Home / Horor / Pesugihan Kandang Bubrah / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pesugihan Kandang Bubrah: Chapter 21 - Chapter 30

79 Chapters

21. Aroma Melati yang Menyengat

Suasana di ruang tamu rumah Arif terasa panas, meskipun jendela sudah dibuka lebar. Waktu sudah menjelang sore, namun udara seakan tak mampu mengusir kepanasan yang mencekik. Di depan Arif, Lila Cendana duduk dengan tenang, matanya menatap layar ponsel dengan serius. Pernikahan mereka hanya tinggal seminggu lagi. Segala persiapan sudah hampir selesai, namun masih ada beberapa hal yang harus dibicarakan.“Arif, aku rasa undangan sudah cukup banyak, kan?” Lila memecah keheningan.Arif menatapnya, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdebar. “Tentu, Lila. Semua sudah diatur dengan baik. Kami juga sudah memesan catering, dekorasi… semua sudah beres.”Lila tersenyum, meskipun ada sesuatu yang terlihat mengganjal di matanya. "Aku hanya khawatir, kalau ada sesuatu yang terlewat. Tapi, sepertinya aku bisa percaya padamu."Arif hanya mengangguk. Dia tidak bisa menghindar dari rasa cemas yang menyusup di setiap percakapan mereka. Setiap kali Lila mengingatkan tentang pernikahan, Arif merasa
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

22. Pesta Pernikahan yang Terusik

Suasana pesta pernikahan Arif dan Lila begitu meriah, seperti yang diharapkan. Para tamu menikmati hidangan, tertawa dan berbicara dengan riang. Lampu-lampu berkilauan di langit malam, menciptakan suasana megah di halaman belakang rumah keluarga Arif. Namun, di balik keramaian, ada sesuatu yang gelap mengintai. Sesuatu yang tak terlihat oleh tamu undangan, tapi semakin terasa mendekat.Di dapur, tempat yang biasanya penuh dengan kegembiraan dan canda tawa para koki dan pelayan, kini terasa mencekam. Udara di sana begitu panas, tercium bau masakan yang terlalu menyengat, seperti sesuatu yang sudah mulai rusak. Seolah ada ketegangan yang mengendap, meskipun tak ada yang berbicara. Tiba-tiba, langkah kaki yang terburu-buru terdengar dan seseorang memasuki dapur dari pintu belakang. Gibran, sepupu Arif, tiba-tiba muncul di tengah-tengah kerumunan pembantu dan para koki.Gibran tidak diundang. Dia datang tanpa pemberitahuan, diam-diam menyusup melalui pintu dapur. Matanya penuh amarah dan
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

23. Tuduhan dan Pertarungan Tak Terduga

Setelah malam mencekam di dapur, suasana desa mulai berubah. Warga, yang sebelumnya antusias dengan pernikahan Arif dan Lila, mulai bergosip. Keberuntungan Arif yang luar biasa dari tanah yang tiba-tiba subur hingga kemampuannya membayar pesta besar, menjadi topik pembicaraan. Semua ini tidak lepas dari Gibran, yang kini menyebarkan fitnah ke mana-mana. "Arif pasti menggunakan cara-cara kotor. Mana mungkin orang miskin seperti dia bisa mendadak kaya?" kata Gibran dengan nada sinis di salah satu warung kopi desa.“Aku dengar Lila terpaksa menikah dengannya. Mungkin dia menekan keluarga Lila dengan cara yang tak benar,” tambahnya sambil tersenyum miring, memastikan orang-orang mempercayai ceritanya. Warga mulai memperhatikan. Beberapa bahkan menyebarkan gosip lebih jauh. Kecurigaan mulai berkembang. Setiap langkah Arif kini diawasi dengan tatapan penuh prasangka. Bahkan Lila, yang tidak tahu-menahu tentang konflik ini, merasa tekanan ya
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

24. Penghakiman di Rumah Arif

Pagi berikutnya, gosip tentang kejadian malam di sawah menyebar cepat di Desa Misahan. Beberapa warga merasa ketakutan, sementara yang lain semakin penasaran. Kecurigaan terhadap Arif belum benar-benar hilang, meskipun Gibran kini terbaring lemah di rumahnya, enggan keluar setelah peristiwa itu. Beberapa warga mulai berembuk, mencari cara untuk memastikan kebenaran. “Kita harus memeriksa rumah Arif,” ujar Pak Darto, salah satu tetua desa. “Jika dia tidak menyembunyikan apa-apa, seharusnya dia tidak keberatan.” Siang itu, sekelompok warga mendatangi rumah Arif. Ketukan pintu keras membuat Lila yang sedang menyiapkan makanan terkejut. “Arif, ada banyak orang di luar!” panggilnya, suaranya penuh kegelisahan. Arif, yang sedang duduk di ruang tamu, segera bangkit. Arif membuka pintu dan mendapati puluhan wajah menatapnya, beberapa dengan ragu, yang lain dengan tatapan penuh curiga.&
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

25. Bayangan Kehilangan

Malam itu, angin bertiup kencang di Desa Misahan. Lila duduk di kamar, memegangi perutnya yang mulai membesar. Senyumnya merekah setiap kali dia membayangkan masa depan bersama anak yang sedang dikandungnya. Sementara itu, Arif duduk di ruang tamu, termenung. Matanya menatap kosong ke arah lampu minyak yang bergoyang pelan. Kegelisahan memenuhi dadanya, meski dia tak tahu mengapa. “Arif,” panggil Lila dari kamar, suaranya lemah. Arif tersentak dan segera menuju kamar. Di sana, Arif menemukan istrinya duduk di tepi tempat tidur, wajahnya pucat. “Ada apa?” tanyanya cemas, mendekat dan memegang bahu Lila. “Aku merasa sedikit sakit di perut,” bisik Lila, suaranya bergetar. Arif merasakan aliran dingin menyusup ke dalam tubuhnya. “Sakit seperti apa?”“Seperti ada yang menusuk,” jawab Lila, memegangi perutnya. Arif memb
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

25. Tumbal Ke empat

Malam itu, setelah keheningan yang menyeramkan dengan Lila di sudut kamar, Arif mulai terbiasa menjalani kehidupannya kembali. Arif merasa lega ketika Lila tak lagi membahas kejadian aneh sebelumnya. Arif harus tetap menjaga semuanya tersembunyi, terutama dari Lila. Kali ini setahun setelah Lila keguguran Arif memutuskan untuk membangun kandang ayam di belakang rumah sebagai pengalih perhatian.”Aku akan membuat tidak terlalu besar, sebagai syarat saja, kjadi bisa aku kerjakan sendiri tanpa harus memanggil tukang,” gumamnya merancang semuanya.Pagi hari, di halaman belakang rumah, Lila sedang menjemur pakaian saat Arif datang membawa beberapa balok kayu.“Mas, apa ini?” tanya Lila, melirik bahan-bahan bangunan itu.“Rencananya aku mau bikin kandang ayam. Aku pikir, kita bisa mulai usaha kecil-kecilan. Ternak ayam bisa jadi pemasukan tambahan,” jawab Arif santai, mencoba terdengar meyakinkan.Lila tersenyum kecil, meski tak sepenuhnya percaya. “Oh, begitu. Ya sudah, semoga berhasil.”
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

27.  Dugaan Kutukan yang Kian Menjerat

Malam semakin larut. Udara di Desa Misahan terasa lebih dingin dari biasanya. Di beranda rumah, Lila berdiri sambil memegang lengan Arif, wajahnya penuh kekhawatiran."Mas, tolong masuk. Udara malam seperti ini tidak baik. Kau bisa jatuh sakit seperti Amira," ujar Lila, suaranya bergetar.Arif memaksakan senyum, meski pikirannya kacau. "Aku tidak apa-apa, Lila. Hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan pikiran."Lila menghela napas panjang. “Mas, aku takut. Sejak nenek Buyu meninggal, lalu Pakdemu Bintan Mahoni, setahun berikutnya bayi kita… sekarang Amira. Seolah-olah keluarga ini dikutuk. Tidakkah kau merasa ada yang aneh?”“Aneh bagaimana?” Arif mencoba mengalihkan perhatian, meski hatinya berdebar.Lila menatap jauh ke arah kegelapan. "Entahlah. Mungkin hanya perasaan. Tapi aku tak bisa berhenti memikirkan bahwa darah Mahoni membawa sial. Warga mulai membicarakan ini lagi. Mereka bilang kutukan dari leluhur sedang menuntut balas."Arif menelan ludah, dadanya terasa sesak. Dia ta
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

28. Mata Amira Melotot

Suasana di kediaman Mahoni mencekam. Ambulans yang membawa jenazah Amira akhirnya tiba, diiringi kabut pagi yang masih tebal. Warga desa Misahan sudah berkumpul, membentuk lingkaran di halaman.Bisikan mereka semakin keras saat melihat Gibran keluar dari ambulans dengan wajah tegang, diikuti oleh beberapa warga lain yang tampak pucat.Arif tiba tak lama setelahnya, langkahnya ragu saat mendekati Gibran. Namun, sebelum dia sempat berkata apa-apa, Gibran sudah melangkah cepat ke arahnya dengan amarah membara.“Arif!” suara Gibran menggelegar, membuat warga yang berkumpul terdiam.Arif berhenti, menatap sepupunya dengan bingung. “Ada apa, Mas Gibran?”“Jangan pura-pura bodoh!” bentak Gibran sambil mendorong Arif dengan keras hingga tersungkur di tanah.Warga tersentak, sebagian mundur, sebagian lagi memandang dengan penuh ingin tahu.“Apa-apaan ini, Mas?!” Arif mencoba bangkit, membersihkan debu dari pakaiannya.“Sejak kau mulai ‘berjaya’, keluarga ini terus mengalami kesialan! Nenek Buy
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

29. Hujan Pertanda

Ibu Gibran menatap ragu. "Tapi... kalau benar ada sesuatu—" ujarnya terputus. “Tidak ada yang boleh takut pada darah dagingnya sendiri,” potong Arif, mencoba menenangkan suasana. Wanita itu masih ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk dengan berat hati. Bersama-sama, mereka masuk ke ruangan itu, meninggalkan Gibran yang masih berdiri kaku. Dengan langkah berat, mereka berdua memasuki ruangan tempat Amira dimandikan. Di dalam  suasana dingin menyelimuti. Bau bunga kemboja bercampur aroma kemenyan memenuhi udara. Tubuh Amira terbaring di atas balok kayu yang di lapisi tikar, tubuhnya masih berselimutkan kain. Namun, mata terbuka lebar, kosong, menatap langit-langit. Arif menarik napas panjang berusaha menenangkan dirinya. "Ya Allah..." desah ibu Gibran. Tubuhnya gemetar, namun dia tetap berdiri di sisi Arif. Arif mendekati jenazah Amira, lututnya hampir goyah
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

30. Kantil Kuncup di Balik Kain kafan

Bu Saminah menatap ke sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar. "Waktu saya mandikan jenazah tadi, ada sesuatu yang aneh." Lila merasakan bulu kuduknya berdiri. "Apa maksud Ibu?" tanya Lila memastikan. Bu Saminah mendekatkan suaranya lebih pelan lagi. "Setelah Mas Arif menutup mata Amira dan kain kafan hampir selesai dipasang... saya menemukan bunga kantil kuncup di bawah tubuhnya." Lila terdiam, matanya melebar. "Apa? Bunga kantil?" "Ya," Bu Saminah mengangguk dengan wajah penuh ketakutan. "Padahal waktu itu air belum disiramkan ke tubuhnya. Tidak mungkin ada bunga di situ sebelumnya." Lila memandang jenazah Amira yang di pikul di depan rombongan, pikirannya berputar. Bunga kantil dikenal sebagai bunga mistis yang sering diasosiasikan dengan kehadiran makhluk halus. Apalagi bunga itu kuncup, seperti menyimpan sesuatu yang belum terungkap. "Kau yakin?"
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status