dalam sini. "Ibu belum tidur?" tanyanya saat mendekat pada sang Ibu yang terlihat melepas kacamata yang dikenakannya. "Ibu dibelikan kacamata baru oleh Papamu, jadi Ibu gunakan untuk membaca, sudah lama ibu tidak membaca," jawabnya. "Kamu mau melihat Keano?" "Dia sudah tidur?" Alya sekali lagi mengangguk, "Sudah, Nak. Pasti kelelahan setelah bermain bersama paman-pamannya tadi." "Kalau begitu Ibu istirahat juga, kita bertemu lagi besok pagi." Alya sekilas menunduk dan tersenyum, "Kenapa buru-buru? Ibu bisa mengurus Keano, kamu pergilah ke kamarmu!"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-21
Baca selengkapnya

263. Mengukir Malam Bersamamu

Ciumannya rasanya sangat manis, lebih manis dari ciuman-ciuman yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Mungkin karena mereka telah saling memiliki, tanpa takut akan adanya sebuah perpisahan esok hari. Dari menit pertama sejak William mengangkatnya berpindah dari sofa, menuju ke menit-menit berikutnya sebelum akhirnya Lilia merasakan pria itu menarik diri darinya. Bibirnya terasa bengkak, tapi William masih belum usai sebab ia kembali mendaratkan satu kecupan lain untuknya. "Aku matikan dulu lampunya," bisiknya pada Lilia yang akhirnya menguraikan kedua tangan kecilnya dari leher William teriring sebuah anggukan. William tersenyum saat ia beranjak turun dari ranjang, meninggalkan sejenak Lilia kemudian ruangan di dalam sana berganti menjadi hanya diterangi oleh lampu tidur saja. Pria itu kembali dan menunduk di atas Lilia. Suara baritonnya yang hangat menyinggahi indera pendengarnya saat bertanya, "Kamu sungguh baik-baik saja?" Maniknya yang gelap menerpa Lilia yang sekali lagi m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

264. Malam Pertama Kita

"Ke ... napa kamu tanya seperti itu?" tanya Lilia dengan sekilas menyentuh pipinya, saat William berhenti bergerak dan urung melanjutkan yang ia lakukan. "Aku pikir ini bukan yang pertama kali untukmu, Lilia." "Bagaimana bisa bukan yang pertama kali? Kamu yang pertama." "Sebentar—" Pria itu seperti baru menyadari sesuatu. "Lalu saat kamu pergi dengan Nicholas waktu itu, kamu tidak melakukan apapun dengannya?" Lilia menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak pernah melakukan apapun dengannya." Lilia bisa melihat William menelan pahit tuduhan itu sebelum matanya terpejam penuh sesal. "Maaf ... aku terlalu jauh menuduhmu," katanya. "Aku pastikan kamu menikmati malam ini, Lilia ...." Lilia menutup matanya saat William menciumnya, ia memindahkan tangannya dari bahu William, melingkarkan di lehernya saat pria itu memenuhi dirinya. "Ahh ..." Air matanya lolos, bibir manis William mencoba mengalihkan perhatian dengan mengecup leher dan bahunya. "Ergh ...." Tidak, ini masih belum ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

265. Masih Perawan

Api yang membakar mereka telah padam .... Lilia masih terdiam, merasakan bunga yang tumbuh di sela-sela retakannya yang kini hampir tak lagi dijumpai sakitnya. Ia melihat William menarik dirinya, pria itu beranjak turun dari tempat tidur setelah membelai lembut rambut Lilia dan membisikkan ia akan kembali sebentar lagi. Lilia bisa melihat siluet tubuhnya yang sempurna, yang menghilang selama beberapa detik dari pandangannya sebelum ia kembali dalam balutan sleep wear berwarna gelap yang telah menutup tubuhnya. "Kamu bisa bangun?" tanyanya pada Lilia yang masih terbaring tak berdaya dan belum lama menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Ia mengangguk dan menerima tangan William saat pria itu membantunya bangun. "Kamu mau pakai gaun tidurmu yang tadi atau piyama yang aku ambilkan?" tawar William seraya menunjukkan pakaian tidur yang berwarna seperti miliknya, dan pada gaun tidur yang sebelumnya telah ia tanggalkan dan ia jatuhkan ke lantai. "Yang manapun boleh," jawab Lilia lirih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

266. Kita Ulangi Lagi

"Karena aku pikir kamu melakukan sesuatu dengan Nicholas saat kamu pergi dengannya waktu itu," aku William, apa yang ia katakan sekarang sama dengan kebingungan yang tadi dilihat oleh Lilia sebelumnya saat pria itu menanyakan apakah ia masih perawan. Lilia tersenyum mendengar pengakuan itu, "Makanya saat itu kamu sangat marah padaku?" tanyanya. "Karena kamu berpikir aku dan Nicholas melakukan sesuatu di belakangmu padahal saat itu masih dalam suasana berduka?" William mengangguk sebagai jawaban, "Iya. Ternyata aku benar-benar terlalu jauh menuduhmu." "Apakah setelah ini kamu masih akan mengatakan bahwa aku dan Nich—" "Tidak, Lilia ...." William menyentuh rahang kecilnya, menunduk membuat mereka menjadi lebih dekat dan mendaratkan sebuah kecupan di sana. "Apa rencanamu setelah ini, William?" tanya Lilia pada William yang mendekapnya dan membuat Lilia meringkuk di dada bidangnya. "Melanjutkan laporan soal Gretha yang sudah membakar vila, dan membuktikan bahwa bukan aku yang sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

267. Setelah Kenikmatan Semalam

"Kamu sudah bangun?" Tanya dari William seketika menyadarkan Lilia dari lamunan panjangnya tentang semalam. Ia mengerjapkan matanya lebih dari satu kali, menatap William yang beranjak dari sofa menuju ke tepi ranjang tempat di mana ia masih berbaring dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. "B-baru saja," jawab Lilia, meski tak yakin 'kebohongan' yang ia katakan pada William itu akan bisa diterima karena pada kenyataannya ia telah membuka matanya sejak tadi. "Tidurlah lagi kalau memang masih belum mau bangun," bisik William seraya mengusap rambut hitam Lilia, dan menyelipkan sebagiannya ke belakang telinga. "Tidak, kamu sendiri sudah bangun dari tadi?" Lilia perlahan menegakkan tubuhnya dan duduk berhadapan dengan William yang senyumnya tak memudar. "Iya, rencananya ingin mengajak Keano jalan-jalan, tapi di luar sedang gerimis jadi mungkin nanti saja," jawabnya. "Kamu mau pergi ke suatu tempat nanti?" "Ke mana?" "Coba nanti aku tanyakan pada Giff," jawab William seraya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

268. TIPSY

Ke empat tersangkanya duduk berjajar di hadapan William, Tuan Alaric, Lilia, Alya, Nicholas dan Keano pada saat mereka bertemu di meja breakfast setengah jam kemudian. Dimulai dari Giff yang mengembalikan ponsel milik Tuan Alaric yang semalam dibawanya, disusul oleh Zain yang mengembalikan dompet milik beliau, Jovan yang mengembalikan uang dan Niel yang mengembalikan jam tangan milik Tuan Alaric. Itulah yang tadi dikatakan oleh beliau. "Jadi Paman-Paman ini semalam menjadi pencuri barang-barang milik Opa?" celetuk Keano yang menyuap ebi furai dari garpunya. Terheran-heran memandang ke empat 'pamannya' yang satu per satu mengembalikan barang milik Tuan Alaric. "Sayang?" tegur Lilia karena sebaiknya bocah kecil itu menelan dulu makanannya sebelum berceloteh. Kedua bahu William dan Nicholas seketika jatuh melihat mereka yang masih belum sepenuhnya sadar. Apalagi Giff yang matanya masih tampak memerah dan Lilia bisa menebak bahwa ia lah yang minum paling banyak. "Tidak apa-apa, yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

269. Surat Pemutusan Kerja Sama

Surat itu berisi bahwa mulai hari ini AA Construction milik Reynold tidak lagi bertanggung jawab atas pembangunan perumahan milik Velox Corp. Tangannya terasa gemetar saat membaca itu. Ia menurunkan kertas tersebut dengan kasar dan menghela dalam napasnya saat bertanya, "Apa salahku?" Ia menoleh pada perempuan yang merupakan sekretarisnya yang menatapnya dengan pandangan yang sama bingungnya dengan Reynold. "Kenapa kerja samanya tiba-tiba diputus, Pak Rey?" tanyanya. "Aku juga tidak tahu, semuanya berjalan dengan baik dan bahkan beberapa saat yang lalu aku masih berpikir akan mengatakan terima kasih secara langsung pada Tuan William karena dia membantu kita untuk mendapatkan proyek-proyek yang lainnya." Tapi tak mungkin Reynold tak melakukan kesalahan jika kerja sama mereka tiba-tiba diputus sebelah pihak seperti ini, bukan? Mengingat wajah tak bersahabat Giff membuatnya lebih keras meraba apa yang telah ia lakukan. Reynold beranjak, ia mengayunkan kakinya untuk kembali ke dala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

270. Menyembunyikan Pembunuh?

Beberapa hari berselang, William memberi kesempatan pada Reynold untuk bertemu dengannya. Di sebuah kafe yang letaknya tak jauh dari Velox Corp, William lebih dulu duduk di dalam sana dan memandang kedatangan seorang pemuda yang tergopoh-gopoh masuk ke dalam ruangan. Reynold. "Apakah saya terlambat?" tanya Reynold seraya memeriksa jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Pemuda itu memandang William yang duduk di dekat jendela dan menggelengkan kepala seraya menjawab, "Tidak, silakan duduk." Reynold menundukkan kepalanya penuh dengan terima kasih sebelum duduk berseberangan meja dengan William, sedang Giff mengawasi mereka jarak beberapa meja yang ada di sebelah keduanya berada. "Maaf karena saya lancang dengan ingin bertemu Tuan William secara langsung seperti ini," kata Reynold pada William yang sekilas menunjukkan senyumnya. "Selama itu ada kaitannya dengan bisnis, aku tidak keberatan," tanggapnya. "Apa yang ingin kamu katakan, Rey?" "Ada ... hubungannya dengan pemutusan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
38
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status