All Chapters of Cinta dalam Bayangan Hutang: Chapter 81 - Chapter 90

94 Chapters

Bab 81: Rencana Pelarian

“Ara, aku tahu ini sulit, tapi kita harus melakukannya dengan cepat dan hati-hati.”Suara Adrian terdengar tenang, tetapi ketegangan terpancar dari matanya. Ia duduk di seberang Ara di meja makan kecil di apartemennya, di antara mereka terhampar selembar kertas dengan catatan dan diagram yang mereka susun bersama.Cahaya lampu redup di atas meja memperjelas kelelahan yang tergambar di wajah mereka berdua.Ara menatap kertas itu, tangannya saling menggenggam erat di pangkuannya. “Kamu yakin ini akan berhasil, Adrian? Kalau Raka tahu aku pergi, dia tidak akan tinggal diam.”Adrian mengangguk perlahan, suaranya mantap. “Aku tahu risikonya, Ara. Tapi kita sudah memikirkan semuanya. Maya juga yakin bahwa ini adalah langkah terbaik.”Kata-kata itu memberikan sedikit kelegaan bagi Ara, tetapi ketakutan masih menggantung di dadanya seperti kabut yang sulit diterobos. Ia menatap Adrian, berusaha menemukan keberanian dalam
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 82: Kejutan dari Raka

“Ara, aku tahu kamu merencanakan sesuatu.”Suara Raka memecah keheningan malam di ruang tamu yang remang. Nada dingin yang ia gunakan membuat udara terasa semakin berat. Ia berdiri di depan pintu, tubuhnya tegap dengan ekspresi yang sulit dijabarkan, tetapi matanya memancarkan kecurigaan yang jelas.Tatapannya lurus ke arah Ara, intensitasnya cukup untuk membuat siapa pun merasa terpojok.Ara, yang duduk di sofa, merasa tubuhnya menegang. Jantungnya berdebar kencang, tetapi ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang. Ia mengangkat wajahnya perlahan, menyembunyikan ketakutannya di balik ekspresi datar.“Apa maksudmu, Raka?” tanyanya pelan, meskipun ia tahu pertanyaan itu tidak akan meredakan situasi.Raka melangkah mendekat, gerakannya lambat tetapi penuh tekanan, seperti hewan buas yang mengintai mangsanya. “Aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Kamu berubah, Ara. Aku bisa melihatnya.”Ara m
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 83: Malam Menentukan

“Aku tidak akan membiarkan dia menghancurkanmu lagi, Ara.”Adrian menggenggam kemudi dengan erat, rahangnya mengeras saat ia melirik Ara yang duduk di kursi penumpang. Hujan deras mengguyur jalanan, membuat suasana malam itu semakin mencekam. Lampu-lampu jalan yang berkilauan memantul di kaca depan, seperti bintang-bintang yang hilang dalam badai.Ara duduk diam, tubuhnya kaku, tangannya memeluk tas kecil yang ia bawa dengan erat. Matanya menatap lurus ke depan, tetapi pikirannya melayang jauh. Kata-kata Adrian mengalir dalam pikirannya, tetapi yang ia dengar hanyalah gema dari keputusan besar yang telah ia buat malam ini.“Aku sudah meninggalkannya,” katanya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.Adrian menoleh sekilas, tatapannya lem
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 84: Pesan Terakhir untuk Raka

Hujan turun perlahan, membasahi jendela apartemen Ara yang kini kosong.Di atas meja ruang tamu, sebuah amplop putih tergeletak, tulisan tangan sederhana menghiasi bagian depannya: Untuk Raka. Di dalamnya tersimpan surat yang penuh dengan kata-kata yang selama ini tertahan, akhirnya dituangkan oleh Ara.Kata-kata itu bukan untuk memulai perdebatan atau mencari pemahaman, tetapi sebagai penutup dari bab yang telah lama terasa menyakitkan.Ara duduk di sofa untuk terakhir kalinya, pandangannya menyapu ruangan yang pernah menjadi saksi perjalanan hidupnya bersama Raka. Sofa ini, meja itu, dinding yang sunyi—semuanya telah berubah dari tempat yang dulu terasa hangat menjadi sangkar yang perlahan menyesakkan.Ia tahu, hari ini adalah hari di mana ia melepaskan segalanya.Raka,Aku tidak tahu bagaimana memulai ini, tetapi aku rasa tidak ada cara mudah untuk melakukannya. Aku hanya ingin kamu mendengarkan—mungkin u
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 85: Pelarian Berbahaya

“Ara, kita harus pergi sekarang.”Adrian berdiri di depan mobil dengan mesin yang masih menyala, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik terlalu kencang. Matanya memindai sekitar, memperhatikan setiap gerakan mencurigakan. Hujan tipis mulai turun, membuat trotoar basah dan udara semakin dingin.Ara berdiri beberapa langkah darinya, memegang tas kecil yang berisi seluruh hidupnya dalam satu genggaman. Tangannya gemetar, bukan hanya karena udara yang menusuk, tetapi juga karena ketegangan yang tak kunjung reda.“Aku siap,” jawab Ara, suaranya pelan namun penuh tekad.Adrian membuka pintu mobil untuknya, menunggu hingga Ara masuk sebelum ia sendiri mengambil tempat di kursi pengemudi. Setelah menutup pintu dengan hati-hati, ia menoleh ke arah Ara, pandangan matanya serius namun penuh rasa peduli.“Kita tidak akan kembali ke sini, Ara. Mulai sekarang, semuanya akan berubah.”Ara menatapnya sejenak, mencoba
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 86: Babak Baru Bersama Adrian

“Ara, lihat ini.”Adrian berdiri di dekat jendela kabin, pandangannya tertuju ke arah hutan yang mulai diterangi cahaya pagi. Matahari baru saja terbit, sinarnya lembut menembus sela-sela pepohonan yang basah oleh embun. Di kejauhan, seekor rusa muncul dengan gerakan anggun, melangkah perlahan di antara dedaunan.Ara, yang baru saja selesai menyeduh teh, mendekati jendela dengan hati-hati. Wajahnya dipenuhi kehangatan saat ia melihat pemandangan itu. “Indah sekali,” bisiknya, seolah takut mengganggu ketenangan pagi.Dalam tatapannya, ada rasa kagum yang sudah lama tidak ia rasakan—sebuah kedamaian yang hampir asing baginya.Adrian melirik Ara, senyum kecil menghiasi wajahnya. “Aku ingin setiap pagi seperti ini untukmu, Ara. Tenang, damai, tanpa rasa takut.”Ara menoleh ke arah Adrian, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil. “Ini seperti mimpi. Aku tidak pernah membayangkan bisa merasakan ketenan
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 87: Kebebasan yang Baru Ditemukan

“Adrian, aku rasa... aku ingin mencoba bekerja lagi.”Ara duduk di bangku kayu di teras kabin, memandangi hutan yang terbentang di depannya. Udara pagi membawa aroma segar tanah basah setelah hujan malam sebelumnya. Ia menggenggam secangkir teh di kedua tangannya, mencoba menenangkan debaran kecil di dadanya saat ia menyuarakan keinginan yang baru tumbuh.Adrian, yang sedang menyiram tanaman kecil di samping kabin, menoleh dengan senyum hangat. “Itu ide yang bagus, Ara. Kamu sudah lama memikirkan ini?”Ara mengangguk perlahan, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis. “Aku rasa aku butuh sesuatu untuk menyibukkan diri, sesuatu yang membuatku merasa produktif. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri.”
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 88: Raka yang Terpuruk

Raka duduk di ruang tamu apartemennya yang berantakan. Botol-botol minuman kosong berserakan di lantai, menjadi saksi bisu malam-malam panjang yang ia habiskan dalam kekacauan pikiran. Matanya merah, wajahnya kusut, seperti seseorang yang tak pernah benar-benar beristirahat.Di meja kecil di depannya, sebuah surat tergeletak terbuka. Itu adalah surat dari Ara, dan setiap kali ia membacanya, kata-katanya seperti menguliti hatinya."Aku pergi bukan karena aku tidak pernah mencintaimu, tetapi karena aku akhirnya menyadari bahwa aku harus mencintai diriku sendiri lebih dulu."Kata-kata itu menghantam seperti palu godam. Bukan hanya karena Ara telah meninggalkannya, tetapi karena ia tahu, dalam-dalam, ada kebenaran yang tidak bisa ia sangkal. Selama ini, ia tidak hanya kehilangan Ara; ia juga menghancurkan sesuatu yang dulu menjadi inti dari dirinya.Raka tidak pernah tahu bagaimana harus menjaga apa yang berharga, dan kini, semua itu telah lepas dari
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 89: Ancaman yang Muncul

Adrian memegang telepon dengan erat, menatap dinding kayu kabin yang diterangi lampu temaram. Suara di seberang sana membuat darahnya mendidih, meskipun ia berusaha keras menjaga emosinya tetap terkendali.“Adrian, kamu pikir kamu bisa menyembunyikannya dariku selamanya?” suara Raka terdengar dingin, penuh amarah yang terpendam. Adrian melirik ke ruang kerja, di mana Ara tengah sibuk menulis. Ia mundur beberapa langkah ke sudut kabin, memastikan percakapan ini tidak terdengar oleh Ara.“Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan,” jawab Adrian, mencoba membuat suaranya tetap tegas. “Tapi aku sarankan kamu berhenti mencari masalah.”Tawa kecil terdengar dari Raka, tetapi tanpa humor—hanya sisa-sisa dari seseorang yang terobsesi dan penuh kepahitan. “Jangan berpura-pura bodoh. Aku tahu dia bersamamu. Kamu mencuri istriku, dan kamu pikir aku akan membiarkan itu?”Adrian mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 90: Adrian Siap Melindungi

"Ara, aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu."Suara Adrian terdengar tegas namun hangat saat ia duduk di seberang Ara. Tatapannya tajam, penuh determinasi, tetapi ada kelembutan yang menyelip di sana—perpaduan perlindungan dan kasih sayang.Mereka duduk di meja makan kecil di kabin, sisa-sisa makan malam masih berserakan di atas meja. Ara menatap Adrian, matanya dipenuhi kekhawatiran. Tapi jauh di balik itu, ada kepercayaan yang mulai tumbuh, sebuah keyakinan yang perlahan-lahan menguat.“Tapi dia tidak akan berhenti, Adrian,” bisik Ara, suaranya pelan namun bergetar dengan ketakutan yang nyata. “Raka tidak akan menyerah sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan.”Adrian mengepalkan tangannya di atas meja, berusaha keras menjaga emosinya tetap terkendali. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap langsung ke mata Ara.“Kalau begitu, aku akan memastikan dia tidak mendapatkan kesempatan. Aku sudah berbicara
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status