Share

94. Apa Benar Itu Anakku?

Author: Almiftiafay
last update Last Updated: 2024-12-31 12:54:26
“Tidak!” jawab William sebagai sebuah penolakan yang tegas.

Mata teguhnya dapat dijumpai oleh Nyonya Donna yang duduk di samping Tuan Adam dengan punggung tegang.

“Bukankah aku sudah mengatakannya dengan jelas? Aku tidak pernah merasa memperkosa Gretha!”

Seperti sebuah kebetulan—atau memang ini telah direncanakan—nama yang baru saja disebutkan William itu datang memasuki ruang keluarga.

Wanita itu bersama dengan sang ibu, berjalan dengan kepala yang tertunduk dan langkah yang ragu-ragu begitu menjumpai William duduk di sana.

“Ayo, Sayang!” ajak Nyonya Bertha seraya meraih tangan Gretha agar ikut dengannya. “Tidak apa-apa, ayo!”

“Kemarilah, Gretha ….” sambut Nyonya Donna dengan keibuan. Beliau turut berdiri dan merangkul bahu Gretha serta membawanya untuk duduk di sampingnya.

“Apa dia terus muntah sepanjang pagi?” tanya Ibunya William. “Wajahnya terlihat sangat pucat.”

“Iya, Donna,” jawab Nyonya Bertha. “Gretha terus muntah sejak bangun tidur. Kondisinya lemah dan disarankan dok
Almiftiafay

TES DNA GAK TUH wkwwkwk..... btw, HAPPY NEW YEAR 🎉 semoga kita semua sukses bahagia, sehat .....jangan lupa tinggalkan komentar dan ulasan, gems jika akak semua berkenan 🥹 Terima kasih sudah membaca 🤗 sampai jumpa besok lagi.

| 20
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
meowza lee
kamu bilang gretha bukan wanita yg bisa sembarangan melakukannya dengan orang lain? trus kamu pikir william jg mau sama sembarangan cewek disaat dia punya istri cantik yg sah gitu? sorry aja ya, william gak doyan sama toilet umum 乁⁠(⁠ ⁠⁰͡⁠ ⁠Ĺ̯⁠ ⁠⁰͡⁠ ⁠)⁠ ⁠ㄏ
goodnovel comment avatar
lusiana kho
mana berani tes dna dr gelagatnya aja gak bisa jwb pertanyaan nya william,yakin lah itu bkn anak william,anak orng lain tp ngaku" anak willian
goodnovel comment avatar
Sunarmi Gita
lanjut...saudara tiri ya greata sama Lilia, ibu Lilia kapan sadarnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    95. Tes DNA

    “Mana bisa, Liam?” tanya Nyonya Bertha, menentang William yang baru saja mengatakan bahwa mereka bisa melakukan tes DNA sejak janin masih berada di dalam kandungan. “Bisa,” jawab William tegas dan sama lantangnya. “DNA bayi sudah bisa dicek bahkan sejak mereka ada di dalam kandungan. Sebenarnya kalian semua ini hidup di goa atau bagaimana? Sampai tidak tahu ada kemajuan seperti itu?” William menoleh pada Gretha dan mengatakannya sekali lagi, “Kita pergi tes DNA, Gretha! Kita bisa lihat hasilnya nanti.” “T-tidak mau,” jawab Gretha sebagai sebuah penolakan. “A-aku takut, Kak Liam,” katanya dengan gugup. “Aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada bayiku nanti semisal dia sudah diusik sejak di dalam kandungan. Meski dia hidup dari hubungan yang menyakiti hatiku, biar bagaimanapun dia adalah anakku. Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padanya.” Suaranya lirih dan mengiba yang membuat Nyonya Donna merangkul bahunya dengan khawatir. “Fine,” tanggap William. “Terserah kalau beg

    Last Updated : 2025-01-01
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    96. Genggaman Tangan, Pergi Atau Bertahan?

    “B-benarkah?” tanya Lilia memastikan. Bergantian memandang Keano dan William yang membenarkan itu. “Iya,” jawabnya tanpa ragu. “Bagaimana menurutmu?” Lilia mengangguk tak keberatan, “Terdengar bagus.” “Aku ingin jika kita meresmikan pernikahan nanti di tempat yang tertutup saja. Hanya ada aku, kamu dan orang-orang yang kita undang,” kata William. “Bukan karena aku tidak ingin mengumumkan pernikahan kita. Tapi aku hanya tidak suka jika ada yang mengatakan hal buruk tentangmu, atau orang lain bisa melihat cantiknya kamu saat mengenakan gaun pengantin.” ‘Cantik?’ ulang Lilia dalam hati, seakan tak percaya dengan pujian yang terlontar dari bibir William. ‘Dia bilang aku cantik?’ Tanpa sadar, ‘pujian’ itu membuat tubuhnya bereaksi dengan melukiskan rona merah di kedua pipinya yang bisa dilihat oleh Keano. “Papa, pipinya Mama merah,” sebut anak lelakinya yang membuat William tersenyum saat memindai wajahnya. “S-saya setuju,” kata Lilia setelah berdeham, agar ‘pipi merah’ itu tak dibah

    Last Updated : 2025-01-01
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    97. Aku Yang Mencintaimu Lebih Dulu

    Tubuh Lilia seakan membeku. Kalimat ‘Aku mencintaimu’ yang dikatakan oleh William terasa sehangat sinar matahari kala senja, tetapi juga sesejuk sapuan angin dari laut. Meski sudah melamarnya, dan jelas akan ke arah mana hubungan mereka berlabuh, tetapi Lilia hampir tidak pernah mendengar William mengatakan ia mencintainya. Sore ini, dengan disaksikan ombak yang terpecah menabrak karang, Lilia mendengarnya dengan sangat jelas, ‘Aku mencintaimu, Lilia.’ “Kamu tidak ingin menjawabnya?” tanya William yang seketika menghentikan puluhan alinea di dalam benaknya. “Aku mencintaimu lebih dulu,” jawab Lilia akhirnya. “Benarkah? Sejak kapan?” “Lama.” William hanya tersenyum saat menggumamkan, “Mungkin aku yang lebih lama.” “Ya?” Pria itu menggeleng, “Tidak,” katanya. “Kamu tahu seperti apa perasaanku sekarang? Aku sangat berterima kasih.” “Bagiku ini masih terasa tidak nyata,” kata Lilia. “Aku berulang kali memungkiri hatiku yang selalu mengatakan aku mencintai seorang William Quist d

    Last Updated : 2025-01-02
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    98. Ada Yang Disembunyikan?

    “Nona Lilia?” sapa Giff yang membuat Lilia terjaga dari pikiran sesaat itu. Keberadaannya diketahui oleh Giff, ia yang tak mungkin berbalik arah atau berpura-pura tidak mendengar panggilan itu pun segera mendekat pada dua pria itu. William menatapnya dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan oleh Lilia. Ia berdeham sebelum bertanya, “Apa kamu sudah selesai berkeliling?” “Sudah,” jawab Lilia. “Keano di mana?” “Ada di dalam kamar.” William mengangguk menanggapi itu. Keheningan canggung membuat beberapa detik berlalu tanpa ada suara hingga Lilia memutuskan untuk mengakhirinya. “A-apa yang sedang kalian bicarakan?” tanyanya. “Apa ada hal yang disembunyikan dariku?” Lilia memutuskan untuk tak memendam kemelut itu sendirian di dalam hatinya sehingga ia memilih untuk menanyakannya pada mereka. “Itu—“ William terlihat ragu untuk menjawabnya. “Itu soal biaya pengobatan Ibu Nona,” sahut Giff karena William seperti tak akan melanjutkan kalimatnya. “Pengobatan ibuku?” ulang LIlia. “Iya,

    Last Updated : 2025-01-02
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    99. Berhenti Menyukai Istri Orang

    “Liam,” panggil Nicholas sembari selangkah mendekat pada William. “Aku bertanya karena khawatir.” “Pada siapa?” sahut William sebelum sempat Nicholas menjelaskan. “Khawatir pada Lilia karena kamu menyimpan perasaan padanya, ‘kan?” “Tidak bisakah kamu bersikap lebih tenang? Emosimu selalu meledak seperti—“ “Tenang di depan orang yang terlihat jelas menginginkan apa yang aku miliki?” potong William seraya mengangkat dagunya. “Dengar ini, Nic!” katanya menekan. “Berhentilah mengkhawatirkan sesuatu yang tidak seharusnya kamu khawatirkan! Aku bisa mengatasinya, tidak perlu bantuanmu! Jangan mendekat pada Lilia atau berpikir bisa mengambilnya dariku. Berhentilah ikut campur!” Nicholas menghela dalam napasnya, kedua bahunya yang bidang dan terbalut di dalam setelan jasnya yang rapi itu merosot penuh dengan rasa kecewa. “Dan berhenti berfantasi dengan istri orang, apalagi itu adik iparmu!” imbuh William. “Jika kamu masih terus ikut campur, dan sesuatu yang buruk terjadi pada hubunganku de

    Last Updated : 2025-01-02
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    100. Wanita Hamil Yang Aku Temui

    Gretha tak serta merta menjawab Lilia. Ia menunduk, terlihat ingin menyembunyikan kondisi perutnya yang memang membuncit. Untuk beberapa saat, keheningan yang menghampiri mereka itu menumbuhkan duri di dalam hati Lilia. Kebekuan di antara mereka runtuh saat Gretha akhirnya mengangguk membenarkan apa yang ia katakan. “Iya,” jawabnya. “Seperti yang kamu lihat.” Wajahnya terangkat, membalas tatapan Lilia dengan netranya yang mengembun. Seolah penderitaan dan segala beban terhimpun di sana. Bibir Lilia gemetar saat ia melepas tangannya dari Gretha, tenggorokannya terasa serak, tak mampu bersuara. Ia ingin memungkiri bahwa kehamilan itu tak ada hubungannya dengan William. Tapi ... Lilia sendiri pun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi malam itu antara suaminya dan wanita di hadapannya ini. “Aku tidak perlu menjelaskannya, ‘kan?” tanya Gretha dengan suara yang terdengar parau. Senyumnya tampak pahit saat ia menatap Lilia dan mengusap perutnya. “Semua yang aku katakan itu jujur, Lilia

    Last Updated : 2025-01-03
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    101. William Adalah Priaku

    ‘Tidak sia-sia aku mengikutinya,’ batin Gretha. Ini semua bukanlah ketidaksengajaan. Ia memang mencari kesempatan agar bisa bertemu dengan Lilia. Mengingat peringatan William yang memperingatkan agar tak mendekat pada Lilia membuatnya harus putar otak mencari cara. Selama beberapa hari ia terus mengikuti Lilia pada jam ia menjemput Keano pulang dari sekolah. Dari sana, kesempatan terbentuk. Melihat sedan mewah—yang seakan telah menjadi milik Lilia itu—berbelok ke minimarket, Gretha juga melakukan hal yang sama. Selagi Lilia masih belum keluar dari mobilnya, Gretha bergegas masuk ke dalam lebih dahulu. Di sanalah ia akhirnya bisa bertatap muka dengan Lilia. Dan sepertinya … air matanya ini cukup. Ia mengusap pipinya sekali lagi. “Kamu tidak akan mendapatkan William begitu saja, Lilia,” katanya seorang diri. Gretha tertawa lirih saat menyadari bahwa sepertinya William sangat mencintai Lilia. Ia pernah sekali hampir bertamu di rumah William sebelum ia menyaksikan rumah itu men

    Last Updated : 2025-01-03
  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    102. Percaya Pada William

    “Akan kamu bawa ke mana hubungan kita ini?” lanjut Lilia dengan suaranya yang terasa serak dan gemetar. “Bukankah jika itu terbukti benar pada akhirnya kamu harus menikahi Nona Gretha? Jika itu terjadi, hubungan seorang William Quist dan Gretha Roseane lah yang akan diberi restu.” ‘Lalu selamanya aku akan menjadi istri kedua,’ batin Lilia melanjutkan dalam hati. Yang selanjutnya terjadi adalah tekanan datang dari mereka semua yang menyebut bahwa dirinya tidak diterima di keluarga ini dan mau tak mau harus pergi. “Lalu kamu akan pergi?” tanya William seolah bisa membaca isi kepalanya. Lilia terkesiap dan terjaga dari pikiran sesaat itu. Bibirnya terbuka hampir menjawab William sebelum pria itu selangkah mendekat dan mengatakan, “Aku tidak mau membahas ini, Lilia!” ucapnya tegas dan menekan. “Aku tidak akan menikahi Gretha.” Tatapan mereka bertemu di bawah cahaya terang. Tapi meski demikian, Lilia merasa seolah ruangan di sekitarnya gelap, terserap dan tunduk oleh dinginnya cara Wi

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    153. Yang Bersembunyi Di Bawah Tabir Kelam

    “Lalu setelah itu kamu membawanya pulang?” Alaric menatap Alya yang tertunduk tak berani menunjukkan wajahnya.“Benar,” jawabnya kemudian menggapai tisu yang ada di atas meja untuk mengusap wajahnya yang bersimbah air mata.“Saya teringat pada ucapan Nyonya Agatha yang menyebut bahwa saya harus melindungi Nona Leonora kecil apapun yang terjadi. Saat itu saya tidak tahu kenapa beliau berpesan begitu, tapi kemudian saya tahu alasannya, karena Nyonya tahu ada teman yang menusuknya dari belakang dan diam-diam ingin menyingkirkannya agar bisa menjadi Nyonya Roseanne.”Alaric jatuh kedua bahunya, kebenaran yang ia dapatkan tentang Lilia yang ternyata adalah anak kandungnya membuatnya mengetahui kebenaran yang lebih besar yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa itu.Siapa sangka bahwa itu adalah kejahatan terencana yang bersembunyi di bawah tabir kelam yang tak pernah ia ketahui sebelumnya.“Jadi setelah itu saya terus menyembunyikan Nona Leonora,” lanjut Alya. “Saya bilang pada suami say

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    152. Probabilitas 99,99%

    Alaric tidak akan pernah melupakan hari di mana ia menemukan kenyataan bahwa Lilia adalah anak gadisnya yang menghilang lebih dari dua dekade lamanya.*** Kembali pada delapan puluh dua hari yang lalu. ***Alaric tengah duduk di bangku memanjang yang ada di taman rumah sakit, di depannya—sedikit ke kanan—Zain berdiri menatapnya dengan cemas.Di tangan Alaric ada sebuah amplop berwarna putih, hasil tes DNA yang beberapa hari lalu diajukannya telah memiliki hasilnya.Ia menghela dalam napasnya saat mengambil lembaran dari dalam sana dan membacanya dengan saksama.[Bukti ilmiah yang diperoleh dengan mengacu pada sampel yang diperiksa dan dianalisis dari terduga ayah (Alaric Roseanne) cocok dengan sampel terduga anak (Lilia Zamora). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probabilitas Alaric Roseanne sebagai ayah biologis dari Lilia Zamora adalah 99,99%.]“Bagaimana, Tuan?” tanya Zain yang turut tegang di hadapannya.Tapi sebelum Alaric menjawab, kelegaan dorongan napas tuannya itu telah m

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    151. Kita, Payung Hitam, Dan Tempias Hujan Siang Itu

    Dada William buncah tak terkendali, ia selangkah maju untuk mengulang apa yang gadis—yang mengakui dirinya adalah Lilia Zamora—itu katakan. “Belum pernah bertemu?” ulangnya. “Apa maksudmu, Lilia? Dan kenapa kamu tidak mengenaliku? Kamu hanya berpura-pura, ‘kan?” Lilia menggeleng, maniknya yang cantik tampak kebingungan, selaras dengan kalimatnya sebagai bantahan. “Tidak,” jawabnya. “Berpura-pura bagaimana maksud Anda? Kenapa saya harus mengenal orang yang baru saja saya lihat hari ini?” William hendak meraih tangan Lilia agar membuat mereka lebih dekat karena ia melihat punggung Lilia yang basah terkena tempias hujan. Tapi gadis itu menolak sehingga William hanya bergeming. “Tuan William,” panggil Giff dari sebelah kirinya, menjemput William dengan menggunakan payung dengan warna yang sama dengan milik Lilia. Gadis itu memandang mereka bergantian sebelum menunduk di hadapan William dan mengayunkan kakinya pergi dari sana dengan gegas. William hendak mencegahnya tetapi m

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    150. Memahami Rencana Semesta

    Dari dalam sedan berlambang flying lady di mana Giff sedang berada di dalamnya, sepasang matanya terbuka lebar saat menjumpai bahwa apa yang dikatakan oleh William adalah sebuah kebenaran. Gadis yang berlari dari arah barat dan berhenti di hadapan William kala tuannya itu memandang preschool kecil itu dengan harapan yang pupus benar adalah Lilia—atau setidaknya mereka memiliki wajah yang sama persis. Gadis itu hanya berdiri setinggi dada William, pembawaannya yang anggun dan hangat adalah hal yang senantiasa disaksikan oleh Giff setiap kali Nonanya itu berada di depan William. Ia hidup! Lilia benar-benar hidup. ‘Tapi sepertinya … ada sesuatu yang salah di sini.’ Batin Giff tak tenang saat melihat percakapan di seberang sana yang sepertinya tidak berjalan dengan baik. Sementara itu, di depan gerbang rendah yang basah akibat derasnya hujan, William tengah meraba apa yang direncanakan oleh semesta dengan mempertemukannya dengan Lilia saat ia berusaha melepasnya dengan lapang d

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    149. Ternyata Tuhan Tak Pernah Mengembalikanmu

    Tanpa sadar, sebulir air matanya jatuh melewati bibir saat William menggumamkan namanya di dalam hati. Ia hampir selangkah maju untuk memastikan bahwa gadis di halaman preschool itu adalah Lilia sebelum Zain menahan lengannya sebab baru saja ada kendaraan yang melintas. “Tuan William?” panggil Zain pada William yang hanya bergeming. Matanya hanya tertuju pada satu titik, tempat di mana Lilia berdiri, satu-satunya dunia yang berwarna sementara di sekitarnya hanya berisikan abu-abu. Lilia terlihat sangat bahagia saat mengajak anak-anak kecil itu bernyanyi, membuat mereka berputar mengelilinginya sehingga senyumnya merekah sehangat matahari pagi ini. “Ada apa, Tuan William?” sebut Zain sekali lagi. William tersadar dan memandang pemuda itu seraya mengembalikan tanya, “Pak Zain tidak melihatnya?” “Apa?” “Lilia,” jawabnya. “Dia berdiri di sana bersama dengan—“ William berhenti bicara saat menunjuk pada halaman preschool itu. Tapi saat hal itu ia lakukan, tak ada yang berdiri di sa

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    148. Detak-detak Di Dada

    William tahu betul bahwa ‘projek’ yang baru saja disebutkan oleh Giff itu adalah yang dulu pernah ia dan Gretha kerjakan—pembangunan sekolah yang tempatnya cukup jauh dari kota. “Bukankah aku sudah pernah berpesan padamu agar mengatakan pada Papa Alaric untuk tidak mengikutsertakan wanita itu?” William sangat tidak suka jika ia harus menyebutkan namanya sekali lagi. Kedua bahu Giff jatuh mendengar itu. “Coba tenang sebentar,” pintanya. “Memang itu adalah projek yang pernah Anda kerjakan bersamanya, tapi kali ini tidak. Kita saja, tanpa ada ikut campur Gretha.” Mendengar itu membuat William berdeham, merasa bersalah sudah meninggikan suaranya pada Giff. “Ah, benarkah?” tanyanya. “Kalau begitu jangan setengah-setengah saat bicara, katakan dengan jelas, Giff!” “Saya memang belum selesai bicara, Tuan William Quist!” “Lalu Papa bilang apa lagi?” “Tuan Alaric meminta agar pembangunannya dipercepat, jadi kita sesekali harus mengeceknya, itu saja,” jawab pemuda itu seraya sel

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    147. Agar Hancurku Ini Tidak Sia-sia

    Di rumah milik William pagi ini, Giff yang baru saja keluar dari kamar yang ia tinggali selama ‘menumpang hidup’ di rumah William sedikit terkejut saat melihat tuannya yang sudah dalam keadaan rapi. Sudah cukup lama Giff tak melihatnya dalam kemeja lengan panjang dan vest serta dasi yang tersemat di kerahnya seperti itu. “Selamat pagi,” sapa Giff lebih dulu dengan kepala yang tertunduk sopan. “Pagi.” “Apa Anda akan pergi ke suatu tempat?” tanya Giff yang dijawab lebih dulu dengan sebuah anggukan oleh William “Iya, Giff. Ke Velox Corp.” Salah satu alis Giff terangkat mendengarnya, “Sungguh? Jadi Anda akan comeback?” “Ya,” jawabnya. “Melihatmu yang pontang-panting sendirian mengurus banyak hal dan mengambil alih pekerjaan membuatku tidak tega. Kembali bekerja bukan pilihan yang buruk, ‘kan? Aku hanya takut kamu tiba-tiba menguasai Velox Cop.” Giff tertawa mendengar itu, “Tidak,” jawabnya. “Saya masih sayang dengan nyawa saya, Tuan. Tapi terima kasih untuk sudah kembali. Minggu in

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    146. Langit Sore Dan Cirrostratus Yang Mengingatkanku Terhadapmu

    “Apa ada yang salah dengan itu?” tanya William balik. “Apa aku tidak boleh memanggilmu seperti itu? Ya sudah kalau tidak boleh, pergi saja sana!” usir William seraya memalingkan wajahnya dan itu membuat Nicholas tertawa. Senyum getir yang tadi senantiasa terukir di kedua sudut bibirnya telah sirna. Tawa itu lepas seakan beban yang mendesak dadanya itu terangkat pelan-pelan. “Boleh,” jawab Nicholas akhirnya. “Panggil saja sesukamu, Willie.” “Akan aku pikirkan kalau begitu.” Nicholas mengangguk, “Pulanglah! Sudah hampir gelap.” Ia mengayunkan kakinya lebih dulu untuk pergi dari sana. Menuruti William yang memintanya agar kembali lagi besok. William melihatnya pergi, memandang punggung bidangnya dan mengingat ucapan Giff beberapa waktu yang lalu. Pada hari di mana Giff menghampirinya yang berhenti di emperan pertokoan. ‘Ada hal yang ingin saya sampaikan pada Anda’ yang hari itu dikatakannya adalah tentang kecelakaan yang melibatkan Nicholas dan juga Madeline. ‘Seorang saksi yang

  • Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin    145. Bertemunya Quist Bersaudara

    Giff yang berjalan keluar dari pintu utama panti asuhan menghentikan langkahnya dan urung mengajak William untuk pulang saat ia menjumpai Quist bersaudara itu saling menatap dalam jarak sekian meter yang memisahkan. Ia lebih memilih untuk membiarkan mereka bicara dan tidak mengganggu keduanya. Memang sudah seharusnya mereka berdamai dan meluruskan semua kesalahpahaman yang memeluk mereka itu, bukan? Di seberang sana, Nicholas sepertinya juga tidak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan William di sini. Ia terdiam tanpa melakukan apapun hingga salah satu anak panti asuhan yang ada di sekitarnya berteriak, “Paman, tolong tendang bolanya ke sini!” William yang berdiri di tengah halaman melihat Nicholas yang menendang bola itu, mengembalikannya pada anak-anak yang tengah menunggunya dan mendekat pada William. “Kamu di sini ternyata, Willie?” sapanya lebih dulu. “Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya William balik. Kakak lelakinya itu sekilas mengangkat kedua bahunya sebelum menjaw

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status