Home / Rumah Tangga / Cinta dalam Bayangan Hutang / Bab 63: Kabar dari Masa Lalu

Share

Bab 63: Kabar dari Masa Lalu

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2024-12-29 11:48:02

“Ara, aku nggak sengaja lihat kamu dari jauh tadi. Aku pikir aku salah orang, tapi ternyata memang kamu.”

Suara riang itu memecah konsentrasi Ara yang sedang menyeruput teh di sebuah kafe kecil. Ia menoleh, dan matanya membesar. Di hadapannya berdiri seorang wanita berambut pendek dengan senyum lebar, wajahnya yang familier langsung mengembalikan banyak kenangan yang selama ini terkubur.

“Nina?” Ara meletakkan cangkirnya dengan gemetar. Suaranya nyaris tercekat oleh campuran kejutan dan rasa hangat yang sudah lama hilang.

Nina mengangguk, lalu tertawa kecil. “Iya! Siapa lagi? Astaga, Ara, ini sudah bertahun-tahun! Kamu masih sama seperti dulu.”

Ara tersenyum lemah. “Dan kamu kelihatan luar biasa.” Ia memandang Nina yang men

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 64: Tekanan dalam Hati

    "Ara, kamu nggak mendengarkanku?"Suara Raka menggema di ruangan kecil itu, tegang dan tajam. Ara berdiri diam di depan pintu kamar, punggungnya bersandar pada dinding yang dingin. Ia menatap Raka yang duduk di tepi tempat tidur, wajahnya terlihat kusut, dengan kantung mata yang menonjol akibat kurang tidur."Aku mendengarmu, Raka," balasnya dengan suara rendah, hampir berbisik. "Tapi aku tidak tahu apa lagi yang kamu harapkan dariku."Raka mengangkat wajahnya, dan di sana, dalam sorot matanya, ada sesuatu yang membuat hati Ara berdebar. Bukan cinta atau penyesalan, melainkan amarah yang terpendam, bercampur dengan kelelahan yang menggerogoti. "Aku berharap kamu bisa lebih mengerti. Aku sedang berjuang untuk kita, Ara. Tapi kamu justru membuatku merasa seperti ini semua

    Last Updated : 2024-12-29
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 65: Pertemuan yang Tak Terhindarkan

    "Adrian?" Suara Ara terdengar ragu, hampir tenggelam dalam hiruk pikuk suara mesin kopi dan langkah kaki di kafe kecil itu.Adrian, yang sedang berdiri di konter, menoleh. Matanya yang gelap segera menemukan sosok Ara di sudut ruangan. Ada senyum kecil di bibirnya, tipis namun penuh makna. Ia berjalan mendekat, membawa dua cangkir kopi di tangannya, dengan langkah yang selalu terasa penuh keyakinan."Ara," katanya pelan, suaranya seperti meluruhkan segala kebisingan di sekeliling. "Aku tidak menyangka akan bertemu kamu di sini."Ara duduk tegak, tangan di pangkuannya saling bertaut, menunjukkan kegugupan yang tak bisa ia sembunyikan. Ia tidak tahu apakah ini kebetulan atau sesuatu yang lebih dari itu, tetapi perasaan asing itu kembali mengusik hatinya—sebuah campuran nyaman dan salah yang sulit ia cerna.

    Last Updated : 2024-12-30
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 66: Pesona yang Kembali Mengikat

    "Ara, aku tidak pernah memaksa. Tapi aku ingin kamu tahu… aku masih menunggu."Kalimat itu mengalun pelan dari bibir Adrian, namun resonansinya bergema di kepala Ara. Mereka duduk di sebuah ruangan yang dipenuhi cahaya redup dari lampu gantung, membuat bayangan halus menari di dinding. Suasana di ruang rapat kecil itu begitu hening, hanya diisi dengan detak jantung Ara yang terasa semakin keras. Adrian menatapnya dengan ekspresi yang sulit dijabarkan—hangat, tetapi penuh dengan keteguhan.Ara meremas jari-jarinya di bawah meja. Kata-kata Adrian mengalir begitu lembut, namun seolah memaksa pintu di hatinya yang rapuh untuk terbuka. Ia mencoba memalingkan pandangan, tetapi sorot mata pria itu seperti magnet yang menarik seluruh kesadarannya kembali.

    Last Updated : 2024-12-30
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 67: Rasa yang Tak Pernah Pudar

    "Aku tidak pernah meminta lebih dari apa yang bisa kamu berikan, Ara. Tapi aku juga tidak bisa berpura-pura bahwa aku tidak merasakan apa-apa."Kata-kata Adrian mengalir lembut namun penuh ketegasan, menyentuh langsung ke inti kegelisahan Ara. Mereka berdiri di sudut lorong kantor, di dekat jendela besar yang menghadap kota. Mata Adrian tidak pernah lepas dari Ara, memberikan rasa kehangatan yang membuat jantungnya berdebar.Ara menggigit bibir bawahnya, mencoba menyembunyikan emosi yang berkecamuk. "Adrian, aku tidak tahu harus bilang apa. Semua ini... salah. Aku tidak boleh merasa seperti ini.""Tapi kamu merasa," jawab Adrian, suaranya lebih lembut dari sebelumnya, hampir seperti bisikan. "Dan aku tahu aku juga merasa."Ara mengalihkan pandangannya ke luar jendela. La

    Last Updated : 2024-12-30
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 68: Kejutan dari Raka

    "Ini untukmu."Raka meletakkan sebuah kotak kecil dengan hiasan pita merah di atas meja makan. Suaranya terdengar datar, tanpa emosi. Ara menatap kotak itu dengan alis berkerut, lalu mengangkat pandangannya pada Raka, yang berdiri di seberang meja dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.“Apa ini?” tanya Ara, nada suaranya penuh kebingungan.“Buka saja,” jawab Raka singkat, mengalihkan pandangannya sejenak. Wajahnya terlihat sedikit tegang, seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan.Ara menarik pita dengan hati-hati, membuka kotak kecil itu. Di dalamnya, ada sebuah kalung sederhana dengan liontin berbentuk hati. Desainnya tidak rumit, tetapi cukup elegan untuk menarik perhatian. Ia menatap kalung itu beberapa saat sebelum kembali mengangkat mat

    Last Updated : 2024-12-31
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 69: Perlahan Membuka Mata

    “Kamu tidak jujur padaku, Ara.”Raka berdiri di ambang pintu ruang tamu, tubuhnya tegap dengan kedua tangan menyilang di dada. Matanya menyipit, menatap Ara dengan campuran amarah dan rasa curiga. Di bawah sorotan lampu redup, ekspresi Raka terlihat lebih tajam dari biasanya.Ara, yang masih duduk di sofa dengan ponselnya tergenggam erat, menatap suaminya dengan tatapan datar. Ada kekosongan di matanya, seperti beban yang terlalu berat telah membuatnya lelah untuk merespons. Ia menghela napas, berusaha menjaga ketenangannya.“Apa maksudmu, Raka?” tanyanya pelan, meskipun ia tahu ke mana arah pembicaraan ini.Raka melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya dengan sedikit keras. Suara bantingan itu membuat ruangan terasa lebih sempit. Ia berjalan

    Last Updated : 2024-12-31
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 70: Pertemuan Rahasia

    "Aku seharusnya tidak ada di sini."Ara memecah keheningan di ruangan kecil itu, suaranya bergetar, seperti daun yang bergoyang di tengah angin. Ia berdiri di dekat jendela, memandang ke luar ke arah kota yang bersinar di bawah cahaya malam. Tubuhnya membelakangi Adrian, tetapi ia bisa merasakan tatapan pria itu yang terus terfokus padanya.“Kamu di sini karena kamu butuh tempat untuk berbicara,” jawab Adrian lembut, suaranya tenang namun penuh keyakinan. “Dan aku bersedia mendengarkan, Ara.”Ara memejamkan mata sejenak, mencoba menghalau perasaan bersalah yang menghantui setiap langkahnya. Angin dari celah jendela menyentuh lembut wajahnya, tetapi di dadanya ada badai yang tak kunjung reda.“Aku merasa seperti sedang mengkhianati sesuatu,&r

    Last Updated : 2024-12-31
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 71: Kekuatan yang Terasa Lenyap

    “Kamu pikir aku tidak tahu apa yang kamu sembunyikan dariku?”Suara Raka menggema di ruang tamu yang remang. Tubuhnya tegak, otot-ototnya menegang, dan matanya membara oleh amarah yang tidak lagi ia sembunyikan.Tangan kanannya terkepal erat di sisi tubuhnya, sementara tangan kirinya menunjuk ke arah Ara, seolah menuduhnya atas sesuatu yang tidak sepenuhnya jelas.Ara duduk di sofa, punggungnya tegak, matanya menatap lurus ke depan tanpa ekspresi. Ia terlalu lelah untuk membela diri, terlalu lelah untuk menghindari pertengkaran yang sudah terlalu sering terjadi.Pikirannya kosong, tetapi di sudut hatinya, ada bara kecil yang mulai menyala—rasa jenuh yang tak lagi bisa ia abaikan.“Raka,” katanya dengan suara tenang, nada suaranya jauh lebih terkendali daripada emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. “Aku tidak menyembunyikan apa pun darimu.”Raka tertawa sinis, langkahnya maju mendekati Ara. “Oh, benar? Kalau begitu, kenapa akhir-akhir ini k

    Last Updated : 2025-01-01

Latest chapter

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 130: Bahagia Selamanya

    Pagi di desa itu selalu dimulai dengan keheningan yang damai, diselingi oleh kicauan burung yang terdengar dari pepohonan di belakang rumah mereka. Di dapur, aroma kopi yang baru diseduh memenuhi udara.Ara berdiri di depan wastafel, mencuci beberapa buah stroberi yang baru dipetik dari kebun kecil mereka. Cahaya matahari pagi masuk melalui jendela, membungkus tubuhnya dengan sinar hangat yang lembut.Dari ruang tamu, terdengar langkah kaki kecil yang mendekat. Ara menoleh dan tersenyum lebar saat melihat seorang anak kecil dengan rambut ikal berwarna cokelat berlari ke arahnya. Anak itu mengenakan piyama dengan motif dinosaurus, dan tawa kecilnya memenuhi ruangan."Ibu! Lihat apa yang aku temukan!" seru anak itu dengan suara ceria, memperlihatkan sebuah daun kecil yang ia bawa dengan hati-hati.Ara membungkuk, mengambil daun itu dari tangan anaknya. "Oh, ini indah sekali, sayang. Kau menemukannya di mana?""Di bawah pohon besar!" jawab anak itu, m

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 129: Cinta Sejati yang Terlambat

    Cahaya senja menyelimuti desa kecil itu, membawa kehangatan pada rumah-rumah kecil yang berbaris rapi di sepanjang jalan berbatu. Langit dihiasi semburat warna oranye, merah muda, dan ungu, seolah-olah semesta sengaja melukis kanvasnya untuk merayakan hari yang damai.Di halaman belakang rumah, Ara duduk di bangku kayu dengan secangkir teh di tangannya, tubuhnya terbalut sweater rajut yang melindunginya dari udara sore yang mulai dingin.Ia memandangi bunga matahari yang Adrian tanam beberapa minggu lalu. Tanaman itu tumbuh dengan gagah, batangnya kokoh dan daunnya hijau segar. Kepala bunga yang cerah menghadap ke arah matahari yang mulai tenggelam.Ara tersenyum kecil, merasa bahwa bunga itu melambangkan kehidupannya sendiri—perlahan-lahan tumbuh dari tanah yang dulu terasa tandus, mencari cahaya yang akhirnya ia temukan dalam hidupnya bersama Adrian.Pintu belakang berderit pelan, dan suara langkah Adrian di atas lantai kayu terdengar sebelum ia m

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 128: Kehidupan Baru yang Damai

    Pagi itu, sinar matahari menyapu pelan rumah kecil mereka, membawa kehangatan ke dalam setiap sudut ruangan. Ara membuka jendela besar di ruang tamu, membiarkan udara pagi yang segar masuk. Aroma rumput basah dan bunga-bunga liar dari taman belakang melayang lembut di udara.Ia berdiri sejenak, memandang ke luar dengan senyum kecil di wajahnya. Di halaman belakang, bunga matahari yang Adrian tanam beberapa minggu lalu mulai tumbuh, batangnya kokoh dan daunnya hijau segar."Duduklah dulu," kata Adrian dari dapur, suaranya terdengar ringan tetapi sedikit menggoda. "Kau tidak bisa terus sibuk sejak pagi. Sarapan sudah siap."Ara menoleh, tertawa kecil. "Aku hanya menikmati pemandangan. Kau tahu, aku tidak pernah membayangkan bisa bangun dengan perasaan selega ini."Adrian muncul dari balik pintu dapur dengan dua piring di tangannya. Sepiring telur dadar lembut dengan irisan alpukat dan roti panggang di satu piring lainnya. Ia meletakkan semuanya di meja keci

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 127: Mimpi yang Menjadi Nyata

    Cahaya matahari pagi menerobos melalui jendela besar rumah baru mereka, memantulkan sinarnya di lantai kayu yang mengilap. Rumah itu sederhana tetapi terasa hangat, dengan dinding bercat krem dan perabotan kayu yang dipilih dengan penuh cinta.Di luar, angin sepoi-sepoi meniup dedaunan pohon maple, dan suara burung-burung terdengar lembut, menjadi latar belakang kehidupan baru yang mereka mulai bersama.Ara berdiri di dapur kecil mereka, aroma kopi menguar dari mesin yang baru saja Adrian belikan. Ia mengenakan kaus longgar berwarna putih dan celana katun, kakinya telanjang di atas lantai dingin.Ia memandangi jendela yang menghadap ke taman belakang, di mana Adrian sedang menggali tanah untuk menanam bunga matahari yang dibawanya dari pasar minggu lalu.Ara tersenyum kecil, menyandarkan pinggulnya di meja dapur sambil memegang secangkir kopi. Setiap gerakan Adrian di luar terlihat penuh semangat—wajahnya yang serius saat ia mencangkul tanah, seseka

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 126: Pernikahan Intim

    Pagi itu, langit cerah tanpa awan. Cahaya matahari lembut membasuh taman kecil di belakang rumah keluarga Adrian, tempat acara sederhana mereka akan diadakan.Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga mawar dan lavender yang menghiasi setiap sudut taman, menciptakan suasana hangat yang sempurna.Ara berdiri di depan cermin di kamar tamu rumah Adrian. Gaun putih sederhana melekat di tubuhnya, terbuat dari bahan satin yang jatuh dengan indah, memeluk tubuhnya dengan cara yang anggun.Tidak ada renda berlebihan atau kilauan mencolok, hanya detail kecil di sekitar leher yang membuatnya terlihat elegan dan alami.Lila berdiri di belakangnya, membantu menyematkan peniti kecil di ujung kerudung Ara. "Kau terlihat... luar biasa," kata Lila dengan mata berbinar, senyumnya lebar.Ara tersenyum melalui pantulan cermin, mencoba menahan perasaan gugup yang merayap di dadanya. "Terima kasih, Lila. Aku rasa ini pertama kalinya aku merasa benar-benar seperti pengantin

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 125: Langkah Pertama Bersama

    Pagi itu dimulai dengan keheningan yang damai. Sinar matahari pagi menerobos melalui tirai jendela, menyelimuti ruang tamu rumah kecil mereka dengan cahaya hangat keemasan. Ara berdiri di dapur, mengenakan sweater tipis berwarna krem yang sedikit kebesaran.Ia sedang memotong beberapa buah untuk sarapan, menikmati aroma segar jeruk yang menguar.Adrian muncul dari belakang, rambutnya masih sedikit berantakan, namun senyum lembut yang biasa menghiasi wajahnya tetap ada. "Kau bangun lebih pagi dari biasanya," katanya sambil mengambil cangkir dari rak dan menuangkan kopi.Ara menoleh dan tersenyum kecil. "Aku suka pagi-pagi seperti ini. Tenang dan terasa ringan."Adrian mengangguk, berjalan ke meja dan duduk di kursi, memperhatikan Ara yang sibuk di dapur. "Ada sesuatu yang berbeda pada dirimu akhir-akhir ini," ujarnya pelan, tetapi dengan nada penuh perhatian.Ara berhenti sejenak, memutar tubuhnya untuk menatap Adrian. "Apa maksudmu?"Adrian

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 124: Memperbaiki Luka Lama

    Pagi itu, rumah kecil mereka diselimuti keheningan yang damai. Matahari pagi menyinari ruangan dengan lembut, menciptakan bayangan hangat di lantai kayu. Ara duduk di meja dekat jendela, secangkir teh hijau mengepul di sebelahnya. Di depan Ara, ada selembar kertas kosong dan sebuah pena sederhana.Adrian berjalan masuk dari dapur, membawa piring berisi irisan roti panggang dan buah-buahan. Ia berhenti di ambang pintu ketika melihat Ara yang tampak termenung di depan kertas itu."Apa yang kau pikirkan?" tanyanya pelan, meletakkan piring di meja kecil di dekat Ara.Ara menoleh ke arahnya, bibirnya melengkung menjadi senyuman kecil yang hampir tidak terlihat. "Aku berpikir untuk menulis sesuatu. Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana."Adrian menarik kursi di depannya dan duduk. "Sesuatu seperti apa?"Ara mengambil pena itu, menggenggamnya dengan kedua tangan. "Aku ingin menulis surat untuk Raka."Adrian menatapnya, tetapi tidak langsung men

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 123: Pertemuan dengan Keluarga Adrian

    Angin sejuk pegunungan membelai wajah Ara, membawa aroma pinus dan bunga liar yang mekar di sepanjang jalan menuju rumah keluarga Adrian.Mobil Adrian meluncur mulus di jalanan kecil yang berkelok-kelok, dikelilingi oleh hutan hijau yang terasa seperti melindungi mereka dari hiruk pikuk dunia luar. Ara memandang keluar jendela, matanya menangkap pemandangan pegunungan yang menjulang megah di kejauhan.Namun, di tengah keindahan itu, dadanya terasa sesak oleh kegugupan. Jemarinya memainkan ujung sweater yang ia kenakan, menggulungnya dengan canggung."Berhenti menggulung sweatermu," suara Adrian terdengar ringan, tetapi penuh kehangatan, memecah keheningan. Matanya melirik ke arah Ara sambil tetap memperhatikan jalan.Ara meliriknya, setengah tersipu. "Aku tidak bisa menahannya. Aku... aku gugup."Adrian tertawa kecil, nada suaranya santai seperti biasanya. Ia mengulurkan satu tangan dari kemudi, menggenggam jemari Ara dengan lembut. "Kau tidak perl

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 122: Hari yang Bahagia

    Matahari pagi menyelimuti rumah kecil mereka dengan sinar keemasan. Udara di kota kecil itu sejuk dan segar, membawa aroma embun dan dedaunan basah. Ara membuka jendela besar di ruang tamu, membiarkan angin pagi masuk, meniup lembut rambutnya yang tergerai.Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat sungai kecil di kejauhan, mengalir tenang di bawah bayang-bayang pohon yang rimbun.Di dapur, suara denting piring terdengar pelan. Adrian tengah mengaduk adonan pancake, lengan bajunya digulung hingga siku. Ia sesekali menoleh ke arah Ara, memastikan dia baik-baik saja."Apa kau lapar?" tanya Adrian, suaranya terdengar ringan dan santai, seperti pagi itu.Ara menoleh, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Aku selalu lapar untuk pancake," balasnya sambil berjalan mendekat.Adrian tertawa pelan, mengangkat wajan untuk menuangkan adonan ke panci panas. "Pancake spesial pagi ini. Dengan ekstra cinta."Ara duduk di bangku dapur, menopang dagunya dengan tang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status