Semua Bab Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Bab 131 - Bab 140

266 Bab

131. Lilia Adalah Gadisku Yang Sempurna

“Ahh—” rintih Gretha dengan napas yang tersengal. Mereka yang melihat itu ditempatkan pada posisi dilema sebab tahu betul seburuk apa temperamen William sekarang ini. “L-lepaskan aku, Kak Liam!” pinta Gretha memohon. “A-aku—” Wajah Gretha memerah, dan sebelum William kehilangan kendalinya, Giff segera mendekat dan menarik pergi tangan tuannya itu. “Hentikan, Tuan William!” pinta Giff seraya menariknya agar menjauh sehingga ia memiliki jarak dengan Gretha yang masih tersudut di dinding. “Sayang,” seru Nyonya Bertha saat berlari pada Gretha yang hampir merosot ke lantai. “Kamu baik-baik saja?” tanyanya selagi Gretha mengusap lehernya. “Kenapa kamu bersikap seperti ini, Liam?!” Beliau menoleh pada William yang kedua matanya masih tajam mengintimidasi. “Kamu tidak melihat Gretha sedang hamil dan—” “Aku tidak peduli,” potong William sebelum Nyonya Bertha selesa bicara. “Siapapun yang berbicara buruk tentang Lilia, akan aku hancurkan mereka dengan tanganku sendiri. Sepertinya kali
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

132. Tujuan Hidup Setelah Ivana Pergi

Gretha membeku, ia terlihat mengeluarkan air mata saat mengusap perutnya. Mendengar pengusiran keluar dari bibir William membuat Nyonya Donna mengajukan protes. “Maksudnya kamu mengusir kami, Liam?” tanya beliau dengan marah. “Aku tidak pernah mengundang kalian untuk datang! Kalian bertamu dan membuat keributan. PERGI!” hardik William lantang. Giff yang tahu amarah William telah sampai di ubun-ubun pun segera meminta semua orang yang ada di dalam sana untuk keluar. “Tanpa mengurangi rasa hormat saya, tolong semuanya pergi dari sini, Tuan, Nyonya ....” Nyonya Bertha merangkul Gretha lebih dulu sebab anak perempuannya itu terisak-isak, disusul oleh Tuan Adam yang lebih dulu berhenti dan menepuk lengan William seraya berujar, “Papa turut berduka cita, Liam.” “Papa pergi saja, aku tidak butuh ucapan duka cita sekarang ini.” Nyonya Donna yang berada di belakang Tuan Adam menatapnya dengan penuh kebencian. “Bahkan sampai dia mati pun kamu masih mati-matian membelanya. Kamu it
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

133. Gesekan Kecil Yang Membuatnya Tersulut

Setelah mengusir semua orang agar perg dari hadapannya, William masih berdiri di ruang makan. Meski napasnya sudah lebih beraturan ketimbang saat ia tadi hampir membuat Gretha celaka, tapi detak jantungnya masih berdebar. Kalimat-kalimat yang dikatakan oleh Gretha—tentang adanya kemungkinan bahwa Lilia meninggalkannya demi orang lain atau sekarang ada di tempat madam Savannah—telah membuatnya terprovokasi. “Mereka sudah pulang, Tuan William,” ucap Giff yang tiba di hadapan William. “Anda bisa beristirahat sekarang.” “Bagaimana jika itu benar, Giff?” tanya William alih-alih menanggapi saran dari tangan kanannya itu. “Apa?” taya Giff balik, tak mengerti apa yang ditanyakan oleh tuannya. “Lilia yang akhirnya memilih pergi dengan orang lain karena—“ “Itu tidak benar,” sela Giff dengan cepat. “Itu tidak benar, Tuan William. Kita tahu seperti apa bahagianya Nona Lilia saat Anda melamarnya, bukan? Apa rasa cintanya pada Keano harus anda pertanyakan sehingga Anda meragukannya dengan lari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

134. Saksi: Madam Savannah

‘Apa itu Gretha?’ tanya William dalam hati begitu mendengar ‘wanita hamil’ yang dikatakan oleh Madam Savannah. Tapi, jika benar ‘wanita hamil’ itu adalah Gretha, lalu siapa pria yang datang bersamanya? “Kamu tahu siapa nama pria itu?” tanya William dan dijawab dengan gelengan lebih dulu oleh Madam Savannah. “Tidak, Tuan,” jawabnya. Giff selangkah maju dan menunjukkan layar ponselnya pada wanita berlipstik merah itu. “Apa dia wanita hamil itu?” tanyanya “Ya,” jawab Madam Savannah dengan mengangguk lebih dari satu kali. “Dan ini si pria yang datang ke sini?” taya Giff kembali setelah menggeser layar ponselnya. “Benar.” Sekali lagi Madam Savannah menganggukkan kepalanya. William menoleh sekilas pada Giff yang rahangnya tampak mengetat, melihat dari ekspresinya dan dari bagaimana ia dengan cepat menunjukkan foto, sepertinya ada sesuatu yang telah dilewatkan oleh William. “A-apa kalian sudah menemukan jawabannya?” tanya Madam Savannah dengan gugup—terlihat sangat jelas me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

135. Pahitnya Sebuah Kenyataan

“Lazimnya seseorang hanya akan mengatakan itu sebagai ‘kebakaran’ dan bukan ‘dibakar orang’ begitu maksud Anda?” tanya Giff memperjelas. “Iya. Apa dia salah bicara, atau dia tahu sesuatu tentang tragedi di vila itu?” Untuk sesaat Giff membeku di tempatnya berdiri. Kakinya terpancang di lantai teriring tubuhnya yang mendadak kebas saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh tuannya itu. “Jika dugaanmu benar bahwa Gretha yang meminta Henry untuk membuat Keano tenggelam, maka bisa juga dia melakukan sesuatu yang lebih buruk, ‘kan? Membakar vila milikku misalkan.” Giff menegang sekali lagi. “Dia sakit hati karena aku menolaknya, lalu mencari celah untuk sampai di vila dan menghancurkan semua rencana hidup bahagiaku dengan Lilia dan Keano,” lanjut William. “Jika itu benar... kemungkinan mereka masih hidup juga semakin kecil, Giff ... seseorang yang diliputi dendam akan menghabisi apapun yang menghalangi jalannya. Bagi Gretha, itu adalah Keano ... dan Lilia-ku.” Bibir Giff ingin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

136. HANCUR LEBUR

"Kehilangan memang berat dan menyakitkan, William," ucap Nicholas setelah keheningan yang panjang menghampiri mereka. "Aku minta maaf karena tidak bisa membantumu. Tapi jika kamu membutuhkan seseorang untuk bisa kamu ajak bicara, aku akan menjadi yang pertama untuk itu." Nicholas meraih lengannya, sedikit lebih kuat seolah itu adalah kesungguhan bicaranya. "Kita bisa pergi ke banyak tempat agar kamu tidak terus seperti ini, bagaimana?" William menggeleng, "Tidak, Nic. Terima kasih." Ia lalu memalingkan wajahnya dan mengayunkan kakinya untuk pergi dari hadapan Nicholas. Tak ingin berdiri terlalu lama di sana dan menunjukkan betapa hancur lebur dirinya ini. Ia memasuki mobilnya dan memacu sedan itu menjauh dari halaman rumah Nicholas. Matanya terasa perih, dipenuhi oleh kabut yang menghalangi jarak pandangnya. Semakin lama hal itu semakin berada di luar kendalinya sehingga ia harus menepikan mobilnya di emperan pertokoan yang tutup. William menunduk, ia tahu alasan kenapa Agni
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

137. Berawal Dari Kesalahan Satu Malam Itu

“Kenapa tidak semudah itu, Gretha?” tanya Henry setelah mendengar ucapan Gretha. “Bukankah kamu sudah janji akan memberi aku kesempatan untuk bertanggung jawab dan membuat keluarga kita menjadi utuh kalau yang aku lakukan itu berhasil?” Sepasang iris kecoklatan pria itu masih menatap Gretha dengan teduh, ada harapan yang besar dari caranya bertutur meski Gretha terkesan tak peduli dengan itu. “Aku bisa memastikan bahwa aku sudah membakar vila itu terutama di mana Lilia dan anaknya William itu berada, Gretha,” ucapnya kembali. “Mereka tidak akan selamat.” Gretha terdengar mendorong napasnya dengan kasar. Ia yang tadinya terus menatap ke depan memutar kepalanya untuk menatap Henry. “Kenapa kamu seperti ini, Henry?” tanyanya. “Seseorang akan pergi jika tahu wanita yang tidur dengannya hamil. Tapi kenapa kamu tidak?” “Berapa kali harus aku katakan? Aku mencintaimu,” jawab Henry. “Kamu pikir aku suka setiap kali kamu dan Reynold berduaan? Tidak, Gretha. Tidak sama sekali. Aku sungguh m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

138. Meyakini Kau Hidup Adalah Cara Agar Aku Juga Tetap Hidup

Gretha tahu soal Pernikahan itu dari pembicaraan antara Tuan Alaric dan juga Zain yang mengatakan soal hadiah pernikahan untuk Lilia dan William. Mereka pasti berpikir pembicaraan itu hanya mereka berdua saja yang mendengar tanpa tahu keberadaan Gretha yang Hari itu datang ke kantor dan berdiam diri di luar ruang kerja Alaric di Seans Holdings. ‘Pernikahan?!’ Gretha ingat hari itu ia sangat terkejut. Hatinya memanas, rasa sesak menyakitinya saat ia mengayunkan kaki dan menyembunyikan diri di balik lemari arsip saat Tuan Alaric dan Zain pergi dari sana. Selepas dua orang itu meninggalkan ruang kerja presiden direktur, Gretha masuk dan mencoba mencari tahu di mana pernikahan tertutup itu dilaksanakan. Ia mencari sesuatu seperti undangan yang barangkali tertumpuk di bawah map-map hard cover yang ada di atas meja Tuan Alaric, tapi tak membuahkan hasil. ‘Sialan!’ Umpatannya saat itu masih bisa ia ingat dengan jelas. ‘Di mana mereka akan menikah? William sengaja menyembunyik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

139. Terluka Tanpa Darah

Meski William merasakan keretakan yang besar di dalam hatinya, ia masih tak mau mengakui bahwa semuanya telah berakhir. “Tuan William!” seru sebuah suara yang hadirnya bersaing dengan gaduhnya suara air hujan. Derap larinya terdengar mendekat pada William dengan napas yang tersengal. Saat William perlahan mengangkat wajahnya, ia menemukan wajah cemas Giff yang basah sama sepertinya. “Kita harus pulang,” ucap Giff seraya membantu William bangun. Giff meraih payung hitam yang terbalik di sebelah William berlutut dan menggunakannya untuk memayungi tuannya itu agar hujan tak semakin menyakitinya selagi ia menarik lengannya untuk menuju ke mobil yang parkir di luar gerbang. Tak hanya Giff saja, tapi William melihat tangan kanannya itu datang bersama dengan Zain. “Ayo masuk, kita pergi dari sini,” ajak Giff, meminta William untuk masuk ke dalam mobil sementara dirinya yang mengemudikannya, Zain yang ada di sedan lain di belakang Giff mengiringi perginya mereka meninggalkan puing-pui
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

140. Rahasia Hati: Cinta Pertama

Tetapi untungnya ... William tidak mengalami hal yang terlampau buruk. Meski hampir fatal, tetapi ia tak mengalami kegagalan organ. Pada siang yang mendung putihnya terlihat sejak pagi dari jendela, pria itu duduk di arat ranjang rawatnya dengan kepala tertunduk. Ia tak sendirian, di sebelah ranjang itu, ada sebuah kursi berwarna hitam tempat di mana seorang wanita psikiater yang akan mendampinginya dalam konsultasi kejiwaan duduk. Wanita yang sama yang kala itu menangani Keano dan Lilia, temannya yang bernama Andara. “Kamu tampak lebih rapuh ketimbang saat kehilangan istri terdahulumu, Liam,” ujar Andara, setelah menyiapkan voice recorder, buku agenda bersampul hitam di pangkuannya dan memegang pena beraksen emas itu di antara jemarinya. “Terlihat sekali kamu tertekan, ada badai yang merusakmu dari dalam,” lanjutnya. “Ceritakan padaku, aku akan mendengarnya dengan baik. Percayalah ... saat kamu nanti bisa mengatakannya, kamu akan jauh lebih tenang. Aku di sini untuk itu, anggap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
27
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status