Arif berdiri di atas tanah yang baru saja dibersihkan, matanya menatap lahan yang luas di Pasar Tumpah. Sisa-sisa puing bekas lapak pedagang masih terlihat berserakan di sudut-sudut, sementara di kejauhan, suara hiruk-pikuk pasar yang padat dengan pedagang dan pembeli bergema. Semua itu tampak biasa, tapi bagi Arif, tempat ini adalah medan pertempuran yang menentukan hidup dan mati bagi keluarganya, serta masa depannya dengan Lila."Bagaimana, Bos?" Suara seorang anak buahnya, Joko, menyapa. Lelaki itu berdiri di samping Arif, tangan memegang cetak biru desain gudang.Arif mengangguk, matanya menyipit melihat peta lahan. "Kita tidak punya waktu banyak, Joko. Mulai sekarang, semuanya harus berjalan cepat. Kita harus bangun gudang ini dalam waktu setengah bulan, karena kalau sebulan aku takut belum sempat memulai usahanya.""Tenang, Bos," jawab Joko dengan senyum lebar. "Kami semua sudah siap. Mesin-mesin sudah datang, bahan bangunan juga sudah disiapkan."Sehari-hari, Arif dan anak bua
Last Updated : 2024-11-18 Read more