All Chapters of Cinta dalam Bayangan Hutang: Chapter 61 - Chapter 70

94 Chapters

Bab 61: Kepedihan Tanpa Suara

“Raka, kamu masih di situ?” suara Ara menggantung di udara dingin ruang tamu. Ia berdiri di ambang pintu kamar mereka, menatap punggung suaminya yang menghadap jendela. Cahaya bulan memantulkan bayangan kelabu di wajah Raka yang tampak tegang. Ia tak menjawab, hanya menghela napas panjang.Ara melangkah perlahan, menyembunyikan kegugupan yang merayap di dadanya. Suasana sunyi itu begitu menusuk, seolah-olah setiap gerakan kecil akan memecahkan sesuatu yang rapuh. Ia duduk di sofa kecil di pojok ruangan, tangannya meremas ujung cardigan yang ia kenakan.“Aku tahu semuanya berat sekarang,” bisiknya, memecah keheningan. “Tapi kita tidak bisa terus seperti ini, Raka. Aku ada di sini. Aku ingin membantu.”Raka berbalik dengan gerakan lamban, wajahnya dipenuhi kelelahan dan frustrasi. M
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 62: Hanya Dia yang Tahu

"Kamu tidak harus menghadapi semuanya sendiri, Ara."Pesan itu terpampang di layar ponsel Ara, memancarkan cahaya lembut di tengah ruang tamu yang temaram. Ara membaca kalimat itu berulang kali, mencoba menenangkan debaran halus di dadanya. Ia mengusap wajahnya yang masih basah oleh air mata, kemudian menundukkan kepala, membiarkan rambutnya yang panjang menjuntai menutupi wajah.Suara langkah kaki Raka yang berat terdengar dari arah kamar, membuyarkan lamunannya. Ara buru-buru mengunci layar ponselnya dan menyelipkannya ke bawah bantal sofa. Ia tahu Raka sedang tidak ingin diganggu, tetapi kebiasaan buruk suaminya untuk mencari-cari kesalahan sudah terlalu sering menjadi sumber keributan mereka.Raka muncul dengan
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 63: Kabar dari Masa Lalu

“Ara, aku nggak sengaja lihat kamu dari jauh tadi. Aku pikir aku salah orang, tapi ternyata memang kamu.”Suara riang itu memecah konsentrasi Ara yang sedang menyeruput teh di sebuah kafe kecil. Ia menoleh, dan matanya membesar. Di hadapannya berdiri seorang wanita berambut pendek dengan senyum lebar, wajahnya yang familier langsung mengembalikan banyak kenangan yang selama ini terkubur.“Nina?” Ara meletakkan cangkirnya dengan gemetar. Suaranya nyaris tercekat oleh campuran kejutan dan rasa hangat yang sudah lama hilang.Nina mengangguk, lalu tertawa kecil. “Iya! Siapa lagi? Astaga, Ara, ini sudah bertahun-tahun! Kamu masih sama seperti dulu.”Ara tersenyum lemah. “Dan kamu kelihatan luar biasa.” Ia memandang Nina yang men
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 64: Tekanan dalam Hati

"Ara, kamu nggak mendengarkanku?"Suara Raka menggema di ruangan kecil itu, tegang dan tajam. Ara berdiri diam di depan pintu kamar, punggungnya bersandar pada dinding yang dingin. Ia menatap Raka yang duduk di tepi tempat tidur, wajahnya terlihat kusut, dengan kantung mata yang menonjol akibat kurang tidur."Aku mendengarmu, Raka," balasnya dengan suara rendah, hampir berbisik. "Tapi aku tidak tahu apa lagi yang kamu harapkan dariku."Raka mengangkat wajahnya, dan di sana, dalam sorot matanya, ada sesuatu yang membuat hati Ara berdebar. Bukan cinta atau penyesalan, melainkan amarah yang terpendam, bercampur dengan kelelahan yang menggerogoti. "Aku berharap kamu bisa lebih mengerti. Aku sedang berjuang untuk kita, Ara. Tapi kamu justru membuatku merasa seperti ini semua
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 65: Pertemuan yang Tak Terhindarkan

"Adrian?" Suara Ara terdengar ragu, hampir tenggelam dalam hiruk pikuk suara mesin kopi dan langkah kaki di kafe kecil itu.Adrian, yang sedang berdiri di konter, menoleh. Matanya yang gelap segera menemukan sosok Ara di sudut ruangan. Ada senyum kecil di bibirnya, tipis namun penuh makna. Ia berjalan mendekat, membawa dua cangkir kopi di tangannya, dengan langkah yang selalu terasa penuh keyakinan."Ara," katanya pelan, suaranya seperti meluruhkan segala kebisingan di sekeliling. "Aku tidak menyangka akan bertemu kamu di sini."Ara duduk tegak, tangan di pangkuannya saling bertaut, menunjukkan kegugupan yang tak bisa ia sembunyikan. Ia tidak tahu apakah ini kebetulan atau sesuatu yang lebih dari itu, tetapi perasaan asing itu kembali mengusik hatinya—sebuah campuran nyaman dan salah yang sulit ia cerna.
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 66: Pesona yang Kembali Mengikat

"Ara, aku tidak pernah memaksa. Tapi aku ingin kamu tahu… aku masih menunggu."Kalimat itu mengalun pelan dari bibir Adrian, namun resonansinya bergema di kepala Ara. Mereka duduk di sebuah ruangan yang dipenuhi cahaya redup dari lampu gantung, membuat bayangan halus menari di dinding. Suasana di ruang rapat kecil itu begitu hening, hanya diisi dengan detak jantung Ara yang terasa semakin keras. Adrian menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijabarkan—hangat, tetapi penuh dengan keteguhan.Ara meremas jari-jarinya di bawah meja. Kata-kata Adrian mengalir begitu lembut, namun seolah memaksa pintu di hatinya yang rapuh untuk terbuka. Ia mencoba memalingkan pandangan, tetapi sorot mata pria itu seperti magnet yang menarik seluruh kesadarannya kembali.
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 67: Rasa yang Tak Pernah Pudar

"Aku tidak pernah meminta lebih dari apa yang bisa kamu berikan, Ara. Tapi aku juga tidak bisa berpura-pura bahwa aku tidak merasakan apa-apa."Kata-kata Adrian mengalir lembut namun penuh ketegasan, menyentuh langsung ke inti kegelisahan Ara. Mereka berdiri di sudut lorong kantor, di dekat jendela besar yang menghadap kota. Mata Adrian tidak pernah lepas dari Ara, memberikan rasa kehangatan yang membuat jantungnya berdebar.Ara menggigit bibir bawahnya, mencoba menyembunyikan emosi yang berkecamuk. "Adrian, aku tidak tahu harus bilang apa. Semua ini... salah. Aku tidak boleh merasa seperti ini.""Tapi kamu merasa," jawab Adrian, suaranya lebih lembut dari sebelumnya, hampir seperti bisikan. "Dan aku tahu aku juga merasa."Ara mengalihkan pandangannya ke luar jendela. La
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 68: Kejutan dari Raka

"Ini untukmu."Raka meletakkan sebuah kotak kecil dengan hiasan pita merah di atas meja makan. Suaranya terdengar datar, tanpa emosi. Ara menatap kotak itu dengan alis berkerut, lalu mengangkat pandangannya pada Raka, yang berdiri di seberang meja dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.“Apa ini?” tanya Ara, nada suaranya penuh kebingungan.“Buka saja,” jawab Raka singkat, mengalihkan pandangannya sejenak. Wajahnya terlihat sedikit tegang, seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan.Ara menarik pita dengan hati-hati, membuka kotak kecil itu. Di dalamnya, ada sebuah kalung sederhana dengan liontin berbentuk hati. Desainnya tidak rumit, tetapi cukup elegan untuk menarik perhatian. Ia menatap kalung itu beberapa saat sebelum kembali mengangkat mat
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 69: Perlahan Membuka Mata

“Kamu tidak jujur padaku, Ara.”Raka berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegap dengan kedua tangan menyilang di dada. Matanya menyipit, menatap Ara dengan campuran amarah dan rasa curiga. Di bawah sorotan lampu redup, ekspresi Raka terlihat lebih tajam dari biasanya.Ara, yang masih duduk di sofa dengan ponselnya tergenggam erat, menatap suaminya dengan tatapan datar. Ada kekosongan di matanya, seperti beban yang terlalu berat telah membuatnya lelah untuk merespons. Ia menghela napas, berusaha menjaga ketenangannya.“Apa maksudmu, Raka?” tanyanya pelan, meskipun ia tahu ke mana arah pembicaraan ini.Raka melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya dengan sedikit keras. Suara bantingan itu membuat ruangan terasa lebih sempit. Ia berjalan
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 70: Pertemuan Rahasia

"Aku seharusnya tidak ada di sini."Ara memecah keheningan di ruangan kecil itu, suaranya bergetar, seperti daun yang bergoyang di tengah angin. Ia berdiri di dekat jendela, memandang ke luar ke arah kota yang bersinar di bawah cahaya malam. Tubuhnya membelakangi Adrian, tetapi ia bisa merasakan tatapan pria itu yang terus terfokus padanya.“Kamu di sini karena kamu butuh tempat untuk berbicara,” jawab Adrian lembut, suaranya tenang namun penuh keyakinan. “Dan aku bersedia mendengarkan, Ara.”Ara memejamkan mata sejenak, mencoba menghalau perasaan bersalah yang menghantui setiap langkahnya. Angin dari celah jendela menyentuh lembut wajahnya, tetapi di dadanya ada badai yang tak kunjung reda.“Aku merasa seperti sedang mengkhianati sesuatu,&r
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status