Pagi itu, langit tampak abu-abu dengan angin dingin yang menusuk kulit. Ara sedang duduk di meja makan, secangkir teh di depannya hampir tidak tersentuh. Ia tidak merasa lapar, tidak juga merasa damai. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari jawaban di tengah kekacauan yang membelenggunya.Ketika suara langkah kaki terdengar mendekat, Ara menoleh. Raka berdiri di ambang pintu dapur, wajahnya tampak lelah dan lebih tua dari usianya. Garis-garis kecemasan terlihat jelas di sekitar matanya.“Aku membuat kopi,” katanya pelan, memecah keheningan.Ara hanya mengangguk, tidak mengatakan apa-apa. Suasana di antara mereka terasa seperti ladang ranjau—hati-hati, penuh kehati-hatian yang membuat setiap kata menjadi beban. Raka mendekat, duduk di kursi di depannya, sambil memegang cangkir kopinya dengan kedua tangan.“Ara,” katanya akhirnya, suaranya rendah. “Aku tahu aku membuatmu kecewa.”Ara menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca, tidak mengucapkan
Last Updated : 2024-12-27 Read more