Home / Rumah Tangga / Berbagi Suami / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Berbagi Suami: Chapter 31 - Chapter 40

78 Chapters

31. Menjadi Boss Romi

Tania berjalan berdampingan dengan Adrian memasuki gedung kantor. Semua karyawan mengangguk sopan dan menyapa. Tania merasa risih diperlakukan berlebihan. Ia tidak biasa di sapa sebegitunya sebelum ini. “Ini ruangan kamu. Nanti mbak Tika akan membantu kamu mengurus ruangan dan yang lainnya.” Mbak Tika, selaku orang kepercayaan di kantor ini mengangguk, “Betul, bu. Jika ibu membutuhkan apapun, bisa meminta bantuan saya.” Mata Tania tak berhenti mengedar. Ia mencari satu orang yang membuatnya bersikeras ingin bekerja di kantor ini. “Kamu cari seseorang?” tanya Adrian. “Tidak. Pergilah, aku akan mulai bekerja.” “Aku akan disini.” Tania mengernyit, “Bukankah biasanya kamu—” “Aku bebas melakukan apapun, bukan?” “Terserah.” Tania memasuki ruangan yang sudah disiapkan. Di meja kebangsaannya tertulis namanya besar-besar, sebagai Direktur? Ia tergelak sendiri dalam hati. Hidup orang kaya begitu mudah begini. Pantas papa memaksanya menikahi Adrian. Adrian duduk di sofa.
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

32. Andai Saat Itu...

Tania sibuk memeriksa seluruh lembar track record pegawai yang sudah dirangkum tim HRD, bersama Adrian. “Kamu serius mau membuat PHK besar-besaran?” Tania melirik Adrian, “Kamu tidak setuju?” “Bukan begitu.” “Aku tidak akan melakukan apapun tanpa persetujuan kamu.” “Apa tujuan kamu melakukan ini?” “Menunjukkan diri sebagai istri Adrian Kiehl.” “Bukan untuk Romi?” Tania membuang nafas pelan. Ia menatap suaminya, “Adrian, dengar, kamu tidak tahu rasanya jadi aku. Romi berselingkuh dengan setiap sekretarisnya. Sekitar empat atau lima.” “Tujuh sekretaris lebih tepatnya.” Tania diam sejenak, “Kamu tahu?” “Aku tahu banyak soal Romi.” “Dan kamu masih mempekerjakan dia?” “Kinerjanya lumayan.” “Tapi dia tidak menghargai sebuah komitmen. Dia bisa menghianati perusahaan.” Adrian tertawa, “Jadi istriku sedang marah dan ingin balas dendam?” “Adrian...” “Aku paham, lakukan yang kamu mau.” “Apa perusahaan tidak papa jika aku buat keputusan ini?” “Semuanya akan b
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

33. Meminta Adrian dari Wini

Sejak siang itu, Tania jadi tidak bisa jauh dari Adrian. Ditinggal membuatnya uring-uringan. Ia terus mengikuti kemana suaminya pergi. Tania melendot manja pada Adrian di mobil, “Aku mau besok kamu tetap ke kantor.” Adrian tertawa, “Besok aku harus rapat di pabrik obat.” “Aku akan ikut.” “Ikutlah. Aku akan sangat senang.” Tania mencium pipi Adrian. Pak Udin yang menyetir senyum-senyum sendiri. “Kenapa, pak Udin?” “Gak papa, pak Adrian.” Saat menuruni mobil, Adrian menuntun Tania. Mereka melihat Wini yang baru keluar dari rumah dengan wajah marah. “Kalian kenapa tidak pulang saat jam makan siang?” “Kami makan di kantor. Jaraknya jauh, jadi kita—” “Mas, lima tahun kamu selalu pulang saat jam makan siang. Dan hari ini kamu beralasan begitu?” Tania memegangi lengan Adrian, “Aku yang minta mas Adrian makan di kantor.” “Mas?” Wini kaget dengan panggilan baru itu. “Aku istrinya juga, ‘kan?” Wini menatap Adrian meminta penjelasan. “Ini ‘kan yang kamu mau? Tania
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

34. Perhatian yang Melimpah

Tania menyambut kedatangan ayah dan ibu yang datang membawa banyak sekali oleh-oleh dari luar negeri. “Duduk, bu, yah.” Mereka duduk bersama Adrian yang tak henti menatap Tania yang tampil cantik mengenakan dress yang ia belikan diam-diam saat awal menikah. “Wini mana?” tanya ibu. “Wini tadi—lagi siapin pudding, bu. Aku panggilkan.” Tania hampir beranjak, tapi ibu menahannya. “Kamu jangan banyak gerak, Tan, masih rentan. Apalagi kemarin ada insiden.” Tania tersenyum tidak enak, “Bu, yah, maaf soal kejadian kemarin. Aku—sangat menyesal.” “Tidak papa, kami paham. Untungnya calon pewaris keluarga Kiehl sangat kuat.” tutur ayah. Wini datang bersama mbok Sayem yang membawa nampan berisi pudding mangga dan suguhan lain. “Bu, yah, apa kabar?” Wini mencium dan memeluk mertuanya. “Baik. Kamu apa kabar, Win? Bagaimana rasanya punya madu sebaik dan secantik Tania?” tanya ibu. Senyum Wini hilang, “Hmmm, aku baik, bu. Soal Tania—aku senang memiliki madu sepertinya.” Wini me
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

35. Pemecatan Romi

Malam, Wini langsung masuk kamarnya. Ia tidak keluar sampai pagi saat Tania dan Adrian sarapan. Mbok Sayem yang buatkan sarapan. “Mas, kamu gak mau menemui Wini dulu?” “Aku akan biarkan dia tenang dulu dan mengambil jarak dari kita.” “Apa malam ucapanku menyakitinya?” “Wini hanya sedang sensitif. Papanya masih dirawat. Kita berangkat sekarang.” Begitu sampai kantor, Tania menahan Adrian sebelum mereka masuk lift. “Kenapa?” “Kamu langsung ke pabrik?” “Nanti siang.” “Aku akan memecat Romi hari ini, mas.” “Kamu serius?” “Aku menemukan bukti bahwa dia terlibat dalam penggelapan dana yang kamu curigai. Dia juga terbukti selalu mangkir pada rapat penting perusahaan.” “Jika menurut kamu dia layak dipecat, aku tidak masalah.” Di dalam ruang rapat khusus direksi, Tania sudah menyampaikan kecurigaannya melihat dari riwayat para staf yang direncanakan akan di PHK. Pihak HRD pun menerima banyak pengaduan dari karyawan lain, bahwa nama-nama tersebut memang sering bekerja
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

36. Pengakuan Cemburu

Tania menggenggam erat tangan Adrian selama perjalanan pulang dari kantor. Adrian kembali dengan cepat dari pabrik dan menjemputnya. Kini, tangan mereka masih bertaut saat memasuki rumah dan mendapati suasananya terasa sepi. “Wini?” teriak Tania. “Kamu kenapa memanggilnya?” “Aku lapar, mas, dan mau steik. Wini bilang aku bisa bilang padanya mau apa, karena dia akan buatkan.” “Oh begitu.” “Wini?” Mbok Sayem menghampiri Tania, “Maaf, non, ada perlu apa?” “Wini mana? Aku memanggilnya, bukan mbok.” Wajah mbok Sayem tampak gusar. “Ada apa, mbok?” tanya Adrian. “Anu, den—” BRAK! “Itu suara apa?” Adrian melepaskan tangan Tania dan berjalan mendekati lokasi, “Win, ada apa?” “Kamar kamu pindah ke sini mulai sekarang.” “Tapi tidak perlu kamu bawa semua barangnya ‘kan?” “Kamar terasa sempit, ketika orangnya tidak tidur di kamar.” Wini buru-buru membalikkan badan. “Win, kamu kenapa?” Wini masuk ke dalam lift. Adrian menatap mbok Sayem yang berjalan dibelaka
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

37. Memohon pada Wini

Tania tidak akan pergi ke kantor setelah muntah hebat. Adrian ingin sekali menemani, tapi harus datang ke acara rapat khusus para investor. Ia janji akan cepat pulang. Tania ditemani mbok Sayem yang kini sedang memijat kakinya. “Non bener gak mau mbok bikinin minuman jahe?” Tania menggeleng. “Padahal biasanya mual bisa hilang loh pake jahe.” Pintu kamar yang terbuka, membuat Tania yang sedang menatap pintu, bisa melihat Wini berjalan dengan lesu sepulangnya dari rumah sakit. “Wini?” Wini menoleh, “Kamu—disini?” Tania bangkit, “Bagaimana keadaan papamu?” “Sudah membaik, operasinya lancar.” “Syukurlah.” Wini menunduk. “Terus kenapa kamu—sedih?” Wini menatap Tania, “Karena—lupakan.” Tania menggenggam tangan Wini, “Kita saudara bukan? Ada yang harus aku tahu?” Mereka duduk berdampingan di kursi samping kolam renang. “Sampai saat ini, mas Adrian masih belum bisa menerima orang tuaku.” Tania mengernyit, “Oyah?” “Mas Adrian sering mengirimkan uang bulan
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

38. Tendangan Pertama

Adrian membacakan hasil rapat tadi siang pada Tania. Ia penasaran, ingin tahu dengan perkembangan perusahaan milik keluarga suaminya. “Sejauh ini keuntungan perusahaan naik enam persen dari bulan lalu.” “Hm, tidak terlalu buruk.” “Itu besar, sayang. Bulan-bulan sebelumnya kenaikan hanya dua persen.” “Itu karena di kantormu ada tikus besar.” Adrian tertawa, “Romi?” “Dan kawan-kawannya.” “Kamu begitu dendam padanya?” “Lumayan.” Tania bersusah payah bangkit dari sofa. “Aku bantu.” Tania duduk diam merasakan sesuatu yang berbeda sebelumnya. “Kamu kenapa? Kamu mual?” Tania menggeleng, “Aku merasakan—aw!” “Sayang?” Adrian memegangi kedua pipi Tania, “Kamu kenapa?” Tania tertawa memegangi perutnya, “Mas, dia menendang.” Adrian menatap perut Tania, “Kamu—serius?” Tania menangis, “Mas, dia—tumbuh baik disana?” “Tentu.” Adrian mencium kening Tania lalu memeluknya. “Mas, aku sayang sama dia.” “Harus. Semua orang sayang padanya.” Tania merasakan tubuhnya
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

39. Ancaman Adrian

Air muka Adrian berubah masam ketika perempuan yang Tania yakini adalah ibu Wini mendekati mereka. “Adrian apa kabar?” “Baik.” “Mama baru saja mau cerai, dan putusan sidangnya akan digelar sebentar lagi. Wini memaksa mama tinggal disini, bersama kalian. Kamu tidak keberatan ‘kan?” Adrian melirik Wini lalu tersenyum menatap mama, “Saya tidak keberatan, ma. Silakan masuk. Nanti mbok akan membereskan kamar untuk mama.” Mama mengelus lengan Adrian, “Terima kasih, ya. Kamu memang anak mantu yang paling baik..” Tania melirik Wini yang terus memperhatikan ekspresi wajah Adrian. Untungnya Wini sudah cerita, mengenai suaminya yang konon bersikap acuh pada orang tuanya, jadinya ia tidak terkejut. Ia hanya bingung, kenapa Adrian bisa bersikap dingin pada orang tua istri tercintanya. “Mama masuk ya. Mama sedikit tidak enak badan, jadi mau pamit istirahat duluan.” “Silakan, ma.” Mama memasuki rumah tanpa menoleh sedikit pun pada Tania. Sebenarnya ia tidak ingin dikenalkan juga. I
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

40. Informasi Singkat dari Pak Udin

Tania berjalan cepat ke depan rumah. Wini menyusulnya membawa kantong bekal. “Tan.” “Win, maaf ucapanku barusan. Aku tidak bermaksud bicara begitu.” “Tidak papa. Mama pasti hanya terkejut, karena kamu—ternyata bisa melawannya. Oyah, ini bekal sarapan kalian. Sudah aku masukkan buah dan camilan juga.” “Terima kasih, Win. Aku berangkat.” Di jalan karena macet, pak Udin terus menggerutu. “Pak Udin kenapa marah-marah?” “Saya takut bu Tania terlambat.” “Ini baru jam delapan. Kalau pun saya terlambat, pemilik perusahaan tidak akan marah.” “Iya, bu, benar juga. Bu, soal ucapan mamanya bu Wini, bu Tania tidak usah ambil hati ya?” “Iya, pak.” “Dulu, orang tua pak Adrian tidak menyetujui pernikahan anak tunggalnya dengan bu Wini.” “Oyah? Saya lihat sikap ibu dan ayah pada Wini baik-baik saja.” “Kalau bu Wini memang tidak ada masalah, tapi ya itu, orang tuanya. Mereka sangat matre dan tukang ngatur.” “Oyah?” “Betul, bu. Pak Adrian sempat gagal nikah dari bu Wini, t
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status