All Chapters of Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Chapter 111 - Chapter 120

266 Chapters

111. Aku Tahu Lebih Banyak Dari Yang Kau Kira

“Ada apa, Lilia?” tanya William yang membuat Lilia terkejut. Ia yang tadinya menunduk dengan gegas mengangkat wajahnya kemudian menatap William. “Ada apa?” tanya William sekali lagi. “Kenapa kamu diam saja?” Lilia tak serta merta menjawabnya. Ia berpikir, haruskah ia katakan kekhawatiran itu pada William? Tapi jika dirasakan lebih jauh, sebenarnya ia merasa tidak nyaman. Mempertimbangkan agar tak terjadi sesuatu yang buruk pada ibunya, serta tahu ia tak bisa berbohong pada William yang bisa membaca gelagatnya sekarang ini, Lilia memutuskan untuk jujur. “A-ada sesuatu yang menggangguku,” jawab Lilia akhirnya. “Katakan padaku,” sambut William. “Apa yang mengganggumu itu?” “Ibu tadi bilang sesuatu seperti ‘tidak akan bangun lagi setelah orang itu mencelakainya’,” jawab Lilia. “Orang siapa maksudnya, itu yang menggangguku. Maksudnya—baik, memang akhirnya Ibu divonis mengalami gagal hati, tapi awalnya … apa Ibu yang katanya jatuh di kamar mandi itu adalah sebuah kesengajaan?” Willi
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

112. Leonora, Putriku Yang Hilang

“Apa Lilia adalah Leonora?” tanya Alaric seorang diri, menduga-duga. Ia duduk dan menatap album itu dengan matanya yang terasa perih. ‘Apa itu yang ingin dikatakan oleh Alya sebelum dia koma?’ Dadanya terasa sesak saat menjumpai kenyataan bahwa tanda lahir kemerahan di kaki Lilia yang beberapa hari dilihatnya itu terbukti sama dengan tanda lahir milik Leonora. Alaric pikir, jika diingat-ingat … memang ia tidak tahu seperti apa masa kecil Lilia, seperti apa wajahnya saat ia kecil. Yang ia tahu, Lilia bukan anak kandung Alya. Alya mengatakan padanya bahwa gadis itu diadopsi dari panti asuhan saat berumur dua tahun. Lalu Alya membawanya masuk ke rumah ini saat anak itu di akhir sekolah dasar, saat akan menginjak sekolah menengah pertama. Alaric juga tak banyak memperhatikannya karena mereka jarang bertemu. Alya dan anaknya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah belakang, menyiapkan makanan dan bertanggung jawab pada taman. “Apa mungkin Alya berbohong saat mengatakan kalau L
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

113. Hilang Kepercayaan

“A-apa itu artinya semua kerja sama antara Seans Holdings dan Velox Corp putus?” tanya Gretha memperjelas. Alaric menggeleng menjawabnya, “Bukan kerjasamanya yang putus, tapi William tidak mau kerja sama terjadi jika kamu ikut andil, Gretha,” tuturnya. “Kenapa dia egois begitu?” tanya Bertha. “Zain bilang padaku bahwa di luar sana kabar menyebut jika yang membuat hamil Gretha adalah William. Siapa yang mengedarkan gosip itu? Apa itu kalian?” Alaric memindai Gretha dan ibunya yang tak menjawab. Hanya gestur tubuh mereka yang terlihat aneh dan di mata Alaric itu sedikit mencurigakan. Benaknya memprovokasi bahwa dugaannya itu benar—bahwa istri dan anak perempuannya itulah yang menyebarkan kabar hingga menimbulkan berita liar bak bola api di luar sana. Alaric menghela dalam napasnya, memberikan gelengan samar, enggan bicara lebih banyak. “Tapi bukankah itu tidak benar?” tanya Bertha kembali. “Mencampurkan urusan pribadi dan pekerjaan bukan sesuatu yang bisa diwajarkan, bukan?” “Se
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

114. Jika Semua Praduga Itu Benar ....

“Benar, namanya Henry, Pak Giff,” ucap Dany memperjelas. “Lalu di mana si Henry itu sekarang?” Dany menggeleng tak yakin. “Setahu saya masih bekerja dengan Pak Reynold,” jawabnya. “Pak Reynold masih berusaha membangun kembali bisnisnya itu dari awal. Saya jamin Henry tahu banyak soal hubungan Pak Reynold dan pacarnya yang bernama Gretha itu.” Giff diam-diam membenarkan hal itu juga. Jika memang Henry sering mengantar jemput Gretha, ada kemungkinan ia bisa menjadi saksi bahwa perempuan itu pernah melakukan hubungan bersama Reynold hingga membuatnya hamil. ‘Mungkin sekarang saatnya aku mencari di mana keberadaan si Henry itu.’ Tapi sebelumnya ia harus mengatakan hal yang ia temukan ini terlebih dahulu pada William. Setelah melakukan obrolan beberapa lama bersama dengan Dany, Giff lalu pergi dari sana. Ia menuju ke rumah William setelah menghubungi tuannya itu yang memang berada di rumah. Pintu gerbang tinggi yang ada di kawasan elit itu menyambutnya. Lengkap dengan si pem
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

115. Terobsesi Pengakuan Cemburu

Lilia sedang ada di dalam kamar Keano, bocah kecil itu sibuk menghubungkan garis putus-putus yang ada di bukunya sebelum mereka menoleh ke arah pintu yang terbuka saat melihat William datang dari sana. “Halo,” sapa William lebih dulu. “Keano sedang membuat apa itu?” “Menghubungkan garis, Papa,” jawab Keano tanpa memindahkan pandangannya dari buku. “Apa Pak Giff sudah pulang?” tanya Lilia setelah William duduk di sofa yang ada di sampingnya. “Sudah.” “Apa ada sesuatu yang tidak baik terjadi di kantor?” “Tidak ada,” jawab William sekali lagi. “Dia hanya bilang besok agar kita tidak lupa untuk pergi fitting baju pengantin di butik.” “Iya,” jawab Lilia. “Sudah selesai, Mama,” ucap Keano seraya bangun dari duduknya di kursi dan meja kecil kemudian mendekat pada Lilia. Menyerahkan buku dan hasil pekerjaannya pada Lilia yang menerimanya dengan tak bisa menyembunyikan senyumnya. “Okay … bagus sekali, besok kita menghubungkan garis lagi dan membuat bentuk ya?” Keano mengangguk dengan
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

116. L‘amour De Ma Vie—Cinta Dalam Hidupku

Lilia tertegun untuk lebih dari enam puluh detik. ‘Cinta dalam hidupku?’ ucapnya dalam hati, membaca apa yang tertera di layar ponselnya—hasil pencariannya terhadap apa arti dari ‘L’amour de ma vie’. Padahal … Lilia baru saja berpikir William memberinya nama yang aneh. Tapi artinya justru membuat Lilia merinding sekujur badan. Tak pernah ada di dalam pikirannya bahwa pria itu akan diam-diam bersikap seperti ini di belakangnya. Lilia putuskan … mulai hari ini ‘L’amour de ma vie’ akan menjadi kalimat favoritnya. “Mama!” panggil suara manis Keano yang datang dari sebelah kanannya sehingga ia dengan cepat mematikan layar ponsel milik William. Suara itu teriring dengan derap larinya saat memasuki ruangan, serta salah satu tangan yang membawa kembang gula kapas berukuran besar yang pasti ia dapatkan dari William—mungkin hasil memaksa untuk membelinya di tepi jalan. Beberapa detik kemudian William yang berjalan di belakangnya menampakkan kedatangannya. “WOAH!” Keano berseru de
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

117. Bukan Benih Suamiku

Lilia seakan membeku di tempat ia berdiri. Tubuhnya meremang saat ia mengulang dalam hati, ‘A-anaknya Henry?!’ Ia tak salah dengar, ‘kan? Kakinya seakan terpancang dengan lantai tempat ia berpijak. Sedang Gretha yang ada di sana rupanya belum selesai bicara. “Pergilah, Henry!” usir Gretha pada pria bersurai hitam itu. “Jangan mengikuti aku lagi! Aku bisa hidup tanpamu!” “Tidak, Gretha,” jawab Henry sebagai sebuah penolakan. “Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Aku sudah melakukan apapun agar kamu memberiku kesempatan untuk bertanggung jawab,” tuturnya. “Aku lakukan semua yang kamu mau termasuk untuk membuat anak bernama Keano itu tenggelam.” “Semua itu memiliki tujuan,” sangkal Gretha. “Aku memintamu melakukan itu untuk menyingkirkan Lilia agar perempuan itu dibenci William, bukan untuk memberimu kesempatan. Jadi berhenti mengikutiku!” ‘Jadi benar mereka saling mengenal?’ batin Lilia begitu mendengar pengakuan itu. Ia tak pernah menyangka akan mendengar kebenaran dari pe
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

118. Tampak Sifat Aslinya

Tujuannya menemui Lilia sudah sangat jelas sekarang. Gretha ingin menunjukkan kondisi dirinya ini pada semua orang. Bahwa apa yang ia terima itu disebabkan oleh William—dan barangkali ini adalah bentuk pembalasan atas sakit hatinya karena sebuah penolakan. Kalimat itu dikatakan dengan sangat lantang sehinga dapat didengar oleh semua orang yang ada di sana. Mengakibatkan kegaduhan tepat setelah Gretha selesai berucap. “Apa maksudnya itu?” sahut salah seorang suara ibu muda yang berdiri di dekat mereka, pertanyaan yang kemungkinan besar juga sedang dipikul oleh semua telinga yang mendengarnya. “Maksudnya suaminya menghamili Nona itu?” sambung yang lainnya. “Tunggu sebentar! Bukankah suami dari Bu Lilia adalah pria bernama Tuan William itu?” “Astaga! Jadi yang menghamili Nona itu adalah Tuan William? CEO Velox Corp?” “Apa yang sedang terjadi di depan kita ini?” Bisikan saling sahut, menyambung tanpa henti seperti pita mobius yang tak berujung. Pandangan mereka saling menghakimi
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

119. Istri Dari Tempat Pelacuran

“Dari tempat pelacuran?” ulang salah seorang ibu muda di dekat Lilia. “Oh, astaga … apakah itu benar?” “Memalukan sekali! Padahal wajahnya terlihat baik, jadi dia berasal dari—“ “Ssht!” cegah wali murid lain agar mereka berhenti berprasangka. Gunjingan kembali terjadi, lebih berisik daripada sebelumnya. Lilia menoleh pada Gretha sehingga pandangan mereka bersirobok. Wanita itu mendekat padanya dengan dagu yang sedikit terangkat, menunjukkan sebuah tanda kemenangan yang besar. “Kamu pikir aku tidak tahu bagaimana caramu kembali ke rumah William, Lilia?” tanya Gretha saat tiba lebih dekat di hadapannya. “Itu karena kamu dibawa William pergi dari tempat pelacuran, benar?” Lilia tak begitu saja menjawabnya. Ia tercenung lebih dari enam puluh detik berlalu. Batinnya ditumbuhi oleh kemelut saat mempertanyakan, ‘Dari mana dia tahu?’ Apa Gretha mencari tahu dengan menemui ayah angkatnya—Arya? ‘Lalu pria itu menyebut bahwa aku dibawa pergi ke tempat Madam Savannah?” Lilia mendorong
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

120. Sebuah Kunjungan

“Selamat malam,” sapa sebuah suara dari arah pintu ruang baca yang terbuka. Membuat Lilia dan Keano secara bersamaan menoleh ke sana, mereka menjumpai William yang tersenyum sepajang dua milimeter, memandang mereka bergantian. “Selamat malam,” balas Lilia dan Keano. Pria itu memperhatikan Keano yang kembali sibuk dengan puzzle baru yang tadi ia belikan. “Bagaimana mainannya, Keano? Suka?” “Suka, Pa,” jawab bocah kecil itu. “Tapi apakah besok kalau Papa membelikan Keano lagi boleh yang ukurannya lebih besar?” pintanya. “Yang ini sedikit kekecilan.” William mengangguk tak keberatan, “Bisa, Sayang. Besok Papa belikan yang ukurannya lebih besar.” “Terima kasih, Papa.” William kemudian mendekat pada Lilia, berdiri di dekat sofa tempat ia duduk. “Apa yang kamu lakukan?” tanyanya, memandang buku yang ada di hadapan Lilia. “Hanya membaca buku saja,” jawab Lilia. “Sambil menemani Keano menyelesaikan puzzle barunya.” Sepasang alis lebat William berkerut saat pria itu memindai wajahnya.
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status