Share

244. Kala Kita Kembali Bersua

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2025-02-14 13:15:31
Bocah kecil itu berlari menuju pada William, mendekat dan Lilia segera mengangkatnya untuk bisa duduk di pangkuan William dengan hati-hati.

Keano menangis saat memeluk William.

Isaknya kala memanggil ‘Papa’ dengan tersengal-sengal telah menunjukkan seberapa besar rindu dan kesesakan hati yang ia tahan.

Lilia menunduk, menjaga air matanya agar tak luruh melihat pemandangan yang mengharukan itu.

“Keano,” sebut William dengan lirih. Meraih kedua bahu Keano setelah anak lelakinya itu menghentikan tangisnya terlebih dahulu.

“Keano kangen Papa,” kata Keano dengan mata yang masih mengembun dan pucuk hidung yang memerah.

“Sama, Keano. Papa juga kangen dengan Keano.”

William kembali memeluknya, dan seperti tahu William baru menahan rasa sakit yang hebat, Keano berhati-hati saat melingkarkan kedua tangannya di pinggang William.

“Terima kasih sudah menjaga Mama Lilia,” bisik William. “Jika dipikir-pikir lagi … sepertinya Keano menjaga Mama lebih banyak daripada yang Papa lakukan.”

Kean
Almiftiafay

SEMUA SAYANG KEANO WELLLLL ☺️ Udah ya? 2 bab aja yah hari ini?? 😋😋

| 34
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Diahayu Aristiani
iya keano. saat nya kamu, mama lilia, papa willi bahagia
goodnovel comment avatar
manismanjah139
lg akakkkk.....gak sabar liat Lambretta..sengsara......
goodnovel comment avatar
meowza lee
iya keano.. semua yg membuat sedih sudah selesai.. sekarang saatnya kalian menjalani keluarga kalian yg bahagia.. ಥ⁠‿⁠ಥ kalau othornya berulah ngasih yg sedih-sedih lagi, ayo kita demo othornya ʕ⁠ノ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠ノ⁠ ⁠︵⁠ ⁠┻⁠━⁠┻
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    245. Aku Juga Ingin Kau Memelukku

    “Iya, kita akan memiliki keluarga kita yang sempurna, Sayang,” jawab William. “Sungguh, Papa?” “Iya … Mama sudah menjawab bersedia untuk sekali lagi menikah dengan Papa.” Keano mengedipkan matanya lebih dari satu kali, memandang Lilia dan William bergantian sebelum berhenti pada si Papa dan mempertegasnya sekali lagi. “Apakah benar begitu, Papa?” Suaranya sarat akan keraguan, seakan ia ragu dengan ucapan William mungkin karena banyaknya peristiwa yang terjadi pada mereka. Bahagia yang berulang kali hampir tergapai tapi berubah menjadi luka akibat dipermainkan oleh takdir. “Benar, Sayang,” jawab William sekali lagi kala Lilia hanya bergeming, menahan haru dan berharap seperti Keano. Bahwa kali ini mereka benar-benar ada di tahap bahagia tanpa perlu lagi ada air mata. Keano memeluk William dan Lilia mengusap punggung kecilnya seraya mengingatkannya agar tetap berhati-hati. Bu Alya—yang semula berdiri dengan tetap menjaga jarak—membiarkan kebahagiaan tercipta untuk Lilia, Willi

    Last Updated : 2025-02-15
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    246. Sebuah Kecupan Misalkan

    Lilia menghela dalam napasnya mendengar itu. Setelah meminta Lilia menikah dengannya padahal nyawanya belum seratus persen kembali, hal susulan lain yang dilakukan oleh William adalah melayangkan kalimat yang lebih pantas disebut sebagai sebuah godaan. “Tidak bisakah beristirahat sebentar, Tuan William Quist?” tanya Lilia, hampir terdengar geram. “Jangan mulai menggoda karena kamu baru saja membuka mata.” Lilia mengedikkan dagunya pada Keano, “Keano sudah mengantuk, jadi sebaiknya kamu tidur juga.” “Dan kamu akan pergi begitu saja?” “Lalu apa?” “Tidak ada kecupan atau—“ Lilia tak menjawab William. Ia berlari meninggalkan ruangan itu sebelum kalimat-kalimat William berubah menjadi rayuan yang lebih liar. ‘Ini masih siang,’ batin Lilia setibanya ia di luar dan menutup pintu berdaun dua itu. ‘Setidaknya kalau mau, kita bisa melakukannya nanti malam saja—EH?!’ Lilia terkejut, kesal dengan batinnya yang melantur. ‘Apa maksudnya itu? Aku juga menginginkan berciuman dengannya

    Last Updated : 2025-02-15
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    247. Terurainya Sebuah Kesalahpahaman

    Kebekuan sesaat terjadi, enam puluh detik berlalu tanpa kata hingga Lilia berdiri dan menundukkan kepalanya. "Selamat malam, Kak Nicholas," sapanya. "Selamat malam, Lilia," balas Nicholas, urung untuk mendekat ke arah mereka berada. William masih terdiam, tapi dari sudut mata Lilia, ia melihat pria itu menatap pada kakak lelakinya. "K-kalian bicaralah," ucap Lilia, menoleh pada William dan Nicholas bergantian. Ia tersenyum pada William yang mengedipkan matanya dengan pelan, sebagai sebuah bentuk persetujuan. Lilia membalasnya dengan senyum penuh terima kasih karena William mau membuka hatinya. Lilia berpamitan pergi dari sana, sehingga ruangan itu hanya berisikan William dan Nicholas. Pintu tertutup dari luar, mengiringi langkah Nicholas yang mendekat pada William. "Apa kabar, William?" tanyanya sembari duduk di kursi yang ada di samping ranjang. "Baik, sudah jauh lebih baik," jawabnya. "Terima kasih karena kamu masih hidup. Karena jika tidak ... aku benar-benar akan kehilan

    Last Updated : 2025-02-16
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    248. Sudah Selesai Kesalahpahaman Kita

    "Kamu tidak perlu berterima kasih, William," ucap Nicholas akhirnya. "Aku sangat terpukul juga dan merasa bersalah saat itu. Apa yang kamu lakukan pada Madeline, caramu menjaganya saat orang tua kita hanya memandangnya sebelah mata dan menganggapnya sebagai kegagalan, semua ketulusan yang kamu berikan aku hancurkan dalam sesaat. Dan menyebabkan adik kita yang malang itu lepas dari genggaman tanganmu." "Aku tahu maksudmu dengan memalsukan kematian Madeline," jawab William. "Kak Nic hanya tidak ingin aku membenci Madeline yang bunuh diri sehingga kamu memalsukan kematiannya dan menimpakan kesalahan itu pada dirimu sendiri." Nicholas tersenyum saat William menghela dalam napasnya. Wajahnya menunjukkan sebuah kelegaan yang besar, seolah ia menunggu akan datangnya hari ini agar kesalahpahaman antara mereka usai. "Aku khawatir saat tidak melihatmu di Velox kapan hari," ucap Nicholas setelah ia menggosok matanya sekali lagi. "Saat aku tanyakan pada Giff, awalnya dia menolak memberi tahu, t

    Last Updated : 2025-02-16
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    249. Kamu Suka Bentuk Tubuhku?

    "M-mau," jawab Lilia dengan gugup. Perawat pria yang berdiri di dekat William mendekat padanya dan menyerahkan pakaian pasien untuknya. "Terima kasih bantuannya, Nona," ucapnya kemudian menundukkan kepala begitu juga dengan Lilia dan menutup pintu dari luar. Lilia membawa atasan pasien yang ada di tangannya itu mendekat pada William yang duduk di tepi ranjang rawatnya dan menyambutnya dengan mata yang berbinar. "Katakan saja kalau ada yang sakit," kata Lilia saat ia sudah berdiri di hadapan William. "Jadi aku bisa lebih berhati-hati." "Tidak ada yang sakit selama kamu yang menyentuhku, Lilia." Kedua bahu Lilia jatuh mendengar jawaban itu. Ia perlahan membuka kancing baju pasien yang dikenakan oleh William dari bagian yang paling atas. Satu demi satu turun ke bawah sehingga dadanya yang bidang dan perban di bagian perutnya yang tadi dikatakan oleh perawat pria itu terlihat. Lilia dengan hati-hati melepas atasan miliknya karena tangan kiri William masih bertautan dengan selang in

    Last Updated : 2025-02-16
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    250. Ciuman Darimu Membuatku Berantakan

    Matanya masih terbuka saat Lilia menciumnya. Lebih dari sepuluh detik sebelum William akhirnya turut memejamkan matanya dan membalas ciuman yang sangat manis ini. Bibir mereka saling memagut, Lilia melingkarkan kedua tangannya ke belakang leher William saat ia memeluk Lilia dan tak membiarkan gadisnya ini mengakhirinya begitu saja. Debar-debar kasmaran yang pernah dirasakan oleh William itu kembali lagi. Lilia membangkitkan gairah akan hidupnya menjadi membara. Sebuah hal yang mendorongnya untuk bisa sembuh lebih cepat, agar tak ada penundaan lagi pada pernikahan mereka. Lilia menarik wajahnya dari William, menegakkan kembali tubuhnya mengingat ia berdiri di hadapan William sehingga posisinya sedikit lebih tinggi dari pria itu. Sedang William menatapnya dengan tidak rela. Iris gelapnya bertanya lebih banyak, 'Kenapa cepat-cepat selesai?' "Apakah itu belum cukup?" tanya Lilia padanya. "Kamu akan meragukan apakah aku mencintaimu atau tidak?" "Kalau aku menjawab dengan 'belum cukup

    Last Updated : 2025-02-16
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    251. Kejutan Di Hari Ulang Tahun Nyonya

    Pagi ini, Gretha sedang berada di ruang makan. Duduk berhadapan dengan Tuan Alaric yang menyuap makanannya dengan ekspresi wajah yang tampak enggan. "Papa tidak pergi ke luar negeri lagi?" tanya Gretha di antara keheningan yang awalnya tumbuh di sekitar mereka. "Pergi nanti, tapi masih belum tahu kapan pastinya karena Zain belum memberi jadwal untuk Papa," jawab Tuan Alaric setelah meneguk minuman dari dalam gelas. "Papamu sibuk dengan kegiatannya di luar negeri tapi tidak pernah mengajak Mama, Gretha," sela Nyonya Bertha. "Kamu mau ikut?" Tuan Alaric meletakkan sendok makan yang tadi digenggamnya kemudian memandang pada sang istri. "Tapi sebagian besar kunjunganku ke luar negeri dan kalau kamu ikut bersamaku itu pasti ujungnya kamu banyak mengeluh, Bertha. Tidak bisa bahasa A, tidak cocok dengan makanannya, tidak ini tidak itu, dengan aku yang sibuk kerja dan tidak untuk main-main, apa kamu pikir aku punya waktu untuk mengurus hal-hal sepele yang kamu keluhkan itu?" Nyonya Bert

    Last Updated : 2025-02-17
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    252. Siapa Yang Menghamilimu, Gretha?

    "A-apa?" tanya Gretha seraya bangun dari duduknya dan hendak menuju pada Tuan Alaric. Tapi sebelum hal itu ia lakukan, Tuan Alaric lebih dulu melempar foto-foto itu ke hadapannya. Sebagian mendarat di atas meja, sebagiannya jatuh berserakan di lantai. Gretha menggigit bibirnya hingga terasa perih saat ia mengambil salah satu foto tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Tuan Alaric, foto itu benar menunjukkan dirinya yang berdiri di dekat mobilnya, berhadapan dengan seorang pria yang menunduk dan mencium perutnya. Tentu itu adalah dirinya, dan pria yang menunduk itu adalah Henry! Itu adalah pertemuan mereka di mana hari itu Henry sangat ingin merasakan gerakan bayi mereka dan sialnya ... ada yang melihat dan mengambil foto mereka berdua. 'Siapa?' batin Gretha dengan tangan yang gemetar. Ia mengangkat wajahnya untuk menatap sang ayah yang sepasang matanya nyalang dan memerah. Ekspresi yang paling buruk yang pernah dilihatnya selama ini. Gretha tak pernah melihat beliau marah sepe

    Last Updated : 2025-02-17

Latest chapter

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    381. Satu Detik Untuk Selamanya

    Pagi saat Lilia membuka mata pada hari berikutnya, mendung abu-abu bergantung. Ia keluar dari kamar dan mendengar gelak tawa Keano serta William serta samar celotehan hangat Karlee dan Kathleena dari luar. Entah apa yang dilakukan oleh ayah dan tiga orang anak itu. Tapi sepertinya itu adalah sesuatu yang seru. Lilia tadinya ingin menyusul mereka. Tapi ada sesuatu yang menyita perhatiannya saat ia lebih dulu berjalan menuju ke dapur. Ada sebuah buket bunga dalam vas, sebuah tas kecil dalam paper bag, serta kue berukuran kecil yang ada di atasnya. Semuanya bertuliskan, 'Selamat hari Ibu'. Paper bag berisi tas itu dari William, kue itu dari Keano, dan buket bunga itu dari si kembar Karlee dan Kathleena. Ada dua kartu ucapan yang ada di buket bunga itu dengan tulisan, [Karlee sayang Mommy.] [Mama cantik kesayangan Kathleena.] Entah siapa yang menuliskannya, tapi Lilia sangat suka dengan semua ini. "Manisnya ...." Ia menoleh pada Agni yang berjalan meninggalkan dapur sembari mem

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    380. Nanti Saat Ada Kesempatan Di Benang Merah Yang Lain

    Berjalan memasuki rumah, sepertinya ini sudah terlalu malam. Pesta anniversary Nicholas dan Selina berjalan dengan baik meski Lilia harus mengenakan gaun yang lain, bukan yang ia rencanakan untuk dipakai sebelumnya yang warnanya serasi dengan William dan anak-anaknya. "Selamat malam, Mama." Keano yang tadi berjalan di depan Lilia berhenti dan menoleh padanya saat tiba di depan pintu kamar. Lilia mengangguk, membalas senyum anak lelakinya yang baru saja melepas jas yang ia kenakan. "Selamat malam, Sayang." Lilia mendekat, mengusap puncak kepala Keano. Kini ia tak perlu lagi berlutut untuk membuat tubuh mereka sama tingginya karena Keano sudah tumbuh besar. "Tidurlah, walaupun besok masih libur, Keano harus tetap istirahat tepat waktu." Keano mengangguk sekali lagi. Tak ada kata yang keluar dari bibirnya, tapi apa yang ia lakukan membuat Lilia terenyuh. Kedua tangannya memeluk Lilia dengan erat, maniknya yang berbinar menatap Lilia cukup lama sebelum akhirnya ia bersuara. "Teri

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    379. Biru Langit

    .... Langit di pagi itu tampak lebih biru ketimbang langit yang pernah dilihat oleh William sebelumnya. Matanya menatap hamparan warna lautan itu terbentang dari ujung timur hingga ke sudut barat. Cantik sekali .... Sesaat langkahnya terhenti di atas setapak yang ada di antara rerumputan hijau yang terlihat seperti permadani. Tidak banyak orang di tempat ini. Sepertinya hanya ada dirinya, serta beberapa orang di kejauhan yang membawa buket bunga. William kembali melanjutkan langkahnya. Terus berlalu, menjauh dari gerbang tinggi di belakangnya, lalu berhenti di depan nisan yang rasanya sudah sangat lama tidak ia kunjungi. Madeline Quist. Itu adalah makam adik perempuannya. Seorang gadis yang pernah ia besarkan sebelum pergi untuk selama-lamanya. Permadani hijau yang dilihatnya itu adalah rumput yang ada di pemakaman tempat di mana pusara Madeline berada. Bukan hanya Madeline saja sebenarnya, tapi juga Ivana. William menunduk, meletakkan salah satu buket yang ada di tangannya a

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    378. Si Paling Manja

    Rasanya seperti baru kemarin Lilia dan William mengantar Keano masuk ke Taman kanak-kanak. Rasanya juga baru kemarin si kembar Karlee dan Kathleena itu lahir. Tapi waktu terasa sangat cepat saat seseorang dirundung oleh bahagia yang tak bertepi. Nathaniel Keano Quist, bocah kecil nan jenius itu sudah masuk ke sekolah dasar. Ia masih meminta bersama dengan teman kembarnya sedari playgroup—Jayce dan Jasenna—di sekolah dasar yang sama. Ia tumbuh terlalu tampan, dan itu mengkhawatirkan bagi Lilia karena beberapa wali murid mulai menggoda agar sebaiknya Keano dijodohkan dengan anak-anak mereka sedari kecil. Tidak ... ia tidak siap! Meski dulu pernah menggoda William dengan mengatakan bahwa ia bisa berbesan dengan keluarga Heizt dalam pernikahan muda, tapi ia tak siap! Pagi ini, Lilia baru saja keluar dari kamar setelah selesai memandikan Karlee. Ia hendak menyusul Kathleena yang sudah lebih dulu mandi dan sekarang ada di ruang makan, bersiap menyantap sarapan pagi mereka sebelum Willi

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    377. Tiba-tiba Tentang Nikah Muda

    Lilia tidak bisa mengatakan betapa bahagia ia saat melihat keluarganya disempurnakan oleh lahirnya Karlee dan Kathleena. Dua bayi mungil itu tengah tidur di dalam box bayi yang dilengkapi oleh kelambu. Mengantisipasi seandainya ada nyamuk yang lolos masuk ke dalam kamar dan menggigit mereka. Sudah beberapa hari yang lalu Lilia meninggalkan rumah sakit. Tak ada yang berubah dengan kehidupannya selain ia yang harus sering bangun malam untuk menyusui anak-anaknya. Itu saja ... selebihnya tidak ada yang berubah. William mengatakan ia bisa memakai baby sitter jika kewalahan. Tapi Lilia menolak, 'Bagaimana kalau nanti kamu menikahi baby sitternya Karlee dan Kathleena dan punya istri ke dua lagi? Aku tidak mau.' Sebenarnya itu adalah sindiran. Lilia mengatakan hal itu karena dulu dirinya juga baby sitter sebelum menjadi istri kedua William. 'Sayang ... pikiran macam apa itu?' balas William yang kala itu bisa dijumpai keputusasaan yang besar dari caranya bertanya. Matanya terpejam, jem

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    376. Karlee dan Kathleena

    Saat tiba di Instalasi Gawat Darurat, Lilia berjalan dengan tenang di samping William. Tidak ada kepanikan yang terjadi di sana. Mereka tahu bayinya akan lahir, anak yang mereka tunggu-tunggu, si kembar sepasang nan menggemaskan adiknya Keano. Tadinya memang ada sedikit kepanikan saat William masuk sembari menggendong Keano ke dalam mobil. Tapi Lilia menenangkannya dengan mengatakan, 'Kalau kamu panik, kita semua akan panik, William. Tenanglah ... tidak akan terjadi sesuatu yang buruk. Hubungi saja Papa dan katakan untuk menemani Keano nanti.' Setelah itu William menarik napasnya. Di pangkuannya, Keano duduk diam, menatap Lilia dan tersenyum seolah agar ia tak merasakan sakit itu sendirian. 'Mama, ayo semangat ... kita akan bertemu dengan adik sebentar lagi.' 'Iya, Sayangku. Terima kasih.' Lihat ... saat tenang, semua akan terkendali. Lilia bersiap di dalam kamar rawatnya. Dokter Sarah mengatakan bahwa ia telah mengalami pembukaan yang ke lima, cukup cepat sejak pecah air ketuba

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    375. D-14, Or D-Day?

    Rasanya ... waktu berjalan dengan sangat cepat. Dihitung oleh Lilia, si kembar akan launching dalam dua Minggu dari hari ini. Ia baru saja pulang yoga dengan diantar oleh Agni dan Ron, kali ini William tidak bisa ikut karena harus menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan audit. Keluar dari kamar mandi, tubuhnya terasa sangat segar. Di ruang ganti, ia dikejutkan oleh William yang ternyata sudah pulang. Bukan hanya itu saja, pria itu juga terlihat seperti sudah selesai mandi karena rambut hitam miliknya tampak setengah basah. Kaos berkerah yang dikenakannya pun bukan pakaian yang tadi ia pakai bekerja, jadi bisa disimpulkan prianya itu sudah datang sejak tadi dan mandi di kamar lain. Senyumnya merekah saat ia bangun dan menghampiri Lilia. "Kamu sudah pulang?" tanya Lilia yang disambut anggukan darinya. Pria itu menunduk, memberi kecupan di kening Lilia sebelum mengusap perutnya. "Sudah dari tadi, Sayang," jawabnya. "Wah ... apa aku yang kelamaan berendam? Kamu mandi di tempat

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    374. Baby Genius

    "Aish ... tidak tahu tempat," desis William sembari bersedekap. Karena tidak mungkin bagi mereka untuk tak pura-pura melihat sebab seruan Keano sudah menggema memenuhi setiap sudut parkiran, jadi William memutuskan untuk menghadapinya. Sedang Lilia yang mendengar itu menoleh pada William, dalam hati diam-diam bergumam, 'Kesal karena orang lain tidak tahu tempat padahal sendirinya pun begitu.' William mungkin lebih parah bagi Lilia, di manapun ada kesempatan ia pasti menggoda Lilia. Di ruang makan, di dalam kamar Keano, di ruang baca, di tempat yang sedikit memacu adrenalin—di dalam mobil saat mereka mengantar Keano. Kadang, William meminta Giff yang mengantar Keano masuk setelah parkir, sedangkan mereka berdua akan melakukan sesuatu yang lain di dalam mobil. Dan seperti paham dengan apa yang akan mereka lakukan, maka Giff akan menurut sembari mengancam, 'Awas ya kalau sampai viral ada mobil goyang di parkiran Taman kanak-kanak, aku tidak mau mengatasinya!' Ah ... bahkan mereka me

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    373. Rahang Tuna

    "Hm ... tidak malam ini juga," balas Lilia singkat yang percayalah itu membuat William dilanda kelegaan yang besar. Bukan karena ia tak suka Lilia meminta sesuatu darinya. Hanya saja ... ia telah dibuat habis akal lebih dulu mendengar permintaannya yang mendadak dan tidak ia antisipasi. Padahal Tuan Alaric, ayah mertuanya itu sudah pernah mengatakan bahwa nanti William harus siaga dengan permintaan dadakan istri yang hamil di tengah malam. Saat itu ia pun bingung dan bertanya kenapa memangnya? Karena saat ia menikah dengan Ivana dulu, tidak ada sesuatu yang mencolok. Tapi sekarang, William sudah mendapatkan jawabannya. Contoh nyatanya ada di depan mata. Ia mendorong napasnya, salah satu lengannya merangkul Lilia seraya mengecup pipinya. "Baiklah ... aku akan carikan restoran yang menyediakan menu itu nanti, tapi sekarang kamu tidur lagi, bagaimana?" Lilia mengangguk memberi persetujuan. "Iya." "Selain makan itu, sekarang kamu mau makan apa?" "Hanya itu saja yang aku pikirkan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status