Pintu rumah terbuka dengan lembut, mengeluarkan suara kecil yang menyeruak dalam keheningan malam. Ara masuk dengan langkah pelan, tetapi ia tahu bahwa Raka sudah menunggunya.Lampu ruang tamu menyala terang, dan suaminya duduk di sofa dengan tubuh bersandar, satu tangan memegang botol bir yang hampir kosong."Sudah pulang," kata Raka tanpa menoleh, suaranya rendah tetapi penuh ironi. "Dari tempat Adrian lagi, bukan?"Ara berdiri di ambang pintu, merasa tubuhnya tegang. Ia tahu malam ini akan berakhir dengan konfrontasi, seperti malam-malam sebelumnya. "Aku butuh waktu untuk berpikir," jawabnya, mencoba menjaga suaranya tetap tenang.Raka tertawa kecil, tetapi tawa itu penuh dengan kepahitan. "Berpikir," ulangnya, menatap Ara dengan mata yang memerah. "Berpikir tentang bagaimana kau akan meninggalkan aku, ya?"Ara menelan ludah, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang. Ia tidak tahu harus berkata apa, tetapi ia tahu bahwa apa pun yang ia kat
Terakhir Diperbarui : 2024-12-22 Baca selengkapnya