Home / Rumah Tangga / Cinta dalam Bayangan Hutang / Bab 80: Keputusan yang Sulit

Share

Bab 80: Keputusan yang Sulit

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-01-05 16:51:45

“Ara, aku tidak akan bertanya lagi. Kamu harus memilih, sekarang.”

Suara Raka memecah keheningan ruang tamu yang remang. Tubuhnya tegap, berdiri di depan Ara dengan sorot mata tajam yang menyala oleh kemarahan. Di tangannya, sebuah botol minuman kosong tergenggam erat, mencerminkan tekanan yang membara di dalam dirinya.

Ara duduk di sofa, tubuhnya tampak kecil dan rapuh dibandingkan dengan kehadiran Raka yang mengancam. Tangannya saling menggenggam erat di pangkuannya, mencoba menenangkan dirinya sendiri meskipun napasnya terasa berat.

Setiap kata yang keluar dari mulut Raka menghantamnya seperti beban yang semakin menekan dada.

“Aku tidak ingin memilih dengan cara seperti ini, Raka,” katanya dengan suara pelan, hampir pecah. “Tapi aku tahu bahwa aku tidak bisa lagi hidup seperti ini.”

Raka menyipitkan matanya, langkah kakinya mendekat perlahan tetapi penuh ancaman. “Apa maksudmu? Apa kamu mau bilang kamu a

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 81: Rencana Pelarian

    “Ara, aku tahu ini sulit, tapi kita harus melakukannya dengan cepat dan hati-hati.”Suara Adrian terdengar tenang, tetapi ketegangan terpancar dari matanya. Ia duduk di seberang Ara di meja makan kecil di apartemennya, di antara mereka terhampar selembar kertas dengan catatan dan diagram yang mereka susun bersama.Cahaya lampu redup di atas meja memperjelas kelelahan yang tergambar di wajah mereka berdua.Ara menatap kertas itu, tangannya saling menggenggam erat di pangkuannya. “Kamu yakin ini akan berhasil, Adrian? Kalau Raka tahu aku pergi, dia tidak akan tinggal diam.”Adrian mengangguk perlahan, suaranya mantap. “Aku tahu risikonya, Ara. Tapi kita sudah memikirkan semuanya. Maya juga yakin bahwa ini adalah langkah terbaik.”Kata-kata itu memberikan sedikit kelegaan bagi Ara, tetapi ketakutan masih menggantung di dadanya seperti kabut yang sulit diterobos. Ia menatap Adrian, berusaha menemukan keberanian dalam

    Last Updated : 2025-01-06
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 82: Kejutan dari Raka

    “Ara, aku tahu kamu merencanakan sesuatu.”Suara Raka memecah keheningan malam di ruang tamu yang remang. Nada dingin yang ia gunakan membuat udara terasa semakin berat. Ia berdiri di depan pintu, tubuhnya tegap dengan ekspresi yang sulit dijabarkan, tetapi matanya memancarkan kecurigaan yang jelas.Tatapannya lurus ke arah Ara, intensitasnya cukup untuk membuat siapa pun merasa terpojok.Ara, yang duduk di sofa, merasa tubuhnya menegang. Jantungnya berdebar kencang, tetapi ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang. Ia mengangkat wajahnya perlahan, menyembunyikan ketakutannya di balik ekspresi datar.“Apa maksudmu, Raka?” tanyanya pelan, meskipun ia tahu pertanyaan itu tidak akan meredakan situasi.Raka melangkah mendekat, gerakannya lambat tetapi penuh tekanan, seperti hewan buas yang mengintai mangsanya. “Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Kamu berubah, Ara. Aku bisa melihatnya.”Ara m

    Last Updated : 2025-01-06
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 83: Malam Menentukan

    “Aku tidak akan membiarkan dia menghancurkanmu lagi, Ara.”Adrian menggenggam kemudi dengan erat, rahangnya mengeras saat ia melirik Ara yang duduk di kursi penumpang. Hujan deras mengguyur jalanan, membuat suasana malam itu semakin mencekam. Lampu-lampu jalan yang berkilauan memantul di kaca depan, seperti bintang-bintang yang hilang dalam badai.Ara duduk diam, tubuhnya kaku, tangannya memeluk tas kecil yang ia bawa dengan erat. Matanya menatap lurus ke depan, tetapi pikirannya melayang jauh. Kata-kata Adrian mengalir dalam pikirannya, tetapi yang ia dengar hanyalah gema dari keputusan besar yang telah ia buat malam ini.“Aku sudah meninggalkannya,” katanya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.Adrian menoleh sekilas, tatapannya lem

    Last Updated : 2025-01-07
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 84: Pesan Terakhir untuk Raka

    Hujan turun perlahan, membasahi jendela apartemen Ara yang kini kosong.Di atas meja ruang tamu, sebuah amplop putih tergeletak, tulisan tangan sederhana menghiasi bagian depannya: Untuk Raka. Di dalamnya tersimpan surat yang penuh dengan kata-kata yang selama ini tertahan, akhirnya dituangkan oleh Ara.Kata-kata itu bukan untuk memulai perdebatan atau mencari pemahaman, tetapi sebagai penutup dari bab yang telah lama terasa menyakitkan.Ara duduk di sofa untuk terakhir kalinya, pandangannya menyapu ruangan yang pernah menjadi saksi perjalanan hidupnya bersama Raka. Sofa ini, meja itu, dinding yang sunyi—semuanya telah berubah dari tempat yang dulu terasa hangat menjadi sangkar yang perlahan menyesakkan.Ia tahu, hari ini adalah hari di mana ia melepaskan segalanya.Raka,Aku tidak tahu bagaimana memulai ini, tetapi aku rasa tidak ada cara mudah untuk melakukannya. Aku hanya ingin kamu mendengarkan—mungkin u

    Last Updated : 2025-01-07
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 85: Pelarian Berbahaya

    “Ara, kita harus pergi sekarang.”Adrian berdiri di depan mobil dengan mesin yang masih menyala, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik terlalu kencang. Matanya memindai sekitar, memperhatikan setiap gerakan mencurigakan. Hujan tipis mulai turun, membuat trotoar basah dan udara semakin dingin.Ara berdiri beberapa langkah darinya, memegang tas kecil yang berisi seluruh hidupnya dalam satu genggaman. Tangannya gemetar, bukan hanya karena udara yang menusuk, tetapi juga karena ketegangan yang tak kunjung reda.“Aku siap,” jawab Ara, suaranya pelan namun penuh tekad.Adrian membuka pintu mobil untuknya, menunggu hingga Ara masuk sebelum ia sendiri mengambil tempat di kursi pengemudi. Setelah menutup pintu dengan hati-hati, ia menoleh ke arah Ara, pandangan matanya serius namun penuh rasa peduli.“Kita tidak akan kembali ke sini, Ara. Mulai sekarang, semuanya akan berubah.”Ara menatapnya sejenak, mencoba

    Last Updated : 2025-01-08
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 86: Babak Baru Bersama Adrian

    “Ara, lihat ini.”Adrian berdiri di dekat jendela kabin, pandangannya tertuju ke arah hutan yang mulai diterangi cahaya pagi. Matahari baru saja terbit, sinarnya lembut menembus sela-sela pepohonan yang basah oleh embun. Di kejauhan, seekor rusa muncul dengan gerakan anggun, melangkah perlahan di antara dedaunan.Ara, yang baru saja selesai menyeduh teh, mendekati jendela dengan hati-hati. Wajahnya dipenuhi kehangatan saat ia melihat pemandangan itu. “Indah sekali,” bisiknya, seolah takut mengganggu ketenangan pagi.Dalam tatapannya, ada rasa kagum yang sudah lama tidak ia rasakan—sebuah kedamaian yang hampir asing baginya.Adrian melirik Ara, senyum kecil menghiasi wajahnya. “Aku ingin setiap pagi seperti ini untukmu, Ara. Tenang, damai, tanpa rasa takut.”Ara menoleh ke arah Adrian, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil. “Ini seperti mimpi. Aku tidak pernah membayangkan bisa merasakan ketenan

    Last Updated : 2025-01-08
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 87: Kebebasan yang Baru Ditemukan

    “Adrian, aku rasa... aku ingin mencoba bekerja lagi.”Ara duduk di bangku kayu di teras kabin, memandangi hutan yang terbentang di depannya. Udara pagi membawa aroma segar tanah basah setelah hujan malam sebelumnya. Ia menggenggam secangkir teh di kedua tangannya, mencoba menenangkan debaran kecil di dadanya saat ia menyuarakan keinginan yang baru tumbuh.Adrian, yang sedang menyiram tanaman kecil di samping kabin, menoleh dengan senyum hangat. “Itu ide yang bagus, Ara. Kamu sudah lama memikirkan ini?”Ara mengangguk perlahan, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis. “Aku rasa aku butuh sesuatu untuk menyibukkan diri, sesuatu yang membuatku merasa produktif. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri.”

    Last Updated : 2025-01-09
  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 88: Raka yang Terpuruk

    Raka duduk di ruang tamu apartemennya yang berantakan. Botol-botol minuman kosong berserakan di lantai, menjadi saksi bisu malam-malam panjang yang ia habiskan dalam kekacauan pikiran. Matanya merah, wajahnya kusut, seperti seseorang yang tak pernah benar-benar beristirahat.Di meja kecil di depannya, sebuah surat tergeletak terbuka. Itu adalah surat dari Ara, dan setiap kali ia membacanya, kata-katanya seperti menguliti hatinya."Aku pergi bukan karena aku tidak pernah mencintaimu, tetapi karena aku akhirnya menyadari bahwa aku harus mencintai diriku sendiri lebih dulu."Kata-kata itu menghantam seperti palu godam. Bukan hanya karena Ara telah meninggalkannya, tetapi karena ia tahu, dalam-dalam, ada kebenaran yang tidak bisa ia sangkal. Selama ini, ia tidak hanya kehilangan Ara; ia juga menghancurkan sesuatu yang dulu menjadi inti dari dirinya.Raka tidak pernah tahu bagaimana harus menjaga apa yang berharga, dan kini, semua itu telah lepas dari

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 130: Bahagia Selamanya

    Pagi di desa itu selalu dimulai dengan keheningan yang damai, diselingi oleh kicauan burung yang terdengar dari pepohonan di belakang rumah mereka. Di dapur, aroma kopi yang baru diseduh memenuhi udara.Ara berdiri di depan wastafel, mencuci beberapa buah stroberi yang baru dipetik dari kebun kecil mereka. Cahaya matahari pagi masuk melalui jendela, membungkus tubuhnya dengan sinar hangat yang lembut.Dari ruang tamu, terdengar langkah kaki kecil yang mendekat. Ara menoleh dan tersenyum lebar saat melihat seorang anak kecil dengan rambut ikal berwarna cokelat berlari ke arahnya. Anak itu mengenakan piyama dengan motif dinosaurus, dan tawa kecilnya memenuhi ruangan."Ibu! Lihat apa yang aku temukan!" seru anak itu dengan suara ceria, memperlihatkan sebuah daun kecil yang ia bawa dengan hati-hati.Ara membungkuk, mengambil daun itu dari tangan anaknya. "Oh, ini indah sekali, sayang. Kau menemukannya di mana?""Di bawah pohon besar!" jawab anak itu, m

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 129: Cinta Sejati yang Terlambat

    Cahaya senja menyelimuti desa kecil itu, membawa kehangatan pada rumah-rumah kecil yang berbaris rapi di sepanjang jalan berbatu. Langit dihiasi semburat warna oranye, merah muda, dan ungu, seolah-olah semesta sengaja melukis kanvasnya untuk merayakan hari yang damai.Di halaman belakang rumah, Ara duduk di bangku kayu dengan secangkir teh di tangannya, tubuhnya terbalut sweater rajut yang melindunginya dari udara sore yang mulai dingin.Ia memandangi bunga matahari yang Adrian tanam beberapa minggu lalu. Tanaman itu tumbuh dengan gagah, batangnya kokoh dan daunnya hijau segar. Kepala bunga yang cerah menghadap ke arah matahari yang mulai tenggelam.Ara tersenyum kecil, merasa bahwa bunga itu melambangkan kehidupannya sendiri—perlahan-lahan tumbuh dari tanah yang dulu terasa tandus, mencari cahaya yang akhirnya ia temukan dalam hidupnya bersama Adrian.Pintu belakang berderit pelan, dan suara langkah Adrian di atas lantai kayu terdengar sebelum ia m

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 128: Kehidupan Baru yang Damai

    Pagi itu, sinar matahari menyapu pelan rumah kecil mereka, membawa kehangatan ke dalam setiap sudut ruangan. Ara membuka jendela besar di ruang tamu, membiarkan udara pagi yang segar masuk. Aroma rumput basah dan bunga-bunga liar dari taman belakang melayang lembut di udara.Ia berdiri sejenak, memandang ke luar dengan senyum kecil di wajahnya. Di halaman belakang, bunga matahari yang Adrian tanam beberapa minggu lalu mulai tumbuh, batangnya kokoh dan daunnya hijau segar."Duduklah dulu," kata Adrian dari dapur, suaranya terdengar ringan tetapi sedikit menggoda. "Kau tidak bisa terus sibuk sejak pagi. Sarapan sudah siap."Ara menoleh, tertawa kecil. "Aku hanya menikmati pemandangan. Kau tahu, aku tidak pernah membayangkan bisa bangun dengan perasaan selega ini."Adrian muncul dari balik pintu dapur dengan dua piring di tangannya. Sepiring telur dadar lembut dengan irisan alpukat dan roti panggang di satu piring lainnya. Ia meletakkan semuanya di meja keci

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 127: Mimpi yang Menjadi Nyata

    Cahaya matahari pagi menerobos melalui jendela besar rumah baru mereka, memantulkan sinarnya di lantai kayu yang mengilap. Rumah itu sederhana tetapi terasa hangat, dengan dinding bercat krem dan perabotan kayu yang dipilih dengan penuh cinta.Di luar, angin sepoi-sepoi meniup dedaunan pohon maple, dan suara burung-burung terdengar lembut, menjadi latar belakang kehidupan baru yang mereka mulai bersama.Ara berdiri di dapur kecil mereka, aroma kopi menguar dari mesin yang baru saja Adrian belikan. Ia mengenakan kaus longgar berwarna putih dan celana katun, kakinya telanjang di atas lantai dingin.Ia memandangi jendela yang menghadap ke taman belakang, di mana Adrian sedang menggali tanah untuk menanam bunga matahari yang dibawanya dari pasar minggu lalu.Ara tersenyum kecil, menyandarkan pinggulnya di meja dapur sambil memegang secangkir kopi. Setiap gerakan Adrian di luar terlihat penuh semangat—wajahnya yang serius saat ia mencangkul tanah, seseka

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 126: Pernikahan Intim

    Pagi itu, langit cerah tanpa awan. Cahaya matahari lembut membasuh taman kecil di belakang rumah keluarga Adrian, tempat acara sederhana mereka akan diadakan.Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga mawar dan lavender yang menghiasi setiap sudut taman, menciptakan suasana hangat yang sempurna.Ara berdiri di depan cermin di kamar tamu rumah Adrian. Gaun putih sederhana melekat di tubuhnya, terbuat dari bahan satin yang jatuh dengan indah, memeluk tubuhnya dengan cara yang anggun.Tidak ada renda berlebihan atau kilauan mencolok, hanya detail kecil di sekitar leher yang membuatnya terlihat elegan dan alami.Lila berdiri di belakangnya, membantu menyematkan peniti kecil di ujung kerudung Ara. "Kau terlihat... luar biasa," kata Lila dengan mata berbinar, senyumnya lebar.Ara tersenyum melalui pantulan cermin, mencoba menahan perasaan gugup yang merayap di dadanya. "Terima kasih, Lila. Aku rasa ini pertama kalinya aku merasa benar-benar seperti pengantin

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 125: Langkah Pertama Bersama

    Pagi itu dimulai dengan keheningan yang damai. Sinar matahari pagi menerobos melalui tirai jendela, menyelimuti ruang tamu rumah kecil mereka dengan cahaya hangat keemasan. Ara berdiri di dapur, mengenakan sweater tipis berwarna krem yang sedikit kebesaran.Ia sedang memotong beberapa buah untuk sarapan, menikmati aroma segar jeruk yang menguar.Adrian muncul dari belakang, rambutnya masih sedikit berantakan, namun senyum lembut yang biasa menghiasi wajahnya tetap ada. "Kau bangun lebih pagi dari biasanya," katanya sambil mengambil cangkir dari rak dan menuangkan kopi.Ara menoleh dan tersenyum kecil. "Aku suka pagi-pagi seperti ini. Tenang dan terasa ringan."Adrian mengangguk, berjalan ke meja dan duduk di kursi, memperhatikan Ara yang sibuk di dapur. "Ada sesuatu yang berbeda pada dirimu akhir-akhir ini," ujarnya pelan, tetapi dengan nada penuh perhatian.Ara berhenti sejenak, memutar tubuhnya untuk menatap Adrian. "Apa maksudmu?"Adrian

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 124: Memperbaiki Luka Lama

    Pagi itu, rumah kecil mereka diselimuti keheningan yang damai. Matahari pagi menyinari ruangan dengan lembut, menciptakan bayangan hangat di lantai kayu. Ara duduk di meja dekat jendela, secangkir teh hijau mengepul di sebelahnya. Di depan Ara, ada selembar kertas kosong dan sebuah pena sederhana.Adrian berjalan masuk dari dapur, membawa piring berisi irisan roti panggang dan buah-buahan. Ia berhenti di ambang pintu ketika melihat Ara yang tampak termenung di depan kertas itu."Apa yang kau pikirkan?" tanyanya pelan, meletakkan piring di meja kecil di dekat Ara.Ara menoleh ke arahnya, bibirnya melengkung menjadi senyuman kecil yang hampir tidak terlihat. "Aku berpikir untuk menulis sesuatu. Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana."Adrian menarik kursi di depannya dan duduk. "Sesuatu seperti apa?"Ara mengambil pena itu, menggenggamnya dengan kedua tangan. "Aku ingin menulis surat untuk Raka."Adrian menatapnya, tetapi tidak langsung men

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 123: Pertemuan dengan Keluarga Adrian

    Angin sejuk pegunungan membelai wajah Ara, membawa aroma pinus dan bunga liar yang mekar di sepanjang jalan menuju rumah keluarga Adrian.Mobil Adrian meluncur mulus di jalanan kecil yang berkelok-kelok, dikelilingi oleh hutan hijau yang terasa seperti melindungi mereka dari hiruk pikuk dunia luar. Ara memandang keluar jendela, matanya menangkap pemandangan pegunungan yang menjulang megah di kejauhan.Namun, di tengah keindahan itu, dadanya terasa sesak oleh kegugupan. Jemarinya memainkan ujung sweater yang ia kenakan, menggulungnya dengan canggung."Berhenti menggulung sweatermu," suara Adrian terdengar ringan, tetapi penuh kehangatan, memecah keheningan. Matanya melirik ke arah Ara sambil tetap memperhatikan jalan.Ara meliriknya, setengah tersipu. "Aku tidak bisa menahannya. Aku... aku gugup."Adrian tertawa kecil, nada suaranya santai seperti biasanya. Ia mengulurkan satu tangan dari kemudi, menggenggam jemari Ara dengan lembut. "Kau tidak perl

  • Cinta dalam Bayangan Hutang   Bab 122: Hari yang Bahagia

    Matahari pagi menyelimuti rumah kecil mereka dengan sinar keemasan. Udara di kota kecil itu sejuk dan segar, membawa aroma embun dan dedaunan basah. Ara membuka jendela besar di ruang tamu, membiarkan angin pagi masuk, meniup lembut rambutnya yang tergerai.Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat sungai kecil di kejauhan, mengalir tenang di bawah bayang-bayang pohon yang rimbun.Di dapur, suara denting piring terdengar pelan. Adrian tengah mengaduk adonan pancake, lengan bajunya digulung hingga siku. Ia sesekali menoleh ke arah Ara, memastikan dia baik-baik saja."Apa kau lapar?" tanya Adrian, suaranya terdengar ringan dan santai, seperti pagi itu.Ara menoleh, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Aku selalu lapar untuk pancake," balasnya sambil berjalan mendekat.Adrian tertawa pelan, mengangkat wajan untuk menuangkan adonan ke panci panas. "Pancake spesial pagi ini. Dengan ekstra cinta."Ara duduk di bangku dapur, menopang dagunya dengan tang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status