Pagi itu, matahari baru saja mulai menyelinap masuk melalui tirai, memberikan bayangan hangat ke seluruh ruangan. Namun, suasana di dalam rumah tetap dingin, bahkan beku. Ara duduk di meja makan, pandangannya kosong menatap secangkir teh yang sudah dingin di depannya.Ia tahu bahwa Raka masih berada di kamar, tetapi suasana di antara mereka semakin renggang sejak malam sebelumnya.Ketika suara langkah Raka terdengar, Ara merasa tubuhnya menegang. Ia memandang ke arah pintu dapur, dan di sanalah ia berdiri—suaminya, dengan wajah yang terlihat lelah tetapi penuh determinasi.Mata mereka bertemu sesaat, sebelum Raka memutuskan kontak mata dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil secangkir kopi.“Aku akan pulang lebih larut malam ini,” kata Raka akhirnya, nadanya datar, tanpa ekspresi.Ara menatapnya, mencoba membaca sesuatu dari wajahnya, tetapi sulit. Ia tahu ada banyak yang ingin ia tanyakan, tetapi bibirnya terasa terkunci.“Ada rapat di
Terakhir Diperbarui : 2024-12-20 Baca selengkapnya