Ara duduk di tepi jendela, menatap lampu-lampu kota yang berpendar seperti bintang jatuh di kejauhan. Hembusan angin malam yang dingin masuk melalui celah kecil di jendela, menyapu kulitnya dengan lembut.Ia memeluk cangkir teh hangat di tangannya, tapi ia tak menyadari bahwa uapnya perlahan memudar. Teh itu masih penuh, tak tersentuh sejak ia menyeduhnya. Pikirannya sibuk melayang ke tempat lain.Ia memejamkan mata, membiarkan pikirannya kembali ke percakapan terakhir dengan Adrian. Nada suaranya, ketenangan yang selalu ia bawa, dan cara pria itu mendengarkan tanpa menghakimi. Semua itu terukir jelas di ingatannya, seolah-olah baru saja terjadi.Dalam ingatan itu, senyuman Adrian tampak nyata, seperti berada di hadapannya. Senyum itu berbeda—hangat, jujur, dan menggetarkan hati.Namun, di balik semua itu, ada perasaan bersalah yang tak mampu ia abaikan. Ara adalah istri Raka. Pernikahan mereka, meski terasa hambar belakangan ini, masih mengikatnya
Last Updated : 2025-01-02 Read more