All Chapters of Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Chapter 91 - Chapter 100

266 Chapters

91. Skin To Skin

Mengikuti langkah kaki panjang William sekeluarnya dari mobil yang dikemudikan oleh Giff memasuki halaman, Lilia lah yang membawakan jas milik pria itu untuk masuk ke dalam rumah karena kedua tangannya sedang menggendong Keano. Bocah kecil itu terlelap setelah berceloteh di jalan dan tahu-tahu menjatuhkan kepalanya di bahu Lilia dengan nyaman. “Saya langsung pulang,” ucap Giff saat Lilia hampir melewati pintu. “Selamat malam, Nona Lilia, Tuan William.” “Selamat malam,” balas Lilia kemudian pemuda itu menundukkan kepalanya sebelum pergi. Lilia melanjutkan langkahnya menuju ke kamar, membalas sapaan beberapa pelayan yang menyambut kedatangannya sebelum menemukan William yang tengah membaringkan anak lelakinya itu. Lilia melihatnya menguraikan dasi kecil yang ada di kerah leher Keano sebelum ia beranjak turun dari tepi tempat tidur dan berhenti di hadapan Lilia yang menyerahkan jas miliknya. “T-terima kasih untuk malam ini, Tuan William,” ucap Lilia dengan gugup, mencuri pandang pad
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

92. Terbayang Bibir Manismu

William mendekatkan wajahnya pada Lilia, menarik pinggangnya sekali lagi agar mereka lebih dekat. Jika benar terjadi, maka ini adalah yang ke dua kalinya William mencium Lilia. Pria itu menggapai bibir kecil Lilia, mengecupnya dengan lembut, hangat dan tenang. Setiap sentuhannya seperti gelombang air hangat yang membuat darahnya berdesir. Sebuah perlakuan yang selama ini tak pernah didapatkan oleh Lilia karena sebagian besar yang ia terima adalah sentuhan tanpa cinta. Saat William menarik wajahnya dari Lilia, manik gelapnya mengunci Lilia yang gugup meramalkan apa yang sebentar lagi terjadi jika mereka terus seperti ini. “A-apa yang akan A-anda lakukan?” tanya Lilia terbata-bata. “Apa, Lilia?” “Meskipun … kita sudah pernah menikah sebelumnya dan sampai hari ini status kita masih suami istri, tapi ….” “Tenanglah,” bisik William lirih. Iris kelamnya membuat Lilia termangu, terhipnotis lagi padanya. “Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, tapi aku tidak akan melakukan apapun,
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

93. Jungkir Balik Dalam Semalam

“Hamil?!” ulang William dengan sepasang alis lebatnya yang nyaris bersinggungan. Membutuhkan beberapa detik untuknya memproses apa yang baru saja dikatakan oleh Giff. Bahwa hal penting yang harus disampaikan oleh pemuda itu adalah sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. “Bu Agni harusnya tahu Mama datang ke sini semalam, kenapa tidak memberitahuku?” gumamnya. “Saya tadi sudah bertanya pada Bu Agni, dan memang benar jika Nyonya datang, Tuan William. Bu Agni bilang akan memberi tahu Anda pagi ini juga karena semalam dia tidak ingin merusak kebahagiaan Anda, Nona Lilia dan Baby K,” tutur Giff menjelaskan. William memijit keningnya yang terasa nyeri saat Giff melanjutkan kalimatnya. “Bu Agni bilang Nyonya Donna marah-marah, tapi karena Anda tidak ada di rumah beliau pergi begitu saja.” William menghela dalam napasnya. Hidupnya seakan jungkir balik dalam waktu singkat. Dari yang semula bahagia dan berdebar setiap mengingat ciumannya bersama dengan Lilia kini menjadi sesak ak
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

94. Apa Benar Itu Anakku?

“Tidak!” jawab William sebagai sebuah penolakan yang tegas. Mata teguhnya dapat dijumpai oleh Nyonya Donna yang duduk di samping Tuan Adam dengan punggung tegang. “Bukankah aku sudah mengatakannya dengan jelas? Aku tidak pernah merasa memperkosa Gretha!” Seperti sebuah kebetulan—atau memang ini telah direncanakan—nama yang baru saja disebutkan William itu datang memasuki ruang keluarga. Wanita itu bersama dengan sang ibu, berjalan dengan kepala yang tertunduk dan langkah yang ragu-ragu begitu menjumpai William duduk di sana. “Ayo, Sayang!” ajak Nyonya Bertha seraya meraih tangan Gretha agar ikut dengannya. “Tidak apa-apa, ayo!” “Kemarilah, Gretha ….” sambut Nyonya Donna dengan keibuan. Beliau turut berdiri dan merangkul bahu Gretha serta membawanya untuk duduk di sampingnya. “Apa dia terus muntah sepanjang pagi?” tanya Ibunya William. “Wajahnya terlihat sangat pucat.” “Iya, Donna,” jawab Nyonya Bertha. “Gretha terus muntah sejak bangun tidur. Kondisinya lemah dan disarankan dok
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

95. Tes DNA

“Mana bisa, Liam?” tanya Nyonya Bertha, menentang William yang baru saja mengatakan bahwa mereka bisa melakukan tes DNA sejak janin masih berada di dalam kandungan. “Bisa,” jawab William tegas dan sama lantangnya. “DNA bayi sudah bisa dicek bahkan sejak mereka ada di dalam kandungan. Sebenarnya kalian semua ini hidup di goa atau bagaimana? Sampai tidak tahu ada kemajuan seperti itu?” William menoleh pada Gretha dan mengatakannya sekali lagi, “Kita pergi tes DNA, Gretha! Kita bisa lihat hasilnya nanti.” “T-tidak mau,” jawab Gretha sebagai sebuah penolakan. “A-aku takut, Kak Liam,” katanya dengan gugup. “Aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada bayiku nanti semisal dia sudah diusik sejak di dalam kandungan. Meski dia hidup dari hubungan yang menyakiti hatiku, biar bagaimanapun dia adalah anakku. Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padanya.” Suaranya lirih dan mengiba yang membuat Nyonya Donna merangkul bahunya dengan khawatir. “Fine,” tanggap William. “Terserah kalau beg
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

96. Genggaman Tangan, Pergi Atau Bertahan?

“B-benarkah?” tanya Lilia memastikan. Bergantian memandang Keano dan William yang membenarkan itu. “Iya,” jawabnya tanpa ragu. “Bagaimana menurutmu?” Lilia mengangguk tak keberatan, “Terdengar bagus.” “Aku ingin jika kita meresmikan pernikahan nanti di tempat yang tertutup saja. Hanya ada aku, kamu dan orang-orang yang kita undang,” kata William. “Bukan karena aku tidak ingin mengumumkan pernikahan kita. Tapi aku hanya tidak suka jika ada yang mengatakan hal buruk tentangmu, atau orang lain bisa melihat cantiknya kamu saat mengenakan gaun pengantin.” ‘Cantik?’ ulang Lilia dalam hati, seakan tak percaya dengan pujian yang terlontar dari bibir William. ‘Dia bilang aku cantik?’ Tanpa sadar, ‘pujian’ itu membuat tubuhnya bereaksi dengan melukiskan rona merah di kedua pipinya yang bisa dilihat oleh Keano. “Papa, pipinya Mama merah,” sebut anak lelakinya yang membuat William tersenyum saat memindai wajahnya. “S-saya setuju,” kata Lilia setelah berdeham, agar ‘pipi merah’ itu tak dibah
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

97. Aku Yang Mencintaimu Lebih Dulu

Tubuh Lilia seakan membeku. Kalimat ‘Aku mencintaimu’ yang dikatakan oleh William terasa sehangat sinar matahari kala senja, tetapi juga sesejuk sapuan angin dari laut. Meski sudah melamarnya, dan jelas akan ke arah mana hubungan mereka berlabuh, tetapi Lilia hampir tidak pernah mendengar William mengatakan ia mencintainya. Sore ini, dengan disaksikan ombak yang terpecah menabrak karang, Lilia mendengarnya dengan sangat jelas, ‘Aku mencintaimu, Lilia.’ “Kamu tidak ingin menjawabnya?” tanya William yang seketika menghentikan puluhan alinea di dalam benaknya. “Aku mencintaimu lebih dulu,” jawab Lilia akhirnya. “Benarkah? Sejak kapan?” “Lama.” William hanya tersenyum saat menggumamkan, “Mungkin aku yang lebih lama.” “Ya?” Pria itu menggeleng, “Tidak,” katanya. “Kamu tahu seperti apa perasaanku sekarang? Aku sangat berterima kasih.” “Bagiku ini masih terasa tidak nyata,” kata Lilia. “Aku berulang kali memungkiri hatiku yang selalu mengatakan aku mencintai seorang William Quist d
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

98. Ada Yang Disembunyikan?

“Nona Lilia?” sapa Giff yang membuat Lilia terjaga dari pikiran sesaat itu. Keberadaannya diketahui oleh Giff, ia yang tak mungkin berbalik arah atau berpura-pura tidak mendengar panggilan itu pun segera mendekat pada dua pria itu. William menatapnya dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan oleh Lilia. Ia berdeham sebelum bertanya, “Apa kamu sudah selesai berkeliling?” “Sudah,” jawab Lilia. “Keano di mana?” “Ada di dalam kamar.” William mengangguk menanggapi itu. Keheningan canggung membuat beberapa detik berlalu tanpa ada suara hingga Lilia memutuskan untuk mengakhirinya. “A-apa yang sedang kalian bicarakan?” tanyanya. “Apa ada hal yang disembunyikan dariku?” Lilia memutuskan untuk tak memendam kemelut itu sendirian di dalam hatinya sehingga ia memilih untuk menanyakannya pada mereka. “Itu—“ William terlihat ragu untuk menjawabnya. “Itu soal biaya pengobatan Ibu Nona,” sahut Giff karena William seperti tak akan melanjutkan kalimatnya. “Pengobatan ibuku?” ulang LIlia. “Iya,
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

99. Berhenti Menyukai Istri Orang

“Liam,” panggil Nicholas sembari selangkah mendekat pada William. “Aku bertanya karena khawatir.” “Pada siapa?” sahut William sebelum sempat Nicholas menjelaskan. “Khawatir pada Lilia karena kamu menyimpan perasaan padanya, ‘kan?” “Tidak bisakah kamu bersikap lebih tenang? Emosimu selalu meledak seperti—“ “Tenang di depan orang yang terlihat jelas menginginkan apa yang aku miliki?” potong William seraya mengangkat dagunya. “Dengar ini, Nic!” katanya menekan. “Berhentilah mengkhawatirkan sesuatu yang tidak seharusnya kamu khawatirkan! Aku bisa mengatasinya, tidak perlu bantuanmu! Jangan mendekat pada Lilia atau berpikir bisa mengambilnya dariku. Berhentilah ikut campur!” Nicholas menghela dalam napasnya, kedua bahunya yang bidang dan terbalut di dalam setelan jasnya yang rapi itu merosot penuh dengan rasa kecewa. “Dan berhenti berfantasi dengan istri orang, apalagi itu adik iparmu!” imbuh William. “Jika kamu masih terus ikut campur, dan sesuatu yang buruk terjadi pada hubunganku de
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

100. Wanita Hamil Yang Aku Temui

Gretha tak serta merta menjawab Lilia. Ia menunduk, terlihat ingin menyembunyikan kondisi perutnya yang memang membuncit. Untuk beberapa saat, keheningan yang menghampiri mereka itu menumbuhkan duri di dalam hati Lilia. Kebekuan di antara mereka runtuh saat Gretha akhirnya mengangguk membenarkan apa yang ia katakan. “Iya,” jawabnya. “Seperti yang kamu lihat.” Wajahnya terangkat, membalas tatapan Lilia dengan netranya yang mengembun. Seolah penderitaan dan segala beban terhimpun di sana. Bibir Lilia gemetar saat ia melepas tangannya dari Gretha, tenggorokannya terasa serak, tak mampu bersuara. Ia ingin memungkiri bahwa kehamilan itu tak ada hubungannya dengan William. Tapi ... Lilia sendiri pun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi malam itu antara suaminya dan wanita di hadapannya ini. “Aku tidak perlu menjelaskannya, ‘kan?” tanya Gretha dengan suara yang terdengar parau. Senyumnya tampak pahit saat ia menatap Lilia dan mengusap perutnya. “Semua yang aku katakan itu jujur, Lilia
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
89101112
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status