Semua Bab Cinta dalam Bayangan Hutang: Bab 101 - Bab 110

130 Bab

Bab 101: Ketegangan yang Memuncak

Pagi itu, matahari tertutup awan gelap, dan angin dingin menyapu halaman rumah kecil di luar kota tempat Ara dan Adrian berlindung. Suasana terasa sunyi, terlalu sunyi, seperti ketenangan yang menandakan badai yang akan datang.Ara berdiri di depan jendela ruang tamu, matanya menatap jauh ke luar. Satu tangannya memegang cangkir kopi, sementara tangan lainnya menyentuh tirai, membuka sedikit celah untuk memastikan tidak ada yang mencurigakan di luar.Adrian masuk dari arah dapur, membawa ponsel di tangannya. “Tim keamanan baru saja memberi tahu,” katanya, menghentikan langkahnya di belakang Ara. “Raka sudah kembali ke kota. Sepertinya dia berusaha menghindari polisi setelah kejadian terakhir.”Ara menoleh, matanya penuh kekhawatiran. “Kau yakin dia tidak tahu kita ada di sini?”Adrian berjalan mendekat, menyentuh bahu Ara dengan lembut. “Aku sudah memastikan tempat ini aman. Tidak ada yang tahu kecuali tim keperca
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 102: Serangan Balik Raka

Pagi itu, cahaya matahari masuk melalui celah-celah tirai jendela rumah kecil tempat Ara dan Adrian berlindung. Meski sinar pagi terasa hangat, suasana di dalam rumah tetap tegang.Ara berdiri di dapur, membuat secangkir kopi untuk Adrian, sementara pikirannya terus melayang pada ancaman yang tak pernah benar-benar pergi.Adrian duduk di meja ruang makan, ponselnya tergeletak di meja dengan layar yang berkedip-kedip. Wajahnya serius, tatapannya terpaku pada layar laptop di depannya. Beberapa email masuk dengan subjek yang hampir sama, tetapi semua membawa berita buruk.“Apa itu?” tanya Ara pelan saat meletakkan secangkir kopi di depan Adrian.Adrian menghela napas, meraih cangkir dan menggenggamnya erat seolah mencari kehangatan yang tidak bisa ia rasakan dari situasi ini. “Raka sedang mencoba menyerang perusahaanku.”Ara membeku, jantungnya berdegup kencang. “Bagaimana caranya?”Adrian memutar laptop ke a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 103: Bersama di Tengah Ancaman

"Ara, kau percaya padaku, kan?" Adrian meliriknya dengan sorot mata yang serius namun lembut, seolah sedang membaca seluruh ketakutan yang disembunyikannya di balik raut wajah tenang itu.Ara mengangkat pandangan dari cangkir teh yang ia genggam. Asap hangat melayang tipis, menggantung di udara dingin malam itu. Tangannya sedikit gemetar, bukan karena suhu, tapi karena pertanyaan itu.Ia tahu jawabannya, tapi mengatakannya terasa seperti mengukir sebuah keputusan besar di atas batu."Aku ingin percaya, Adrian," suaranya nyaris seperti bisikan. "Tapi situasi ini… terlalu rumit. Raka, keluargaku, kontrak kita… semua ini."Adrian tersenyum tipis, nyaris tak terlihat, tapi cukup untuk melunakkan keraguan yang menggelayut di benaknya. "Aku tidak meminta lebih dari itu, Ara. Cukup kau ingin percaya. Sisanya biar aku yang tangani."Hening sejenak. Detik-detik berlalu dengan lambat, diiringi gemerisik dedaunan di luar balkon. Ara menarik napa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 104: Tawaran Damai yang Ditolak

"Kau benar-benar ingin menyelesaikan ini dengan cara ini?" Adrian bertanya, suaranya rendah tapi penuh tekanan, seperti badai yang menunggu untuk meledak. Ia berdiri tegap di ruang tamu kecil rumah Ara, mengenakan jas gelap yang selalu terlihat sempurna pada tubuhnya.Namun kali ini, ketenangan khas Adrian tampak sedikit retak.Raka, duduk di sofa usang dengan ekspresi tegang, menatapnya dengan mata menyipit, hampir seperti sedang menantang. "Aku tidak butuh ceramah darimu, Adrian. Kau pikir, hanya karena uangmu, kau bisa mengatur hidup kami?"Di sudut ruangan, Ara berdiri diam, tangan mengepal di sisi tubuhnya. Matanya beralih antara Adrian dan Raka. Ada ketegangan di udara, seperti tali yang ditarik terlalu kencang, siap putus kapan saja."Aku tidak mencoba mengatur apa pun," kata Adrian, nadanya lebih terkendali sekarang. "Aku hanya menawarkan solusi. Aku sudah cukup memberi kelonggaran pada utangmu, Raka. Tapi ini bukan hanya tentang uang lagi, bukan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 105: Malam di Bawah Perlindungan Adrian

"Kalau kau butuh apa pun, katakan saja padaku," Adrian berkata, memecah keheningan ketika ia menyerahkan segelas air hangat kepada Ara.Ara duduk di ujung sofa, menyelimuti dirinya dengan selimut lembut yang baru saja Adrian keluarkan dari lemari. Udara malam terasa menggigit meskipun apartemen itu hangat. Ia menerima gelas itu dengan tangan sedikit gemetar, meski bukan karena dingin."Terima kasih," jawabnya pelan, suaranya seperti bisikan yang hampir tenggelam dalam keheningan ruangan.Adrian mengambil tempat di sofa sebelahnya, menjaga jarak yang cukup, seolah memberi ruang agar Ara merasa nyaman. Tapi tatapannya tidak pernah lepas dari wajah Ara.Ia mempelajari setiap detail: cara matanya yang lelah menatap ke bawah, jemarinya yang menggenggam gelas terlalu erat, dan napasnya yang kadang terdengar berat, seperti membawa beban yang tidak terlihat."Kau tidak perlu merasa bersalah karena berada di sini, Ara," katanya pelan. "Aku tahu ini bukan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Bab 106: Jebakan Terakhir Raka

"Kau tidak akan selamanya ada di sisinya, Adrian," suara Raka terdengar dari telepon, dingin dan tajam, meskipun ia berusaha terdengar santai. "Dan ketika kau tidak ada, aku akan memastikan Ara tahu di mana tempatnya yang sebenarnya."Adrian memandang ke luar jendela apartemennya, langit gelap di luar seakan memantulkan emosi yang mulai mendidih dalam dirinya. Tangan kirinya menggenggam ponsel dengan erat, sementara tangan lainnya terkepal di sisi tubuhnya."Kau ingin bermain permainan seperti ini?" balas Adrian, suaranya rendah tapi mengandung ancaman yang terselubung. "Kau tidak akan menang, Raka. Tidak kali ini."Raka tertawa kecil, penuh ejekan. "Kita lihat saja. Kau mungkin punya uang, Adrian, tapi aku punya sesuatu yang lebih penting—waktu. Ara adalah istriku. Dia akan kembali padaku. Kau hanya pemberhentian sementara."Adrian terdiam sejenak, membiarkan kata-kata Raka menggantung di udara sebelum akhirnya berbicara. "Ara bukan milik siapa pun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Bab 107: Pertemuan Tak Terelakkan

"Kita harus melakukannya dengan tenang, Ara," suara Adrian terdengar lembut tapi tegas saat ia menghentikan mobil di luar sebuah restoran kecil tempat pertemuan itu akan berlangsung. Lampu-lampu jalanan berkedip redup, menciptakan bayangan panjang di aspal basah.Ara mengangguk perlahan, meski tangannya sedikit gemetar di pangkuannya. Ia tidak pernah menyukai konfrontasi, apalagi dengan seseorang seperti Raka—yang begitu mudah terbakar emosi. Tetapi, kali ini, ia tahu bahwa konfrontasi itu tidak terhindarkan."Aku akan berada di sisimu sepanjang waktu," lanjut Adrian, memandangnya dengan tatapan penuh keyakinan. "Jika dia mulai bermain kotor lagi, aku yang akan menghadapinya."Ara menatap Adrian, merasa sedikit lebih kuat dengan kehadirannya. "Aku tahu. Aku hanya... ingin semuanya selesai."Adrian tersenyum kecil, mengulurkan tangannya untuk menyentuh jemari Ara dengan lembut. "Dan itu akan selesai. Kau hanya perlu ingat: kau tidak sendiri."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Bab 108: Konfrontasi di Tempat Terbuka

"Aku tidak yakin ini ide yang bagus," suara Ara terdengar ragu ketika mereka turun dari mobil. Matanya melirik ke arah gedung besar yang diterangi cahaya terang, tempat acara perusahaan Adrian digelar malam itu.Udara malam terasa dingin, tapi lebih banyak rasa gugup yang menusuk kulitnya daripada suhu.Adrian berdiri di sampingnya, mengenakan setelan hitam yang sempurna, dasinya sedikit dilonggarkan untuk memberi kesan santai. Ia menyentuh lembut punggung Ara, membimbingnya mendekati pintu masuk."Kau aman, Ara," katanya dengan nada menenangkan. "Aku akan berada di sampingmu sepanjang waktu."Ara mengangguk pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, ada perasaan tidak nyaman yang tak kunjung hilang, seperti bayangan gelap yang mengikuti di belakang.Di dalam, suasana acara terasa gemerlap. Ruangan itu dipenuhi orang-orang berpakaian elegan, dengan tawa ringan dan suara obrolan bercampur alunan musik klasik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Bab 109: Adrian Menunjukkan Kekuatan

"Aku tidak akan membiarkan ini berlanjut," Adrian berkata, suaranya tenang tapi penuh ketegasan saat ia duduk di ruang tamu apartemennya. Cahaya matahari pagi yang masuk melalui jendela besar menerangi ruangan dengan kehangatan lembut, tapi ekspresinya sama sekali tidak melunak.Ara duduk di sofa seberangnya, mengenakan sweater abu-abu yang kebesaran, tangan melingkari secangkir teh hangat. Ia menatap Adrian dengan cemas, namun ada sesuatu dalam caranya bicara yang membuatnya merasa sedikit lebih aman."Adrian, kau yakin ingin melibatkan pihak berwenang? Bukankah itu akan memperumit segalanya?" tanyanya pelan.Adrian mencondongkan tubuhnya ke depan, siku bertumpu pada lututnya. Matanya menatap langsung ke arah Ara, serius tapi lembut. "Ini bukan hanya tentang memperumit, Ara. Ini tentang menghentikan Raka sebelum dia melakukan sesuatu yang lebih buruk."Ara menggigit bibirnya, matanya menunduk ke arah lantai. "Dia bukan orang jahat, Adrian. Aku tahu dia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 110: Ancaman Raka yang Terakhir

"Aku rasa aku tidak akan pernah bisa memahami apa yang ada di pikirannya," Ara berkata pelan, jari-jarinya menggenggam cangkir teh hangat yang ia letakkan di pangkuannya. Malam telah larut, dan hujan turun perlahan di luar jendela apartemen Adrian.Suara gemericik air hujan yang menghantam kaca membuat suasana terasa lebih tenang, meski pikiran Ara berkecamuk.Adrian duduk di kursi seberangnya, matanya tidak pernah meninggalkan wajah Ara. "Dia tahu dia kalah, Ara. Orang seperti Raka akan selalu mencoba mengambil kendali, bahkan ketika mereka tahu itu mustahil."Ara menatapnya, mencoba menangkap makna di balik kata-kata Adrian. "Tapi kenapa dia tidak bisa berhenti? Kenapa dia terus mendorongku menjauh, dan sekarang—mengancam kita?"Adrian mendesah panjang, menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. "Karena dia tidak tahu cara menerima kekalahan tanpa menyalahkan orang lain. Dan kau adalah sasaran paling mudah."Kata-kata Adrian menggantung di ud
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status