All Chapters of Cinta dalam Bayangan Hutang: Chapter 111 - Chapter 120

130 Chapters

Bab 111: Titik Terendah Ara

"Aku bahkan tidak tahu lagi apa yang aku lakukan, Adrian." Suara Ara pecah di tengah keheningan. Ia duduk di tepi sofa, tangan memeluk bantal kecil yang terlihat terlalu besar untuk tubuh mungilnya.Matanya memandang ke arah jendela, menatap hujan yang turun deras, seolah mencari jawaban di antara tetesan air yang berlomba-lomba menuruni kaca.Adrian, yang duduk di kursi di seberangnya, tidak segera menjawab. Ia memandang Ara dengan tenang, tapi di matanya ada rasa khawatir yang sulit disembunyikan."Kau merasa bimbang. Itu wajar," katanya akhirnya, suaranya rendah tapi penuh keyakinan. "Kau telah melalui banyak hal, Ara. Tidak ada yang bisa mempersiapkan siapa pun untuk situasi seperti ini."Ara menggeleng pelan, air mata mulai menggenang di sudut matanya. "Tapi aku seharusnya lebih kuat. Aku seharusnya tahu apa yang aku mau. Aku merasa seperti gagal… pada diriku sendiri."Ia membenamkan wajahnya ke bantal, suaranya terdengar lebih pelan, h
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 112: Mimpi Buruk yang Kembali

"Ara… Ara!"Suara itu seperti jangkar yang menarik Ara dari gelapnya tidur. Ia terbangun dengan terengah-engah, keringat dingin membasahi dahinya. Selimutnya kusut di sekitar tubuhnya, dan matanya yang lebar berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan kamar tamu di apartemen Adrian.Di sebelahnya, Adrian berdiri dengan raut wajah cemas, mengenakan kaus sederhana yang kusut oleh malam. Matanya penuh perhatian, tetapi tetap menjaga jarak yang aman."Kau baik-baik saja?" tanyanya, suaranya rendah, tidak ingin mengejutkan Ara lebih jauh.Ara mengangguk cepat, meskipun tubuhnya masih gemetar. Ia menunduk, mencoba menarik napas dalam, tapi paru-parunya terasa sesak. "Aku... aku baik-baik saja," gumamnya, meski jelas itu kebohongan.Adrian tidak menjawab. Ia hanya menarik kursi kecil dari sudut kamar, duduk dengan tenang di hadapan Ara, membiarkan kehadirannya berbicara lebih banyak daripada kata-kata.Ara mendekap selimut lebih erat di seke
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 113: Perlindungan Resmi

"Aku sudah bicara dengan tim keamanan tadi pagi," Adrian berkata sambil menuangkan secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Suara aliran kopi yang memenuhi cangkir mengisi keheningan dapur, di mana aroma pahitnya bercampur dengan kehangatan matahari pagi yang masuk melalui jendela.Ara, yang duduk di meja dapur dengan sebuah buku catatan kecil di depannya, mengangkat kepala dari pikirannya yang mengembara. Ia tampak sedikit lelah, tapi ada cahaya kecil di matanya, seperti seseorang yang sedang berusaha bangkit dari kelelahan panjang."Tim keamanan?" Ara bertanya pelan, suaranya bercampur rasa ingin tahu dan kekhawatiran.Adrian meletakkan cangkirnya di meja, lalu menarik kursi di hadapan Ara. "Aku memutuskan untuk menyewa tim keamanan profesional untuk menjaga kita. Mereka akan memastikan Raka tidak punya kesempatan mendekati kita lagi, apa pun yang dia coba lakukan."Ara menatapnya, alisnya mengernyit. "Adrian, apa itu tidak terlalu berlebihan? Maksudku, ak
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 114: Hari yang Tenang

"Ini terlalu sepi," Ara bergumam sambil melirik jendela apartemen Adrian. Matahari pagi menembus kaca, menciptakan pola-pola cahaya hangat di lantai kayu. Tangannya memegang secangkir teh, uapnya mengepul perlahan, menambah kehangatan suasana pagi itu.Adrian, yang berdiri di dapur, tersenyum kecil sambil membalik roti di wajan. Aroma mentega yang meleleh memenuhi ruangan, bercampur dengan wangi kopi yang baru saja ia seduh. "Sepi tidak selalu buruk," katanya. "Kadang-kadang, kita butuh sepi untuk benar-benar mendengar diri kita sendiri."Ara tersenyum kecil, tapi ia tetap memandangi langit yang cerah di luar. "Aku rasa aku lupa bagaimana rasanya benar-benar menikmati keheningan."Adrian membawa piring berisi roti panggang dan telur ke meja, lalu duduk di seberang Ara. "Mungkin ini waktunya kau belajar lagi."Ara menatap Adrian, matanya melembut. "Kau membuatnya terdengar sangat mudah."Adrian mengangkat bahu sambil tersenyum. "Bukan tentang mudah
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 115: Masa Lalu yang Menghantui

Ara menatap secangkir teh hangat yang berada di tangannya. Uapnya mengepul perlahan, menciptakan garis-garis lembut yang menghilang di udara dingin ruang tamu. Suara hujan rintik di luar menjadi satu-satunya irama yang mengisi kesunyian.Ia duduk di sofa dengan posisi tubuh sedikit meringkuk, seperti mencoba melindungi dirinya dari sesuatu yang tak terlihat.Adrian duduk di kursi di sebelahnya, diam namun penuh perhatian. Ia tidak memaksakan Ara untuk bicara. Sudah cukup lama ia mengenal Ara untuk tahu bahwa gadis itu membutuhkan waktu untuk membuka diri."Raka dulu berbeda," kata Ara akhirnya, suaranya rendah, hampir seperti bisikan.Adrian menegakkan tubuhnya, memastikan ia mendengar setiap kata dengan jelas."Ketika kami pertama kali menikah," Ara melanjutkan, masih menatap teh di tangannya. "Dia... baik. Perhatian. Aku bahkan berpikir dia adalah jawaban dari semua doa yang aku panjatkan selama ini."Adrian tidak menyela. Ia hanya menungg
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 116: Perjalanan Penyembuhan

"Apa yang kau pikirkan, Ara?" suara Adrian memecah keheningan ruang tamu. Ia duduk di kursi seberang sofa, kedua lengannya bersandar santai di pegangan kursi, tetapi sorot matanya penuh perhatian.Ara, yang duduk meringkuk di sofa dengan bantal di pelukannya, melirik Adrian dengan ragu. Di tangannya ada brosur kecil dengan tulisan "Konseling Trauma dan Pemulihan" di sampulnya."Aku tidak yakin," jawabnya pelan. "Aku belum pernah mencoba hal seperti ini sebelumnya. Rasanya aneh membayangkan duduk di depan orang asing dan menceritakan semuanya."Adrian tersenyum, lembut tetapi tidak memaksa. "Aku mengerti itu. Tapi terkadang, berbicara dengan seseorang yang netral—seseorang yang tidak mengenalmu secara pribadi—bisa membantu. Mereka tidak menilai. Mereka hanya mendengarkan."Ara mengangguk kecil, tetapi matanya tetap tertuju pada brosur itu. "Bagaimana kalau aku tidak tahu harus mulai dari mana? Bagaimana kalau aku malah merasa lebih buruk setela
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 117: Momen yang Menyatukan

"Adrian, kau pernah merasa takut tentang masa depanmu sendiri?"Pertanyaan Ara datang tiba-tiba saat mereka sedang duduk di balkon apartemen Adrian. Udara malam terasa hangat, dengan aroma samar dari bunga melati yang tumbuh di pot-pot kecil di sudut balkon.Cahaya dari lampu jalan memantulkan siluet mereka di kaca jendela, memberikan suasana yang tenang dan intim.Adrian menoleh dari cangkir kopi yang sedang ia genggam, alisnya sedikit terangkat. Ia mengenakan kaus hitam sederhana dan celana jeans, terlihat santai tapi tetap karismatik."Tentu saja," jawabnya setelah beberapa saat. "Aku manusia biasa, Ara. Aku juga punya rasa takut. Tapi aku belajar sesuatu—tidak apa-apa merasa takut, selama itu tidak membuatku berhenti melangkah."Ara memandang Adrian, merasakan ketulusan dalam kata-katanya. Ia menyesap tehnya perlahan, membiarkan kehangatan cairan itu meresap di tenggorokannya."Kadang aku merasa... aku menghabiskan terlalu banyak w
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 118: Kabar dari Pihak Berwenang

Pagi itu, udara terasa lebih segar dari biasanya. Namun, di hati Ara, perasaan tidak menentu tetap bertahan seperti awan gelap yang enggan pergi. Ia duduk di dekat jendela apartemen Adrian, secangkir kopi hitam di tangannya yang mungil.Aroma pahitnya menguar, tetapi tidak banyak membantu menenangkan pikirannya yang penuh kecemasan. Matahari pagi mulai menyapu langit dengan warna jingga lembut, memantulkan sinarnya di kaca jendela, namun itu tidak cukup untuk mengusir awan gelap di hatinya.Adrian keluar dari dapur, membawa dua potong roti panggang di atas piring. Dengan setelan kaus kasual dan rambut sedikit berantakan, ia tampak tenang seperti biasa. Namun, ia langsung menyadari bahwa sesuatu mengganggu Ara."Kau tidak biasanya bangun sepagi ini," katanya, duduk di meja kecil di seberang Ara.Ara mengangkat bahu, matanya masih terpaku pada langit di luar. "Aku tidak bisa tidur," jawabnya pelan. "Terlalu banyak yang ada di pikiranku."Adrian menga
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 119: Penyelesaian yang Tenang

Pagi itu, sinar matahari masuk melalui tirai tipis yang membingkai jendela apartemen Adrian. Ara duduk di sofa dengan segelas jus jeruk di tangan, menikmati kehangatan cahaya yang menyelimuti ruangan.Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa ringan—seperti beban besar telah terangkat dari pundaknya.Adrian muncul dari dapur, mengenakan kaus abu-abu sederhana dan celana jeans, membawa dua cangkir kopi. "Aku pikir kau akan butuh ini," katanya sambil meletakkan salah satu cangkir di meja kecil di depan Ara.Ara tersenyum, menggeleng pelan. "Aku rasa kopi itu lebih cocok untukmu. Aku sedang mencoba menikmati sesuatu yang manis pagi ini."Adrian tertawa kecil, duduk di kursi di seberangnya. "Itu ide yang bagus. Kau pantas mendapat sesuatu yang manis setelah semua yang kau lalui."Ara tertawa ringan, meskipun ada sedikit air mata di sudut matanya. "Rasanya aneh, Adrian. Aneh karena aku tidak lagi merasa takut. Seolah-olah aku telah lu
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

Bab 120: Malam Perayaan

Langit malam itu cerah, dihiasi bintang-bintang yang bertebaran seperti taburan berlian di kain beludru hitam. Adrian sedang memeriksa detail terakhir di balkon apartemennya yang telah dihias dengan lampu-lampu kecil yang berkelap-kelip lembut.Meja panjang di sudut balkon dipenuhi piring-piring kecil yang tertata rapi, menyajikan makanan ringan, keju, buah-buahan, dan beberapa botol anggur yang dipilih dengan hati-hati.Di dalam, Ara berdiri di depan cermin, mematut diri dengan dress sederhana berwarna krem yang jatuh lembut di tubuhnya.Dress itu tidak mencolok, tetapi ada sesuatu dalam cara Ara memakainya malam ini—tatapan matanya yang lebih cerah, senyumnya yang lebih percaya diri—yang membuatnya tampak memancarkan aura berbeda."Apa aku terlalu biasa?" tanyanya sambil melirik Adrian yang baru saja masuk dari balkon.Adrian berhenti sejenak, matanya menatap Ara dari kepala hingga kaki. Senyum lembut muncul di wajahnya, sebuah senyum
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more
PREV
1
...
8910111213
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status